Banyak kelabang yang telah mereka bunuh. Ruangan itu pun menjadi lebih terang dan barulah terlihat ada begitu banyak mayat di sana. Mereka tewas dengan tubuh yang menghitam arena racun dari kelabang raksasa itu. Melihat itu Luo Ouyang menelan ludah. Ada masih banyak kelabang di sana. Ada puluhan lagi. Cultivator yang ada di sana juga masih ada. Mereka juga mengalami hal yang sama. Hanya saja kali ini mereka merasa lebih baik karena penerangan yang berhasil dbuat oleh Liu Heng dan Luo Ouyang. "Awas!" teriak Liu Heng. Luo Ouyang terlalu terkaget melihat begitu banyak mayat. Dia sampai lupa kalau dia harus tetap waspada. Liu Heng langsung melemparkan pedang miliknya. Satu lemparan itu langsung menembus tubuh kelabang itu, tetapi sayangnya kelabang itu sudah berhasil menggigit bahu Luo Ouyang. Itu membuat Luo Ouyang terjatuh. Racun menyebar begitu cepat. Liu Heng langsung melompat. Beberapa kelabang mendekat ke arah dirinya. Itu membuat Liu Heng berdecak kesal. Dia menggunakan api mil
Setelah pulih Luo Ouyang pun bangun. Dia sudah siap melanjutkan perjalanannya. Luo Ouyang mendekati Liu Heng yang sedang berlatih. Dia sudah cukup bisa mengendalikan kekutan yang baru dia dapakan. Menerobos terlalu sering, itu membuat dirinya kehilang kontrol pada dirinya sendiri. "Kau benar-benar sudah pulih?" tanya Liu Heng kepada Lou Ouyang. "Aku rasa begitu," jawab Luo Ouyang. Liu Heng melihat keadaan Luo Ouyang. Terlihat kalau Luo Ouyang yang sudah cukup membaik. Itu membuat Liu Cheng tersenyum, dia pun mengangguk. Liu Heng langsung berjalan ke arah pintu yang selanjutnya. Luo Ouyang menyipitkan matanya. Liu Heng terlalu cuek. Padahal sebelumnya dia begitu perduli. Itu membuat Luo Ouyang begitu kebingungan. Dia menggaruk kepalanya. Satu detik kemudian Luo Ouyang menampar wajahnya sendiri. "Aku tidak boleh seperti itu. Bodoh," keluh Luo Ouyang. Liu Heng menoleh ke belakang. Dia mendengar suara aneh. Dia langsung bertanya kepala Luo Ouyang tentang apa yang terjadi, tetapi Luo
Mereka mendekati patung naga itu. Tidak ada yang terjadi sama sekali. Tidak ada tanda kalau patung itu akan bergerak. Hanya saja energi qi di dalam patung itu sangat membuat keduanya merinding. Terlalu besar untuk bisa dicapai. Yang jadi masalahnya adalah pintu di belakang patung naga yang sangat besar itu. Mereka harus melewati patung itu lebih dulu sebelum akhirnya mereka bisa masuk ke ruangan selanjutanya. Tentu saja itu membuat mereka takut. "Kau pria, seharusnya kau yang di depan," keluh Luo Ouyang. Dia yang berjalan di depan. Liu Heng ada di belakang. Dia berniat melindungi dari belakang karena serangan dari depan jauh lebih mudah dihindari daripada serangan yang datang datangi belakang. Hanya saja Luo Ouyang tidak sadar akan hal itu. "Baiklah," jawab Liu Heng. Dia pun berjalan ke depan. Dia yang memimpin jalan. Ketika tubuh mereka berada tepat di bawah patung naga itu, keduanya menelan ludah. Mereka merinding. Bahkan menoleh ke atas saja tidak berani. Ketika sedang berjala
Patung naga besar itu menggeliat seperti cacing. Liu Heng mengambil sebuah pedang lagi. Dia pun melakukan sebuah tebasan. Itu adalah jurus Tebasan Raja Neraka. Pedang miliknya langsung menghitam. Qi Iblis itu menjadi begitu pekat. Satu tebasan itu langsung Liu Heng lakukan. Tebasan itu langsung mengenai tubuh patung naga besar itu. Hanya saja patung itu tidak terpotong. Tubuhnya sangat keras. Liu Heng menelan ludah. "Kalau begini, bagaimana cara mengalahkannya?" gumam Liu Heng. Ketika dia sedang kebingungan, di arah lain. Luo Ouyang terkena serangan api dari naga itu. Tubuhnya langsung terbakar. Liu Heng langsung menghampiri Luo Ouyang dan memadamkan api itu dengan qi miliknya. Patung Naga itu sangatlah kuat.Luo Ouyang merasa tubuhnya masih panas karena tadi terkena hembusan api dari Patung Naga itu. Liu Heng pun memperkuat tubuhnya. Dia memacu kembali teknik raja Iblis miliknya. Itu membuat dia menjadi lebih kuat dan aura jahat semakin pekat keluar dari tubuhnya. "Kau jangan terl
