Accueil / Fantasi / QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan / Bab 17: Celah Surga dan Bayangan Penjaga

Share

Bab 17: Celah Surga dan Bayangan Penjaga

Auteur: Just B
last update Dernière mise à jour: 2025-06-20 18:33:57

Langit utara benua Tianluan terlihat berbeda dari wilayah lainnya. Gunung-gunung tinggi menjulang seolah menembus awan, dan badai petir abadi menyelubungi cakrawala. Di antara celah-celah puncak itu, tersembunyi lokasi yang bahkan para tetua agung segan menyentuh—Celah Surga Utara.

Wu Xuan berdiri di hadapan celah itu, mengenakan jubah kultivasi khusus yang disematkan simbol naga dan pil. Di tangannya, segel warisan dari ayahnya menyala lembut, memberi arah menuju titik pusat celah.

Bersamanya, kali ini hanya satu rekan: Qian Ruo, Alkemis Emas – Pemula, Alam Qi Murni – Tahap 6. Yang lain tertinggal di Sekte Langit Timur, menjaga pilar-pilar yang telah disegel.

“Apa kau yakin ini tempatnya?” tanya Qian Ruo, matanya menatap ragu ke dinding batu yang menyala dengan simbol kuno.

“Ya,” jawab Wu Xuan. “Ayahku bilang, hanya keturunan darah naga dengan segel jiwa yang bisa membuka pintu warisan.”

Ia mengangkat segel di telapak tangannya, dan seketika, dinding batu membelah, menampakkan jalan
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 113 – Luka Jiwa, Bayangan di Celah

    Langit Spiral Qi kembali tenang, namun suasananya bukanlah kedamaian, melainkan keheningan penuh tekanan. Retakan-retakan besar masih menggantung di udara, seolah-olah cermin dunia bisa pecah kapan saja. Cahaya redup yang sebelumnya membanjiri dimensi itu kini berganti warna kelabu pucat. Di tengah ruang kosong, Wu Yao berlutut dengan napas terengah, darah menetes dari mulutnya, dan aura Jiwa Langit yang baru lahir masih bergetar tidak stabil. “Wu Yao!” Li Qing dan Bai Sheng segera melesat menghampiri, menahan tubuh pemuda itu. Yan Mei buru-buru mengeluarkan pil penyembuh dari tungkunya, meski tangannya gemetar. “Cepat, telan ini!” Wu Yao tersenyum tipis, meski wajahnya pucat. “Tidak perlu terlalu khawatir. Luka tubuhku bisa sembuh dengan pil. Tapi luka jiwaku… itu harga yang sudah kupilih.” Yan Mei tertegun, matanya berkaca-kaca. “Luka jiwa…? Wu Yao, kau… benar-benar mengambil jalan itu?” Wu Yao mengangguk pelan, matanya menatap retakan di langit. “Kalau aku memilih jalan lain,

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 112 – Retakan Spiral, Jalan yang Terpilih

    Langit dimensi Spiral Qi yang semula biru pekat berkilauan kini berguncang hebat, seperti permukaan cermin yang retak satu demi satu. Setiap retakan memancarkan cahaya keperakan yang menembus ruang, mengiris aliran Qi di udara. Getaran itu membuat banyak peserta yang masih berjuang di medan bawah berjatuhan, tubuh mereka bergetar hebat karena tidak mampu menahan tekanan. “Retakan dimensi… ini buruk sekali,” gumam Elder Mei Lan dari Sekte Tungku Langit Suci. Wajahnya pucat, kedua tangannya terulur untuk membentuk penghalang pil spiritual, melindungi murid-murid yang ada di bawah pengawasannya. “Jika Spiral Qi runtuh, kita semua akan terseret ke dalam kehampaan.” Di tengah pusat retakan, dua sosok berdiri saling berhadapan. Wu Yao dengan napasnya yang berat namun tegak, tubuhnya diliputi aura Qi yang bergetar tak terkendali. Di sisi lain, Ran Zhu, dengan mata merah darah, tubuhnya penuh retakan halus yang bersinar kehijauan seperti kristal pecah—tanda bahwa tubuh eksperimen sintetisny

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 111 – Jejak di Balik Api Malam

