Share

Bab. 6 Juru Masak Yang Buta

“Kau bukan lawanku,” ucap Zie Du.

Dia sudah berada pada tahap alam surga ke satu. Itu tidak terlalu bisa dibanggakan karena Zie Du tidak bisa dibilang jenius yang luar biasa. Dia hanya di atas rata-rata sedikit. Jabatannya juga hanyalah guru murid luar. Sedangkan, musuhnya sekarang ada pada tahap alam bumi tahap akhir. Tidak lama lagi dia akan masuk ke dalam alam langit. Perbedaan yang cukup jauh.

Jurus tetesan air tenang

Benar saja beberapa menit kemudian ketua bandit itu mendapat tebasan di bagian bahunya. Tebasan itu cukup dalam. Membuatnya kesakitan. Dia mencoba sekali lagi, tetapi berakhir sama. Merasa tidak bisa mengalahkan Zie Du sendirian, dia pun memerintahkan bawahannya untuk membantu.

Jurus tetesan air tenang memiliki tiga bentuk perubahan dan yang dilakukan oleh Zie Du sekarang adalah bentuk pertama yaitu Air Membela Batu. Gerakannya lembut, tetapi pada bagian tertentu sangat kasar dan mematikan.

“Aku terlalu meremehkan dirinya,” keluh ketua bandit itu.

Permainan pedang milik Zie Du sangat lembut dan terasa seperti air yang mengalir. Itu adalah salah satu jurus yang diajari di sekte Tebasan Mengalir. Liu Heng kagum dengan setiap gerakan Zie Du. Xie Xie menatap Liu Heng sambil mengerutkan keningnya. Senyuman Liu Heng sangat indah.

“Kakak harus mengenakan penutup wajah ketika di sekte nanti!” pinta Xie Xie.

Liu Heng kaget. Dia langsung menoleh ke arah Xie Xie, “Kenapa kau berkata seperti itu? Mengenakan penutup wajah itu merepotkan.” Liu Heng tidak setuju.

“Pokoknya harus. Kalau tidak, maka aku akan marah,” ancam Xie Xie. Dia mengembungkan pipinya dan langsung menoleh ke arah lain. Tatapannya dan tatapan Zu Yong bertemu. Dia langsung memalingkan pandangannya lagi ke arah lainnya. Malah itu membuat wajahnya dan Liu Heng menjadi sangat dekat. Xie Xie langsung menunduk malu.

Liu Heng juga langsung memalingkan pandangannya juga. Wajahnya juga memerah.

“Maafkan aku,” ucap Liu Heng.

“Itu bukan salah Kakak.”

Satu bandit berhasil dikalahkan oleh Zie Du. Tidak butuh waktu lama dia menjatuhkan bandit yang lainnya. Ketua bandit yang panik, dia mencari cara untuk membuat Zie Du lengah. Dia melihat ada seorang gadis kecil—Xie Xie.

Dengan cepat dia langsung berlari ke arah gadis kecil itu. Ketua bandit itu sedikit melirik ke arah Zie Du, tetapi Zie Du sama sekali tidak peduli. Zie Du membiarkan ketua bandit itu menyerang Xie Xie. Itu membuat ketua bandit bingung. Ketika ketua bandit itu ingin mengayunkan pedangnya. Tiba-tiba pedang yang ada di tangannya menghilang. Tangannya pun terpotong, tetapi belum sempat berteriak kesakita. Beberapa saat kemudian dia merasa ada sesuatu yang menembus perutnya. Ketika dia menunduk dia melihat pedang tertancap di sana.

“Mustahil,” keluhnya. “Aku tidak mungkin dikalahkan oleh bocah yang bahkan tidak berkultivasi. Ini benar-benar tidak masuk akal.” Ketua bandit itu tewas tepat setelah Liu Heng menarik pedangnya ke samping. Bagian perut ketua bandit itu robek.

“Kalau kau tidak lengah, kami pasti dalam masalah,” ucap Liu Heng.

Zie Du tersenyum. Dia sudah bisa menebak kalau Liu Heng bisa diandalkan dan bisa mencari celah besar yang ketua bandit itu. Zie Du melakukan pertaruhan yang besar, tetapi untung saja berhasil. Tidak lama kemudian dia berhasil mengalahkan semua bandit yang ada di sana.

“Kau sangat luar biasa Heng’er,” ucap Zie Du.

