Malam semakin larut, bulan menggantung tinggi di langit. Sepertinya waktu sudah hampir mendekati tengah malam.Namun, di luar kamar Andini, tiba-tiba terdengar suara halus. Tok. Itu adalah suara kerikil yang mengenai pintu kayu.Andini segera bangkit dan berjalan ke depan untuk membuka pintu. Namun, di luar tidak terlihat siapa pun.Setelah Andini menutup pintu dan berbalik badan, dia melihat Kalingga sudah berada di dalam kamarnya. "Kak Kalingga," panggilnya pelan.Kalingga mengangguk pelan, memperhatikan pakaian Andini yang masih rapi. Sudut bibirnya terangkat sedikit, suara dinginnya membawa kelembutan. "Kamu mencariku?"Sebelum meninggalkan istana hari ini, Andini sengaja berbincang cukup lama dengan penjaga di gerbang istana. Karena biasanya dia bukan orang yang banyak bicara, penjaga tentu akan merasa aneh dan pasti akan membicarakan hal itu dengan Kalingga yang cukup akrab dengan Andini.Dengan kecerdasan Kalingga, dia pasti langsung paham bahwa Andini sedang mencarinya.Andini
Andini menjawab dengan suara dalam, "Mungkin juga ada seseorang yang memanipulasi makanan, pakaian, dan barang yang digunakan Permaisuri, jadi Permaisuri tanpa sadar terus-menerus bersentuhan dengan racun."Wajah Kaisar semakin suram. "Sebenarnya itu racun apa?"Andini menjawab dengan jujur, "Menurut catatan dalam kitab medis, racun ini bekerja dengan menggerogoti organ dalam tubuh sambil tetap menjaga penampilan. Oleh karena itu, racun ini dinamakan Bunga dan Rembulan. Racun ini berasal dari Lembah Raja Obat."Lembah Raja Obat? Nama yang begitu familier sekaligus asing ini tiba-tiba muncul, membuat Kaisar menarik napas dalam-dalam.Lembah Raja Obat memang terkenal, unggul dalam hal pengobatan dan racun. Namun, selama bertahun-tahun ini, yang Kaisar ketahui hanyalah obat-obatan penyembuh dari lembah itu.Baru sekarang dia menyaksikan sendiri racun dari tempat tersebut. Namun, racun dari Lembah Raja Obat sebenarnya tidak sulit diperoleh, asal mampu membayar harganya.Jadi, siapa sebenar
Alis Safira sedikit berkerut, tetapi dia tetap memimpin semua orang di dalam ruangan untuk segera berlutut dan menyambut dengan hormat.Kaisar melangkah masuk dengan cepat. Dia menyapukan pandangannya ke arah orang-orang yang hadir, lalu berujar, "Berdirilah."Setelah itu, sepasang matanya langsung tertuju pada Andini. Dia bertanya dengan suara dalam, "Bagaimana keadaan Permaisuri?"Jelas bahwa Kaisar sudah mengetahui soal Permaisuri yang keracunan. Andini segera mengulang semua yang disampaikan kepada Safira.Kaisar mengangguk pelan, tetapi alisnya tetap berkerut. "Padahal selama ini aku sering bilang Permaisuri terlihat sehat dan energik, seperti orang yang penuh keberuntungan. Siapa sangka, ternyata karena racun! Siapa yang berani meracuni Permaisuri!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suasana dalam ruangan langsung sunyi senyap. Racun itu telah diberikan sejak lebih dari sepuluh tahun lalu, tidak ada yang bisa menyebut siapa pelakunya. Bahkan dalam hati Permaisuri, mungkin Kaisar send
Andini mempersilakan Permaisuri untuk tengkurap di atas ranjang, lalu membantu melepaskan sebagian pakaian hingga punggungnya terbuka.Kemudian dia mengambil jarum perak, menusukkan satu per satu ke tiga titik utama di punggung Permaisuri.Permaisuri bisa merasakan perih di tiga titik tusukan di punggungnya. Setelah itu, tidak terasa apa-apa lagi. Tak ada yang aneh, apalagi sampai muntah darah.Karena khawatir efeknya belum muncul, Permaisuri pun sengaja menunggu. Namun, yang dirasakan hanya hawa dingin yang mulai merambat dari punggung, sama sekali tidak ada tanda-tanda akan muntah darah.Keningnya langsung berkerut, tatapannya kepada Andini sudah dipenuhi kemarahan. "Andini, berani sekali kamu menipuku! Dayang-dayangku!"Seketika, beberapa dayang istana masuk ke ruangan. Permaisuri langsung memerintahkan, "Tangkap Andini dan ... huek ...."Sebelum selesai berbicara, tiba-tiba Permaisuri muntah. Seketika, darah hitam pekat menyembur keluar dari mulutnya, hampir saja mengenai para daya
Muntah darah dengan tiga tusukan? Permaisuri mengerutkan kening, tatapannya memancarkan hawa dingin. "Kalau nggak muntah darah?"Andini menjawab dengan tegas, "Itu artinya saya telah mengganggu Permaisuri. Permaisuri boleh menghukum saya!"Melihat Andini begitu yakin, akhirnya Permaisuri mengangguk setuju. Namun, dia tidak langsung mempersilakan Andini menusukkan jarum, melainkan menyuruh seseorang ke balai kesehatan kekaisaran untuk memanggil Harafah.Harafah mengira Andini telah melakukan kesalahan, sehingga dia datang dengan hati-hati. Selesai memberi hormat kepada Permaisuri, dia segera berkata, "Permaisuri, meskipun Andini sudah menjadi tabib, dia baru mengikuti saya kurang lebih sebulan.""Kalau ada kesalahan, mohon Permaisuri mengingat kerja kerasku selama bertahun-tahun ini dan mengampuni Andini kali ini."Sebagai pemimpin di balai kesehatan kekaisaran, Harafah adalah tabib terbaik di istana. Dulu saat Permaisuri tiba-tiba terserang penyakit batuk, Harafah berjaga tanpa tidur s
Maksud tersembunyi dari ucapan itu jelas, Andini memang sudah tahu sejak awal bahwa siklus menstruasi Permaisuri tidak teratur.Tak disangka, Andini melanjutkan, "Selain dari siklus yang nggak teratur, Permaisuri seharusnya juga sering mengalami nyeri di perut. Dalam beberapa bulan terakhir, rasa sakit itu semakin parah. Darah menstruasi pun sedikit, berwarna gelap, biasanya berlangsung putus-putus hingga setengah bulan lamanya."Mendengar ini, Permaisuri terdiam. Meskipun balai kesehatan kekaisaran memiliki catatan tentang siklus menstruasi para wanita di istana, tidak mungkin mereka mencatatnya sedetail itu.Apa yang diucapkan Andini terlalu tepat dan detail untuk dianggap hanya dugaan atau informasi dari luar.Wajah Permaisuri langsung berubah muram. Melihat raut wajah ibunya seperti itu, Safira segera menyadari sesuatu. Dia mengerutkan kening sedikit, lalu menatap Andini. "Apa lagi yang kamu ketahui?"Andini berpikir sejenak, lalu berkata, "Belakangan ini, Permaisuri mungkin sulit