Suasana hati Rendy hari ini benar-benar baik saat berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi dia hanya memberikan "hehe" pelan pada Dayana. Senyum lucu, yang biasanya tidak mungkin muncul saat Rendy mendapatkan respon dingin semacam itu. Tidak marah, Rendy hanya merasa sangat lucu saat melihat Dayana kehilangan kontrolnya. Tapi tetap saja, dia tidak akan terus mengurusnya dan melihat kearah Sunjaya. "Tulang yang pada di kaki dan beberapa anggota tubuhmu bukanlah masalah, tapi akan agak sulit untuk menyembuhkan luka yang lebih tersembunyi." "Apakah benar-benar bisa di sembuhkan?" Sunjaya buru-buru bertanya dengan semangat saat mendengar kata-kata Rendy. Tapi tidak untuk Dayana, yang terus mencibir dan melirik Rendy dengan jijik serta sinis. Wanita itu tampaknya benar-benar sakit hati padanya. Untungnya Rendy bukan seseorang yang suka mencari masalah terhadap wanita, dan hanya mengangguk pelan pada Sunjaya. Anggukan Rendy adalah berkah yang segera membuat Sunjaya sangat bers
Seolah-olah baru saja melihat hantu, wajah dan mulut Dayana melebar. Seluruh tubuhnya tegang dan eskpresi ngeri terlihat jelas di kedua matanya. Dia benar-benar tidak mempercayainya apa yang terjadi. Dalam jarak satu langkah dari Rendy yang sedang berkonsentrasi mengobati ayahnya, Dayana sangat yakin bahwa tembakannya tidak pernah meleset. Tidak! Itu memang tidak pernah meleset, tapi sangat jelas mengenai bahu kanan Rendy. Hanya saja, apa yang Dayana saksikan sungguh di luar imajinasinya. Peluru dari pistol standar sekalipun itu yang termurah dan paling umum, setidaknya memiliki kecepatan lebih 300meter/detik. Dengan kecepatan dan kekuatannya, bahkan tembok beton akan mengalami kerusakan nyata. Akan tetapi, apa yang di temukan benar-benar sulit untuk di percaya. Peluru pistol itu jelas-jelas mengenai lengan kanan Rendy, tapi begitu, peluru itu seperti menyentuh benda paling keras di dunia. Tidak hanya tidak melukai lengan lengannya, tapi juga tidak bisa menembusnya. Bagaimana i
Sunjaya tidak akan berani menolaknya, dan dengan senang hati segera berkata, "Tentu, tentu saja Tuan bisa menanyakan apapun." Baginya sekarang, apapun yang akan Rendy inginkan, selagi Sunjaya bisa melakukannya, dia akan memberikannya. Bahkan jika harus menyerahkan putrinya. Apalagi hanya sekedar bertanya. "Jika begitu," wajah Rendy berubah menjadi serius, dan menoleh kearah Dayana. Dayana sudah terbangun, dan saat melihat tatapan Rendy, dia segera memahami maksudnya dan tidak berani untuk membantahnya. "Aku akan menunggu di luar." Kata Dayana sambil berjalan keluar. Setelah Dayana, wanita yang sangat merepotkan dalam pikiran Rendy keluar ruangan, dia kembali melihat kearah Sunjaya dan bertanya, "Jika aku ingat lagi, sepertinya kalian sering berkata tentang Seniman Beladiri Kuno. Tapi kalian tidak pernah menjelaskannya, Beladiri macam itu?" Sunjaya sedikit terdiam dan melihat Rendy dengan tatapan penuh keraguan saat mendengarnya. "Apakah Anda tidak tahu?" Rendy tidak menjawabnya
"Lalu, jika hal-hal yang kalian praktekkan masih sama seperti di masa lalu, kenapa kalian tidak mencapai setengah kejayaan seperti di masa lalu?" Tanya Bella yang masih penasaran, kenapa Seniman Beladiri Kuno tampak sangat langka sekarang. Karena jika mereka bisa seperti di masa lalu, seharusnya dunia saat ini di kuasai oleh Seniman Beladiri Kuno. Tapi karena tampak sulit ditemui, pasti ada yang terjadi. Sunjaya tidak perlu menjawabnya, karena Rendy sudah menebaknya dan berkata kepada Sunjaya, "Mengingat waktu sudah lebih dari seribu tahun sejak terakhir kali, tapi tidak memiliki perkembangan, sepertinya formula yang kalian olah tidak lengkap." Sunjaya mengangguk dan sangat membenarkan tebakan Rendy. "Seperti yang telah saya jelaskan di awal, catatan masa lalu menghilang bersamaan dengan formula latihan yang mereka gunakan di masa lalu. Apa yang ada sekarang adalah warisan cacat, yang bahkan tidak bisa mendekati 30% dari apa yang aslinya." "Karena hal itulah, kami tidak bisa menca
