Home / Horor / RANJANG BERDARAH / Privat Party

Share

Privat Party

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2024-05-06 15:40:32

Setiap istri memiliki pilihannya sendiri bila terbukti suami telah mengkhianati, tapi menyembunyikan aib suami tetap kewajiban utama seorang istri sebelum mereka resmi mengakhiri ikatan yang telah terjalin. 

Lima belas tahun mengarungi biduk rumah tangga bersama Burhan, membuat Jihan mengerti. Bahwa sedalam apa pun luka yang ditorehkan sang suami, mengumbar keburukan pasangan bukan satu-satu jalan untuk membayar rasa sakit yang diberi. 

Semua lara itu sudah berhasil dia telan, bersama luka yang penuh tambalan, serta kekecewaan yang hanya bisa dipendam sendirian. Sekeras apa pun cobaan menerjang, perempuan itu tetap mampu berdiri di atas seutas tali yang terbentang. 

Entah apa yang membuat Jihan kukuh bertahan sampai belasan tahun lamanya, meskipun dia tahu Burhan tak lagi sama. Dia telah mengkhianati ikatan suci pernikahan mereka dan tunduk di bawah cobaan harta dan kekuasaan yang Tuhan berikan padanya. 

Padahal saat tak punya apa-apa Jihan ada di sampingnya, merangkul dan menguatkan Burhan. Mereka merangkak naik sama-sama, tapi setelah sampai di puncak Burhan dibutakan segalanya. Susah dia dengan Jihan, tapi senang bersama para jalang.

Sabar dan bodoh mungkin tak ada bedanya bagi Jihan. Bertahan karena keadaan selalu dia jadikan alasan tiap kali teman, kerabat, bahkan orangtua menyarankan untuk bercerai. 

Sampai takdir berkata lain, bukan perceraian yang memisahkan mereka, melainkan maut yang tiba-tiba datang. Pada akhirnya bukan orangtua, teman, atau kerabat yang ikut andil.  Namun, Tuhan sendiri yang turun tangan mengakhiri penderitaan Jihan. 

Kematian Burhan meninggalkan begitu banyak tanda tanya besar dalam benak Jihan. Rasa penasaran membuatnya menguatkan pilihan untuk terus bertahan di antara kedua kaki yang pincang. Lima belas tahun usia pernikahan mereka. Sudah lebih dari satu dasawarsa, tapi nahasnya dia masih belum bisa mengenal sosok Burhan Hakim yang sebenarnya. 

Semua orang di ruangan itu terdiam, tak terkecuali Nova. Perempuan dengan potongan rambut bob itu hanya bisa ternganga mengetahui fakta yang diungkap Jihan tentang kematian kakak iparnya. 

Dia menuntut jawaban dari Bahar. Tapi adik laki-laki Burhan itu hanya terbungkam. Lalu beralih pada Nisya, tapi yang bersangkutan juga tak memberi Nova jawaban yang dia inginkan. 

"Jadi, benar, Ma? Kalau sebelum meninggal Mas Burhan berencana menikah lagi? Kalian semua tahu?!" tuntut Nova dengan raut muka penuh tanda tanya. 

Sebenarnya Nova tak benar-benar membenci Jihan. Ekspresi yang selama ini dia tunjukkan lebih kenapa geram, gemas melihat semua kebungkaman Jihan. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana Jihan mampu bertahan dalam situasi sesulit ini?

"Bagaimana bisa, Mbak?" Nova beralih pada Jihan, lalu mengguncang bahunya yang geming. "Bagaimana bisa Mbak masih duduk di sini, setelah semua yang terjadi? Apa alasannya? Apa yang membuat Mbak Jihan bersikeras mempertahankan lelaki sebajingan Mas Burhan!"

"Nova!" Bahar berusaha menenangkan istrinya. 

"Demi Tuhan selama ini aku, tuh kasihan. Kasihan sama Mbak Jihan. Rasanya benar-benar tak habis pikir, kok ada wanita sebodoh ini."

"Nova Damayanti!" Kali ini Bu Yuli menengahi. 

