Saat Surya kembali ke kediamannya, dia baru menyadari bahwa Pasukan Harimau sudah kembali.Mereka semua berdiri berjajar di luar aula utama, sementara Andini memandangi mereka satu per satu dengan mata memerah.Surya merasa heran. Dia melangkah pelan mendekat, lalu bertanya dengan suara dalam, "Ada apa ini?"Kino tersenyum tanpa daya. "Andini takut kami disiksa, jadi dia memeriksa kami satu per satu!"Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang langsung tertawa.Andini justru menatap mereka dengan serius. "Kalian tertawa apa? Rangga itu kejam sekali kalau sudah menyiksa orang! Aku pernah lihat sendiri!""Itu tergantung siapa orangnya." Suara Surya terdengar lebih lembut. "Kalau menghadapi musuh, kita memang selalu keras. Tapi kalau sesama, itu lain cerita."Mendengar itu, Andini terlihat kaget. "Sesama?" Bagaimana bisa Rangga dianggap sama dengan mereka?Surya melanjutkan, "Sama-sama menjabat sebagai jenderal di bawah satu kekaisaran, tentu saja dianggap orang sendiri. Belum lagi, kalau
Surya tertegun sejenak. Hanya sebuah acara penyambutan, kenapa harus membawa Andini masuk ke istana? Andini sangat tidak menyukai hal-hal rumit semacam ini.Dia hendak menolak. Namun, sebelum sempat berbicara, Kaisar sudah lebih dulu berkata, "Lihat ekspresimu itu. Menurutmu aku akan memakannya?"Melihat Kaisar tampak mulai kesal, Surya segera memberi hormat dan menjawab, "Baik, aku akan membawanya."Sementara itu, di jalan keluar istana, Kalingga dan Rangga berjalan berdampingan. Satu di kiri, satu di kanan.Dari awal sampai akhir, wajah Rangga tetap dingin, tatapannya lurus ke depan. Sementara Kalingga sesekali meliriknya, seolah-olah ingin berbicara, tetapi menahan diri.Akhirnya, Rangga tak tahan dan membuka mulut. "Kalau ada yang mau dikatakan, katakan saja. Jangan ragu-ragu seperti wanita."Nada suara Rangga datar seperti biasa, tetapi membuat sudut bibir Kalingga membentuk senyuman kecil. Dia berkata, "Kakak nggak seharusnya meragukanmu."Rangga melirik ke arah Kalingga, lalu me
Hanya dengan satu helaan napas itu saja, ketiga pria yang berada di dalam aula langsung merunduk, menyembunyikan perubahan emosi di mata mereka.Hati Kalingga dan Rangga pun sama-sama mencelos. Ucapan Kaisar tadi menandakan satu hal yang sangat jelas, yaitu dia sudah mulai berpikir untuk menyingkirkan Andini.Namun, baik Kalingga maupun Rangga tidak bisa berkata apa pun untuk membela Andini saat ini. Kalau mereka mencoba melindunginya, justru akan membuat Kaisar merasa bahwa mereka berani menentangnya demi seorang wanita dan itu hanya akan menambah kebenciannya.Aula menjadi hening. Pandangan Kaisar terus berpindah dari Rangga ke Kalingga, sebelum akhirnya dia membuka suara, "Kali ini saja, jangan sampai terulang. Bubar!""Baik." Keduanya langsung memberi hormat bersamaan, lalu keluar dari aula.Setelah kedua bersaudara dari Keluarga Maheswara itu pergi, Kaisar baru menoleh ke arah Surya. "Kenapa? Ada yang ingin kamu katakan?"Surya melangkah maju dan memberi hormat, lalu berucap, "Kak
Setelah berkata demikian, Kalingga pun berbalik dan pergi. Dia tahu meskipun terus berbicara, semua itu tidak akan ada gunanya.Pasukan Harimau tidak ada di sini. Jika dia tidak bisa menyelamatkan mereka dari tangan Rangga, hanya ada satu jalan, yaitu menyelidiki kebenaran dan membersihkan nama Pasukan Harimau.Meskipun Rangga menyebalkan, ada satu hal yang dikatakannya dengan benar. Ada beberapa hal yang tidak bisa ditentukan olehnya sendiri.Di istana, ada begitu banyak orang yang mengincar Surya dan Pasukan Harimau. Dia tidak bisa memberi mereka celah sedikit pun!Penyelidikannya pun berjalan lancar. Kalingga mengirim bawahannya ke Desa Teluk Horta untuk menginterogasi para penduduk.Meskipun mereka tidak tahu siapa itu Surya atau Pasukan Harimau, setiap kali nama Arjuna dan saudara-saudaranya disebut, para penduduk langsung memuji tanpa henti.Akhirnya, Kalingga membawa beberapa saksi ke ibu kota. Tak disangka, Rangga sudah lebih dulu menyelesaikan penyelidikannya dan memberikan la
Melihat Rangga mendekat, para penjaga buru-buru memberi hormat. "Salam hormat, Jenderal Rangga."Rangga hanya melirik sekilas wajah Kalingga yang tampak suram, sebelum akhirnya menoleh ke para penjaga sambil bertanya, "Kakakku ingin masuk, kalian berani menghalanginya?"Mendengar itu, penjaga itu langsung menyingkir. "Sa ... saya nggak bermaksud begitu."Rangga mendengus dingin, lalu melangkah masuk ke penjara bawah tanah dengan langkah lebar. Kalingga tentu saja segera mengikuti dari belakang.Udara di dalam penjara sangat busuk. Lembap, panas, bercampur bau busuk yang menyengat dan amis darah, cukup membuat siapa pun mual.Namun, Rangga tampaknya sudah terbiasa dengan bau seperti ini. Dia langsung berjalan menuju meja yang tidak jauh dari sana, duduk dengan santai, menuangkan teh ke dalam cangkir, dan menyodorkannya kepada Kalingga."Kenapa Kakak datang sepagi ini?" tanya Rangga.Tatapan Kalingga tidak pernah setajam dan sedingin ini sebelumnya. "Orangnya di mana?"Begitu mendengar n