Setelah keluar dari tempat Rendy, Sunjaya yang berada di kursi roda dan sedang di dorong oleh Dayana tiba-tiba mengerutkan keningnya, dan bergumam, "Aku lupa mengatakannya...." "Apa?" Bertanya seperti ini saat mendengar gumaman ayahnya, Dayana tampak masih dengan kejadian barusan. Sunjaya tentu memahami nada suara Dayana, tapi dia terlalu serius untuk berpikir dan berkata, "Aku lupa mengatakan bahwa Sutan Banu adalah Murid dari Ba Ringin." "Ba Ringin?" Ketika mendengar nama itu, Dayana tiba-tiba berhenti mendorong kursi roda ayahnya. Pada saat yang sama, ekspresi kesal dan marah dari kejadian bersama Rendy tiba-tiba menghilang. Ekspresinya menjadi bermartabat, dan Dayana yang terkenal tenang, anggun dan cantik tiba-tiba kembali, tapi dia tidak menunjukkan kelebihannya, melainkan kekhawatiran dan sedikit ketakutan di wajahnya. Sunjaya juga memiliki ekspresi yang sama dan dengan berat berkata, "Lima tahun lalu, saat aku bertemu dengannya, jika tidak salah orang itu telah berada di
"Apakah kamu mengenalnya?" Tanya Rendy kepada Bella. Bella mengangguk dan menjawab, "Sima Cho, dia adalah pengusaha di bidang entertainment dan industri hiburan. Aku tahu dan bisa mengenalnya karena beberapa kali pernah bekerjasama dengannya, tapi aku tidak menduga bahwa dia akan melakukan hal semacam itu." "Apakah kamu memiliki kontaknya?" Rendy tidak peduli siapa itu Sima Cho, yang terpenting sekarang adalah petunjuk untuk menemukan keberadaan adik perempuannya."Sayangnya tidak," Bella menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab, "Sima Cho cukup misterius, saat aku menemuinya, dia tidak pernah meninggalkan nomor teleponnya, saat dia menghubungiku juga selalu menggunakan nomor yang berbeda-beda. Tapi...." Bella merasa ragu-ragu untuk mengatakannya, tapi saat melihat Rendy sedang menunggunya, dia akhirnya berbicara, "Julia, managerku beberapa waktu mengatakan bahwa Produser layar lebar Aji mendatangiku dan mengatakan untuk mengajakku bekerja sama. Jika aku tidak salah ingat, sepert
Ketika tiba di Jakarta dengan menaiki helikopter, Rendy dan yang lainnya tidak mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, melainkan Landasan Udara Halim Perdanakusuma. Saat Ryan dan yang lainnya turun ke dari helikopter, mereka juga segera di sambut dengan penghormatan oleh ratusan tentara angkatan udara yang telah berbaris rapi dan menunggunya. Bersama dengan komisaris Burhan, Ryan seperti disambut layaknya pahlawan negara. Ratusan prajurit dengan pangkat tinggi dan rendah berbaris rapi sambil segera memberinya hormat militer. Jika ada orang yang tidak mengenal Rendy, mereka akan berpikir bahwa itu terlalu berlebihan, karena dilihat dari manapun, kelompok Rendy, Bella serta gadis kecil Lilya tidak seperti seorang aparat negara sama sekali. Secara sekilas, siapapun yang melihat hanya akan berpikir bahwa kelompok tiga orang itu adalah seorang pemuda biasa, tapi jika mengetahui identitas Rendy yang sebenarnya, bahkan pangkat Mayor jenderal angkatan udara harus memberinya peng
Di jalan raya, saat kelompok Rendy pergi ke untuk menemui produser Aji, Julia yang sedang duduk di kursi kopilot bersama dengan Agam, yang menyetir di sebelahnya tidak bisa untuk tidak merasa bingung dan berperang dengan pikirannya. Menyaksikan tiga orang di kursi penumpang melalui kaca spion depan, dia tidak bisa untuk tidak merasa tertekan dan memikirkan semuanya. Pikiran tentang identitas Rendy yang sebenarnya mungkin bukan lagi menjadi bahan utama, tapi apa yang terjadi di belakangnya adalah sesuatu yang membuatnya tertekan. Karena, pria yang sedang duduk dan tampak tersenyum saat berbicara dengan Bella serta Lilya di kanan kirinya, sosok Rendy yang sebelumnya membuat Jenderal Ananda ketakutan telah benar-benar menghilang. Melihat sekilas, siapapun tidak akan berpikir bahwa pemuda yang tampak tersenyum ramah dan kadang juga tertawa saat berbicara itu ternyata memiliki identitas luar biasa. Mengingat dirinya di masa lalu, Julia akhirnya mengerti kenapa dia tidak mempercayai Re