Setelah berhasil meledakkan mulut patung naga besar itu. Liu Heng bisa lebih bisa menguasai pertarungan. Semburan api dari patung naga besar itu menjadi tidak terlalu menakutkan karena semburan api itu tidak terlalu lurus lagi. Liu Heng bisa lebih mudah menghindari dan menahan hembusan api itu. "Pertarungan ini akan aku menangkan," ucap Liu Heng.Lou Ouyang berdiri di sebelah Liu Heng. Tubuh Lou Ouyang begitu berantakan. Hanya saja dia masih berniat bertarung. Dia tidak akan mengalahkan sama sekali. Lou Ouyang tidak akan mengalah dengan keadaan. "Aku akan membantumu," ucap Lou Ouyang. Liu Heng melirik. Terlihat kau tubuh Lou Ouyan sudah gosong. Wajah dan kulit cantiknya sudah terkabar oleh api dari patung naga besar itu. Liu Heng mengeluarkan pill dan memberikannya kepada Lou Ouyang. Lou Ouyang tanpa pikir panjang sama sekali. Dia langsung menelan pill itu. Tidak ada keraguan sama seali. Mereka sudah berjuang antara hidup dan mati di sana. "Setelah ini aku akan membantumu memurnik
“Liu Heng, kau akan pergi ke desa untuk ikut dalam seleksi untuk menjadi cultivator. Kau harus ikut!” ucap Kakeknya dengan tegas. Dia ingin cucu satu-satunya menjadi seorang cultivator. Itu adalah sesuatu kebanggaan bagi semua orang, tetapi bukan itu alasan utamanya.“Tetapi kakek, aku tidak bisa berkultivasi. Kekek tahu sendiri kalau dantian ku itu cacat. Aku tidak bisa mengelola energi qi yang berarti aku tidak akan bisa menjadi cultivator. Aku lebih di sini dan mengurus kakek saja,” ungkap Liu Heng.Liu Heng dan Kakeknya—Lin Jie—tinggal di hutan yang tidak jauh dari desa Kàojìn. Mereka hanya tinggal berdua saja tanpa ada orang lain. Liu Heng bukan cucuk kandung Lin Jie. Pada saat itu dia menemukan seorang wanita yang berlumuran darah datang ke gubuk kecil miliknya sambil menggendong bayi dan memberikan bayi itu kepadanya dan wanita itu langsung pergi begitu saja.Beberapa saat kemudian segerombolan prajurit kekaisaran datang ke gubuknya Lin Jie juga. Mereka menanyakan tentang wanit
Keesokan harinya Liu Heng bersama dengan kakeknya datang ke desa. Di alun-alun desa Kaǒjin banyak sekali orang-orang sedang berkumpul. Mereka adalah para penduduk desa yang penasaran dengan cultivator yang akan datang. Kedatangan cultivator adalah sesuatu yang sangat langka dan menarik perhatian.Tentu saja mereka semua penasaran karena tidak setiap tahun cultivator datang ke desa Kaǒjin karena memang desa itu tidak banyak terdapat anak yang berbakat, tetapi kali ini ada satu anak yang sangat berbakat yang sudah masuk ke dalam tahap penempaan tulang tahap ke 4 padahal umurnya masih sepuluh tahun. Satu tahun lebih tua daripada Liu Heng.“Aku adalah Zie Du dan aku adalah salah satu guru dari sekte Tebasan Mengalir.” Semua orang menjadi bersemangat. Mereka sudah siap untuk tes-nya karena Zie Du akan mengambil dua anak sebagai murid. “Kalian sudah tahu kalau aku datang ke mari untuk mencari dua orang murid, tetapi aku tidak bisa mengambil sebarang murid. Akan ada tes lebih dulu.”Ada lima
Pertarungan akan di lakukan di tempat itu juga. Hanya saja para penduduk akan menjauh dan membentuk sebuah lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran hanya ada tiga orang yaitu Liu Heng, Zie Du, dan Zu Yong.Di bagian penonton ada Xie Xie dan Lin Jie yang sedang berharap kalau Liu Heng menang. Kecuali mereka berdua, tidak ada lagi yang mengharapkan Liu Heng menang. Semua orang sudah yakin kalau Zu Yong yang menang. Lebih tepatnya lebih berharap Zu Yong yang menang.Beberapa hari yang lalu memang Liu Heng yang menang karena Zu Yong masih dalam penempaan tulang tahap 1, tetapi sekarang sudah berbeda. Dia sudah berada di tahap ke 2. Perbedaan penempaan tulang tahap ke1 dan penempaan tulang tahap ke 2 itu cukup signifikan.“Apa kalian sudah siap?” tanya Zie Du.Zu Yong sudah siap dan sangat percaya diri. Begitu pula dengan Liu Heng, dia juga bersemangat. Mereka saling menatap satu sama lain dengan niat saling mengalahkan. Tidak ada yang ingin kalah.“Mulai!” Zie Du langsung menghilang dan munc