Langit mendung menyelimuti dataran spiritual di batas timur kekuasaan Sekte Teratai Hitam. Meski awan tebal menggulung perlahan, tidak ada angin. Segalanya seakan diam — seperti dunia menahan napasnya.Di balik tebing retak bernama Puncak Awan Retak, Wu Yao berdiri mematung. Tangannya mengepal, matanya menatap ruang kosong di antara celah dimensi yang baru terbentuk beberapa hari sebelumnya."Jejak Qi Tanpa Bentuk... muncul lagi," gumamnya.Sejak pertempuran besar dalam Spiral Qi dan pengorbanan banyak sahabat serta rival, Wu Yao menyimpan beban yang terus menyesak dalam jiwanya. Namun kini, sebagai salah satu pemimpin generasi baru, ia tak bisa tenggelam dalam duka.“Jadi... inilah retakan dunia yang dimaksud Wu Xuan,” ucap Luo Yian yang mendekat dari arah belakang.Wu Yao hanya mengangguk. Di tangan kirinya, sebuah kristal bening berdenyut — serpihan dari artefak pusaka Wu Xuan: Batu Qi Awal. Sejak kristal itu bersatu dengan kehendak warisan di Spiral, Wu Yao dapat merasakan getaran
Langit spiral yang semula berdenyut dengan cahaya kehancuran perlahan-lahan mereda. Retakan dimensi yang terbelah di angkasa telah berhenti melebar, seolah ditahan oleh kekuatan tak terlihat dari dalam pusat spiral itu sendiri. Di bawah langit yang kini dipenuhi kabut halus berwarna biru keperakan, puluhan peserta muda dari berbagai sekte mulai merangkak bangkit, tubuh mereka terluka, jubah mereka robek, dan napas mereka terengah. Namun mereka masih hidup. Di tengah medan reruntuhan itu, Wu Yao berdiri diam. Tubuhnya tampak limbung, namun aura Qi di sekelilingnya justru semakin mantap. Peningkatan kultivasinya telah mencapai puncak Alam Jiwa Langit tahap akhir, dan sebuah tanda aneh seperti mata ketiga berpendar samar di dahinya — jejak dari teknik “Tujuh Langkah Kehendak Takdir” milik Wu Xuan. “Wu Yao…” suara lirih Lin Ke mengalun, gadis itu tertatih-tatih menghampirinya. “Kau berhasil… tapi kenapa retakan dimensi belum sepenuhnya menutup?” Wu Yao menoleh perlahan, tatapannya ko
Langit mulai berpendar keemasan saat senja turun di atas Ladang Batu Duka. Setelah kemenangan mereka melawan para eksperimen generasi kedua, Fraksi Perisai Warisan tidak langsung meninggalkan lokasi. Sebaliknya, mereka menyegel area dengan formasi pelindung tujuh lapis dan mulai menganalisis sisa fluktuasi dari batu monolitik yang kini memancarkan denyut Qi tak dikenal.Jin Seru duduk bersila di atas lingkaran formasi penenang dimensi, tangannya menyatu dengan papan decoding warisan. Aura dari tubuhnya semakin stabil, mendekati Alam Inti Roh Puncak, dan matanya bersinar redup.“Batu ini bukan sekadar tempat penyimpanan warisan. Di dalamnya... ada sesuatu yang masih aktif,” bisiknya pelan. “Sebuah fragmen dimensi terikat pada frekuensi spiral Wu Xuan.”Qian Rou yang berdiri tak jauh darinya merapatkan jubahnya. Aura Jiwa Langit-nya mengalir stabil, menunjukkan ketenangan yang tidak biasa.“Kalau begitu, kita harus menyelam ke dalamnya. Ini mungkin satu-satunya jalan untuk menemukan keb
Langit mendung menaungi perjalanan lima anggota Fraksi Perisai Warisan. Udara dingin, angin kering membawa aroma tanah tua dan jejak kabut samar. Di hadapan mereka terbentang wilayah yang tak pernah disentuh oleh sekte besar sejak ratusan tahun silam—Ladang Batu Duka.Wilayah ini dulunya dianggap tak layak huni oleh para kultivator karena ketidakseimbangan unsur. Qi murni bercampur dengan fragmen energi tak dikenal. Bahkan tetua pun menganggap tempat ini sebagai lokasi kutukan.Namun kini, kekuatan yang terdeteksi dari ladang itu tak bisa diabaikan lagi.“Lihat ke tanahnya,” bisik Jin Seru sambil memegang jimat penjejak warisan. “Ada resonansi spiral… seperti pola dari dimensi kemarin.”Qian Rou menutup matanya. Ia menyentuh tanah, lalu merapal mantra dengan Qi Jiwa Langit miliknya. Aura biru muda muncul dari telapak tangannya, menyebar ke permukaan. Seketika, ilusi semu muncul di hadapan mereka—bayangan reruntuhan dan suara pertarungan samar dari masa lalu.“Itu... suara Wu Xuan,” gu
Tiga hari telah berlalu sejak berakhirnya Kompetisi Tungku Langit Suci. Langit di atas Lembah Tengah Sekte Langit Timur tetap tenang, namun atmosfer di dunia kultivasi tak pernah sesepi ini. Setiap sekte tengah menghitung kerugian, mengevaluasi murid, dan menimbang ulang arah masa depan mereka setelah munculnya dimensi spiral dan peristiwa tak terduga yang mengorbankan Wu Yao.Wu Yao—murid berbakat yang telah menguasai teknik warisan Wu Xuan, dan mencapai Alam Jiwa Langit hanya dalam waktu singkat, kini dinyatakan menghilang setelah mengunci dirinya di dimensi spiral demi menyegel ledakan Qi sintetis yang mengamuk.Namun dunia tidak memberi waktu untuk berduka terlalu lama.Aula rapat darurat dibangun cepat di wilayah netral antara tiga sekte besar: Sekte Langit Timur, Sekte Pilar Pil Surgawi, dan Sekte Jiwa Alir. Aula itu bernama: **Aula Perisai Warisan**Aula ini bukan sekadar tempat pertemuan, tapi simbol persatuan baru—tempat lahirnya fraksi gabungan yang terdiri dari murid-murid
Langit di tanah suci Kompetisi Tungku Langit Suci telah kembali cerah, seolah badai dimensi tak pernah terjadi. Namun tanah yang dulu bersinar dengan formasi Qi kini dipenuhi retakan, dan di tengah lapangan utama berdiri pilar spiral yang setengah hancur—sisa dari medan dimensi buatan yang kini telah lenyap.Satu per satu, para peserta muncul dari gerbang dimensi yang tersisa. Liang Yin, Yue Lan, Jin Seru, Qian Rou, dan Mei Rin keluar dengan tubuh luka dan napas tersengal, namun mereka masih hidup.Sorak sorai langsung pecah dari barisan murid-murid sekte masing-masing. Namun saat menyadari bahwa Wu Yao tak ikut keluar, keheningan mendalam menyelimuti seluruh arena.Di antara para tetua, Tetua Agung Sekte Langit Timur berdiri menatap langit. Jubahnya berkibar tertiup angin Qi yang mulai stabil. “Jiwa penjaga... ia memilih menjadi pilar dimensi. Sama seperti Wu Xuan dahulu,” gumamnya lirih.Yue Lan melangkah maju, menggenggam liontin warisan yang sempat terjatuh dari Wu Yao. Cahaya sam