Kepergian orang-orang terdekat dan tersayang saja sudah cukup membuat seseorang hancur, tetapi orang itu masih tega menjadikan dua kata itu sebagai pisau yang terus-menerus mengiris hatinya.Tak heran, semalam Andini mengatakan bahwa semua itu adalah salahnya. Ternyata, dia menyalahkan diri sendiri atas penangkapan Pasukan Harimau. Hidupnya sudah begitu berat, tetapi dia tetap menekan dirinya dengan beban seberat itu.Kalau bukan dia yang runtuh, siapa lagi?Saat itu, Laras datang dengan membawa obat. Gadis kecil itu hanya fokus menyuruh Andini minum obat, sama sekali tidak menyadari ekspresi keterkejutan dan haru yang terpatri di wajah sang nona.Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan, Surya pun berdiri, menatap Andini dan berkata, "Istirahat yang baik. Urusan di luar biar aku yang urus. Jangan terlalu banyak berpikir."Selesai bicara, dia langsung membalikkan badan dan pergi. Laras yang tidak tahu-menahu hanya menyendokkan obat ke mulut Andini. Namun, dia akhirnya tak tahan da
Surya merawatnya sepanjang malam? Andini agak terkejut. Dia hampir tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam. Yang dia ingat, setelah Rangga membawa pergi kakak-kakaknya, emosinya langsung kehilangan kendali.Mengingat hal itu, alis Andini pun berkerut. Benar-benar memalukan.Saat dia sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara ketukan di luar pintu. Laras segera membukakan pintu. Di luar, berdirilah Surya.Laras terkejut, buru-buru membungkuk memberi hormat. "Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia."Dia sendiri tidak tahu kenapa, meskipun Surya orangnya baik, dia tetap merasa takut. Untung saja, Surya tidak mempermasalahkan sikapnya. Surya hanya bertanya dengan suara rendah, "Apa Andin sudah sadar?"Laras mengangguk. "Nona baru saja bangun." Sambil berkata, Laras menyingkir, memberi jalan.Surya pun melangkah masuk. Melihat Andini sudah duduk di atas ranjang, tetapi belum memakai pakaian luar, Surya tetap tampak tenang.Dia langsung melangkah cepat, mengulurkan tangan untuk meraba
Surya sama sekali tidak menyangka bahwa Kaisar akan mengutus Rangga untuk menyelidiki, lebih tidak menyangka lagi bahwa Rangga akan datang secepat ini! Jika dihitung-hitung, masih belum 24 jam dia tiba di ibu kota.Andini tidak tahu bagaimana harus menjawab Surya. Kepalanya terasa sakit luar biasa dan kata-kata "bintang kesialan" yang pernah diucapkan Malika terus bergema di dalam pikirannya, membuatnya mulai ragu kembali, apakah benar semua ini adalah salahnya ...."Jangan berpikir terlalu jauh." Surya lagi-lagi melontarkan kalimat itu, tetapi kali ini kalimat itu sama sekali tidak membawa ketenangan.Andini malah semakin terisak, seakan-akan ingin meluapkan semua kesedihan dan kepedihan yang ditahan selama ini. Dia benar-benar sedih.Dia tidak mengerti kenapa dirinya disebut sebagai bintang kesialan, tidak mengerti kenapa orang-orang yang dia pedulikan satu per satu meninggalkannya, tidak mengerti kenapa dirinya tak pernah bisa lepas dari cengkeraman Rangga.Padahal, dia bahkan sudah
Melihat wajah Rangga yang sudah kehilangan akal sehat karena marah, Andini tiba-tiba tersenyum dingin."Benar, Jenderal Rangga memang nggak perlu menanyakan pendapat orang lain! Tiga tahun lalu, yang menyebutku genit adalah kamu. Tiga tahun kemudian, yang terus mendekatiku juga kamu! Sepertinya di dunia ini, segalanya harus mengikuti keinginanmu!"Tubuh Andini bergetar hebat, amarah yang membuncah dalam hati hampir membuatnya mengamuk. Matanya memerah, dipenuhi air mata.Dalam kemarahan, kata-kata tajam pun keluar begitu saja. "Rangga, kalau kamu berani menuduh orang yang nggak bersalah, aku pasti akan bertarung mati-matian denganmu!"Kakak-kakaknya kembali ke ibu kota karena dirinya. Kalau mereka mendapat hukuman karena itu, mati pun Andini tidak akan menyesal! Namun, sebelum mati, dia pasti akan menyeret Rangga bersamanya!Di seberang, tubuh Rangga terasa diselimuti hawa dingin saat mendengar kata-kata itu. Bertarung mati-matian dengannya?Mereka berhubungan selama bertahun-tahun, te