Zu Yong yang mendengar itu langsung kesal. Dia menatap Liu Heng dengan tatapan marah. Dia langsung masuk ke dalam kereta kuda lagi.

“Kurang ajar! Dia mengambil semua yang ingin aku miliki,” keluh Zu Yong.

Mereka melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Zie Du selalu berbicara dengan Liu Heng. Mereka saling bertukar pikiran tentang ilmu pedang. Semakin lama dia berbicara dengan Liu Heng semakin yakin kalau ilmu pedang Liu Heng memang di atas ilmu pedang miliknya.

Itu membuat Zie Du merasa malu, tetapi dia tetap bertanya dan sesekali dia meminta saran. Liu Heng tentu saja menjawab sesuai dengan apa yang dia pahami. Dia tidak merasa rugi berbagi ilmu kepada orang lain. Malah menurutnya itu bisa menambah wawasan dia juga.

Beberapa hari kemudian mereka pun tiba di sekte. Semua orang menatap ke arah mereka. Beberapa orang langsung terpesona terutama para gadis. Bukan dengan kedatangan Zie Du, tetapi karena wajah tampan Liu Heng. Itu membuat Xie Xie kesal. Pada hari itu muncul rumor tentang murid berwajah giok.

“Kau cemburu?” tanya Liu Heng.

Wajah Xie Xie langsung memerah. Dia pun mengangguk. Dia tidak pernah menyembunyikan rasa sukanya kepada Liu Heng, tetapi Liu Heng menganggap itu hanya sebatas suka seperti kakak dan adik. Bagaimana pun dia sudah menganggap Xie Xie sebagai adiknya. Meski, umurnya lebih muda.

“Jangan khawatir, Kau akan menjadi nomor satu di sini,” ungkap Liu Heng sambil meletakkan tangan Xie Xie di bagian dadanya. Xie Xie bisa merasakan detak jantung Liu Heng dari tangannya. Itu membuat dia tersenyum dan langsung memeluk Liu Heng.

Zie Du hanya tersenyum.

Zie Du mengajak Xie Xie dan Zu Yong ke tempat tinggal mereka. Mereka memiliki ruang pribadi untuk mereka tinggal. Setelah itu dia mengajak Liu Heng untuk ke bagian dapur. Mereka akan menemui Jue Die.

Ketika bertemu dengan Jue Die, Liu Heng kaget karena ternyata dia adalah pria tua buta yang pemabuk. Di tangan kanannya terdapat arak. Liu Heng kebingungan. Dia tidak mengerti bagaimana seorang pria tua yang buta bisa menjadi juru masak dan ketua.

“Jangan memandangnya seperti itu, dia tahu. Dia akan memukulmu,” bisik Zie Du.

“Benarkah?”

Zie Du mengangguk.

“Kalau kau ingin merasakan bagaimana pukulanku, maka tanyakan saja pada bocah yang ada di sampingmu. Dia bisa memberitahumu,” ucap Jue Die. Zie Du menggaruk kepalanya. Wajahnya sedikit memerah.

“Dia juga awalnya bekerja di tempat ini. Sebelum akhirnya salah satu tetua tertarik kepadanya. Jadi, kau tidak perlu khawatir.” Jue Die mencoba menyemangati Liu Heng. Dia kemudian memegang kepala Liu Heng. Dia terdiam beberapa detik. “Aku tarik lagi kata-kataku. Itu agak mustahil. Kau bahkan tidak bisa menembus tahap penempaan tulang. Itu adalah batasmu.”

Zie Du mengusap wajahnya. Dia lupa kalau Jue Die adalah orang yang suka ceplas-ceplos. Keadaan menjadi canggung. Zie Du ingin menjelaskan semuanya, tetapi dia urungkan niatnya karena itu sudah terlambat.

“Jangan ditutup-tutupi karena itu hanya akan membuatnya lebih kecewa. Apa kau tidak memikirkan perasan ketika dia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi tidak bisa dan baru sadar kalau ternyata memang itu adalah batas yang dia miliki. Bukankah itu jauh lebih menyakitkan?”

Zie Du menundukkan pandangannya.

“Maafkan aku,” ucapnya kepada Liu Heng.

“Itu bukan salah Guru.”

Keadaan masih canggung. Akhirnya Zie Du pulang ke tempat dia tinggal. Sedangkan, Liu Heng di tinggal di sana bersama dengan Jue Die.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rayhan Rajendra
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status