    Malam di markas perbatasan tidak pernah benar-benar sunyi. Setelah serangan pasukan bayangan pada malam sebelumnya, para penjaga berjaga dua kali lipat lebih ketat. Obor-obor dipasang di setiap sudut, formasi perlindungan dipertebal, dan bahkan para tetua sekte tak lagi berani beristirahat sepenuhnya.Wu Yao duduk bersila di dalam ruang meditasi, napasnya teratur namun matanya tetap terbuka. Ia tidak bisa tidur. Bayangan serangan kemarin terus terputar dalam benaknya. Tubuh-tubuh yang jatuh menjadi asap hitam, tatapan hampa dari pasukan sintetis, dan bisikan samar yang seolah memanggil dari balik kabut.“Bayangan ini bukan sekadar pasukan percobaan,” gumamnya pelan. “Ada tangan yang lebih besar mengendalikannya.”Pintu kayu ruang meditasi berderit pelan. Lin Yue masuk dengan wajah serius.“Guru, kami sudah memeriksa sisa-sisa debu dari makhluk sintetis itu. Sesuatu yang aneh muncul.”Wu Yao berdiri. “Tunjukkan padaku.”---Di aula penelitian, beberapa murid Sekte Jiwa Alir dan Sekte P

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 110 – Jejak Bayangan di Balik Sekutu

    Pagi menyingsing di markas perbatasan, tetapi cahaya mentari tidak membawa ketenangan. Setelah serangan malam sebelumnya, seluruh pasukan sekutu terpaksa berjaga sepanjang malam. Di pelataran utama, murid-murid dari berbagai sekte terlihat letih, namun tatapan mereka dipenuhi kewaspadaan. Wu Yao berjalan perlahan di sepanjang lorong barak, memandang murid-murid yang saling berbisik penuh cemas. Luka-luka masih bertebaran di antara mereka, sebagian dirawat oleh tabib dari Sekte Pil Ilahi. Aroma obat dan darah bercampur, menambah berat suasana pagi itu. “Guru...” suara Lin Yue terdengar lirih dari samping. “Murid-murid mulai kehilangan semangat. Mereka takut pasukan bayangan itu akan kembali malam ini.” Wu Yao berhenti sejenak, menatap muridnya yang setia. “Rasa takut adalah hal yang wajar. Tapi justru dari rasa takut itu, kita harus menemukan keberanian. Jika kita hanya lari, bayangan akan terus mengejar. Namun bila kita berdiri, bayangan itu akan goyah.” Lin Yue mengangguk, meski s

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 109 – Jejak Bayangan

    Matahari sore mulai condong ke barat, sinarnya jatuh miring melewati puncak dinding pertahanan markas perbatasan. Suasana yang semula riuh dengan latihan gabungan antar murid sekte kini mereda. Debu yang tadi beterbangan karena adu jurus perlahan turun, menyisakan aroma logam dan tanah hangus di udara. Wu Yao berdiri di tepi arena latihan, napasnya masih teratur meski tubuhnya basah oleh keringat. Di hadapannya, beberapa murid dari Sekte Bunga Abadi menundukkan kepala, memberi hormat setelah pertarungan simulasi. “Kalian cukup kuat untuk bertahan di garis depan,” ucap Wu Yao, suaranya tenang namun tegas. “Tapi ingat, musuh yang kita hadapi bukan hanya sesama manusia, melainkan eksperimen Qi sintetis. Teknik biasa mungkin tidak cukup.” Murid-murid itu mengangguk. Namun di balik tatapan hormat mereka, Wu Yao merasakan sesuatu—keraguan, atau mungkin rasa enggan. Riak kecurigaan yang sudah terasa sejak hari-hari sebelumnya semakin menebal. Luo Yian, yang berdiri di sampingnya, berbisi

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   Bab 108 – Riak Kecurigaan yang Membara

    Malam di perbatasan sekte diliputi kabut tipis, seolah langit dan bumi bersekongkol untuk menutupi rahasia yang tersembunyi. Wu Yao berdiri di tepian sebuah jurang, menatap jauh ke arah hutan hitam yang menjulang, tempat rumor tentang makhluk Qi sintetis disebut-sebut bersembunyi. Embusan angin membawa aroma tanah lembap dan dedaunan yang terbakar samar, menambah kesan bahwa wilayah itu tidak sepenuhnya alami. Di belakangnya, beberapa murid muda dari Sekte Jiwa Alir dan Sekte Pilar Obor berdiskusi dengan suara pelan. Mereka masih terguncang setelah peristiwa bentrokan dengan bayangan misterius yang muncul di jalur dimensi. Raut wajah mereka menunjukkan ketakutan sekaligus rasa penasaran. Tetua Ling Shan, salah satu tokoh dari Sekte Pilar Obor, menatap Wu Yao dengan mata penuh kehati-hatian. Meski sikapnya tenang, jelas ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia telah lama mencurigai bahwa ada kekuatan asing yang bekerja di balik layar, kekuatan yang bahkan bisa menandingi tatanan Qi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status