"Pertama-tama aku ucapkan terima kasih atas keprihatinanmu, Nova. Ini pilihan yang sudah kuambil. Sudah sangat terlambat untuk menyesal atau memperbaiki apa yang sudah terjadi. Lebih baik sekarang kita fokus pada tujuan awal. Yaitu mengungkap misteri dibalik kematian Mas Burhan. Siapa saja bisa jadi tersangka, bukan? Alih-alih aku, jangan-jangan pembunuhnya justru salah satu di antara kalian."

Plak! 

"Jaga mulutmu, Jihan!" sentak Bu Yuli setelah melayangkan tamparan di pipi kanan Jihan. 

"Loh, Mama, kok marah?" Jihan menatap Bu Yuli dengan nanar. Namun, entah kenapa tatapan itu lebih terlihat seperti sebuah ejekan. "Itu, kan baru dugaan, bukan tuduhan seperti yang Nova layangkan. Lagipula selama ini Mas Burhan lebih banyak menghabiskan waktu dengan kalian dibandingkan denganku dan anak-anak. Mama pasti lebih tahu banyak hal menyangkut Mas Burhan. Jadwalnya, orang-orang di sekitar, bahkan temen-temen kantor atau bahkan selingkuhannya?" 

"Jihan!" Bu Yuli mulai naik pitam. 

"Seharusnya kasus pembunuhan Mas Burhan ini mudah dipecahkan asal kalian mau bekerja sama. Mama tinggal beri tahu polisi tentang orang-orang yang pergi dengan Mas Burhan sebelum kejadian, kenapa harus menyembunyikannya?"

"Mereka tidak terlibat, Jihan!" desis Bu Yuli semakin geram. 

"Kalau begitu buktikan! Panggil mereka satu per satu ke hadapanku. Kalau perlu semua selingkuhan Mas Burhan yang Mama tahu, siapa tahu mereka dendam karena cuma dipake terus dibuang."

"Jihan Anissa! Keluar kamu sekarang!" Emosi Bu Yuli sudah sampai pada puncaknya. Perempuan senja berusia pertengahan enam puluhan itu menarik tangan Jihan agar bangkit dari tempatnya. 

Jihan menepis tangan Bu Yuli. Dengan sorot mata tajam dia membalas ucapan ibu mertuanya.

"Mama tak perlu repot-repot ngusir segala. To, aku memang sudah mau pergi. Di sini aku cuma mau menekankan, suatu saat kebenaran pasti akan terungkap. Pada kenyataannya memang banyak iblis yang bersembunyi dibalik wajah malaikat. Jangan kalian pikir selama ini aku tidak tahu. Justru aku diam karena terlalu banyak tahu."

Jihan bangkit setelah menatap mereka satu per satu. Sejenak dia menyingkap sarung tangan yang selalu membungkus tangan kanannya. Terlihat luka bakar serius di sana. 

Luka yang disebabkan kecerobohan Bu Yuli saat menumpahkan minyak panas hingga mengenai seluruh telapak tangan Jihan sampai ke pergelangan. 

Salah satu alasan Jihan bertahan selama lima belas tahun pernikahan karena sampai detik ini dia masih percaya. Burhan suaminya tak melakukan semua pengkhianatan itu sendirian. Ada campur tangan Bu Yuli dan adik-adiknya. 

Entah apa yang mereka lakukan sebenarnya, tapi Jihan masih meyakini bahwa keluarga suaminya tergabung dalam sebuah organisasi rahasia. Di mana pertemuan diadakan tiap akhir pekan, dan selalu memakan korban setelah privat party selesai diadakan. 

.

.

.

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RANJANG BERDARAH   Babak Baru Dimulai

    Gumpalan awan pekat menyelimuti langit di atas lapas Nusa Kumbangan yang menampung ribuan tahanan kelas berat. Bunyi guntur bersahutan membawa serta angin dan hujan yang mengguyur salah satu kota besar di Tahan Air tersebut. Di dalam block tahanan kelas berat dengan masa hukuman seumur hidup terdengar keributan di tengah riuhnya suara hujan. Para tahanan itu baru saja menyaksikan seorang tahanan dibvnuh dengan brutal oleh sosok yang tak dikenal menggunakan jubah hitam yang menelusup masuk di antara ketatnya penjagaan. Kepala lelaki malang itu nyaris putus. Darah segar masih mengalir dari lehernya yang dig0rok dengan kejam. Namun, ajaibnya napas lelaki itu masih berembus, pendek-pendek, dengan mata yang mengerjap lemah. Mulutnya membuka dan menutup seolah hendak mengucapkan sesuatu. Waktu hampir menunjukkan tengah malam, para petugas yang menunggu laporan datang berbondong-bodong menuju lokasi kejadian. Mereka tercengang saat melihat sel dalam keadaan terbuka, dan korban sudah sekar

