Share

Chapter 12 Surat Pengancaman

Semua warga pun mendatangi rumah pak Somad, tak terkecuali keluarga pak Dody, Safira dan Abbas juga tiga orang polisi. Safira berjongkok mendekati jenazah pak Somad dan mengeryitkan keningnya.

“Sungguh bejat kelakuan pelaku ini, begitu banyak luka yang didapat oleh pak Somad, sampai-sampai wajahnya hancur seperti ini….” celutuk Safira. Sedangkan tiga polisi juga sedang mengamati tubuh pak Somad dan ada juga yang mengambil gambarnya.

“Lihat seperti ada sesuatu dikantong baju itu?” ujar Abbas menyenggol bahu Safira. Mata tiga polisi langsung melototi kantong baju pak Somad. Safira segera mengambil sesuatu yang ada dikantong baju pak Somad. Ternyata sebuah surat.

“Target selanjutnya adalah pak Basir…. Tunggu saja, maut akan menjemputmu….” Safira membaca surat tersebut membuat para warga spontan melihat kearah Safira.

“Ini surat pengancaman…..” ucap Safira menatap tiga polisi yang juga menatapnya.

“Dimana pak Basir? Apakah beliau ada disini?” tanya Safira nampak panik. Dia memikirkan sesuatu yang buruk.

Semua warga kompak mengeleng, sedangkan Safira terus menatap tiga polisi tersebut dengan intens. Seperti tahu apa yang ingin Safira katakan, polisi kedua mendekati Safira.

“Ada yang tahu rumah pak Basir? Ada yang bisa mengantarkan saya kesana?” tanya polisi kedua. Seorang warga pun bersedia mengantarkan polisi kedua kerumah pak Basir.

Sedangkan yang tinggal bergegas memandikan jenazah pak Somad yang hampir sudah tak dikenali lagi.

“Assalamualaikum….” seorang pria yang bersama polisi mengetuk rumah pak Basir. Namun tidak ada yang menjawab. Karena tidak ada jawaban dari rumah, keduanya berusaha masuk dan pintu rumah tidak terkunci.

Betapa terkejutnya keduanya, melihat pak Basir sudah tewas bersimbah darah bersama istrinya bu Midah yang tertancap sebuah pisau diperutnya.

Polisi tersebut segera memeriksa tubuh pak Basir dan istrinya.

“Darahnya masih belum mengering, kemungkinan pembunuhan ini terjadi beberapa menit yang lalu….” ujar sang polisi.

Pria yang bersama pak polisi memanggil beberapa warga yang mendatangi rumah pak Somad untuk mengurusi jenazah pak Basir dan bu Midah.

Setelah pemakaman pak Somad, sebagian warga mendatangi rumah pak Basir dan bu Midah sedangkan yang lainnya tahlilan dirumah pak Somad. Jenazah pak Basir dan istrinya dimakamkan disore harinya, setelah pemakaman pak Somad.

Kedua anak pak Basir dan bu Midah nampak trauma melihat orang tuanya meninggal dengan tragis.

Melihat semua yang terjadi begitu cepat, terlintas sebuah ide dipikiran Safira. Safira segera menyenggol lengan Abbas dan membisikkan sesuatu membuat polisi dan beberapa warga menatap Safira curiga.

Abbas menganguk menyetujui ide Safira. Selesai dari rumah pak Basir, keduanya berjalan keluar dari desa, membeli sesuatu yang diperlukan untuk menjalan rencana yang mereka buat, disebuah toko pinggir jalan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status