  • RANJANG BERDARAH   Hikmah dibalik Musibah

    Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, setiap yang pergi pasti akan kembali, dan setiap yang hilang pasti akan digantikan lagi. Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Pernikahan sangat dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Ketika seseorang memutuskan untuk menutup diri dari takdirnya sendiri, mungkin saja ada duka yang diselimuti kecewa hingga dia takut untuk memulainya lagi. Jihan dan Zakir pernah merasakan bagaimana sakitnya ditinggalkan orang-orang yang sangat mereka kasihi, alasan itulah yang membuat keduanya sempat menutup diri. Namun, saling melengkapi adalah salah satu kunci untuk menutup lubang yang tersembunyi di dalam hati. Setelah berbagai pertimbangan keduanya resmi mengikat janji untuk menjalin komitmen sehidup semati. "Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Annisa binti almarhumah Hana Latifa dengan seperangkat alat sholat dan uang tunai dua juta rupiah. Tunai!" Ikrar itu terucap lantang di Masjid Al-Jami. Tanpa malu akan statusnya se

  • RANJANG BERDARAH   Gosip mulai Menyebar

    Bak wabah yang menjamur dan tak terelakkan, begitu pun dengan isu Oraganisasi Rahasia Ular Putih yang sangat cepat menyebar ke seluruh penjuru negeri. Orang-orang yang penasaran mulai mencari tahu, bahkan sengaja berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian. Gunung Bageni yang keberadaannya terpelesok dan tersembunyi jauh di pedalaman, mulai didatangi banyak pelancong yang ingin membuktikan kebenaran di balik pesugihan yang memakan banyak korban juga memberi kesenangan secara instan.Oknum-oknum yang memanfaatkan situasi tersebut sebagai lahan untuk menimbun uang, mulai mengambil kesempatan dari keberadaan Nyai Damini yang konon masih sering datang mengunjungi lokasi yang dulu dia jadikan sebagai tepat bersemayam."Lagi-lagi berita ini." TV layar datar itu berubah hitam setelah tombol power ditekan. Lelaki senja berkemeja lengan pendek tersebut menyandarkan tubuh pada sandaran sofa, lalu menghela napas panjang."Kenapa, Yah? Masih terganggu dengan berita yang sama?" Wanita berjilbab

  • RANJANG BERDARAH   Jalan Keluar

    Portal dua alam, membawa Zidan kembali ke tempat yang sama. Sisi lain Gunung Bageni yang juga tempat bersemayamnya Nyai. Di depan pohon besar yang merupakan gerbang masuk dan keluarnya kediaman Nyai Damini, lelaki bersorban merah itu melihat seorang wanita bergaun putih menyambutnya. "Kau pasti datang untuk menyelamatkan wanita itu, bukan?"Zakir terdiam sesaat, semula dia sempat ragu. Namun, melihat aura yang terpancar dalam diri makhluk di hadapannya ini. Semua keraguannya perlahan sirna."Ya.""Cepatlah, sebelum semuanya terlambat. Saudariku membawanya ke ruang putih. Sudah dua puluh tahun sejak terakhir kali dia bermain-main di ruang itu." "Dua puluh tahun?" Zakir memastikan. "Ya, terakhir dia memainkannya bersama dengan ayah biologis Jihan. Sayangnya saat itu Ganjar memilih pintu ambisi, hingga berujung seperti ini." Pikiran Nyai Darsih jauh berkelana menyusuri masa silam. "Pastikan Jihan tak memilih apa yang hasrat terbesarnya inginkan. Atau kalau bisa jangan pilih apa pun y

  • RANJANG BERDARAH   Godaan Setan

    Banyak cara yang bisa Iblis lakukan untuk menyesatkan anak turun Adam. Sama dengan nenek moyangnya, beberapa golongan jin tertentu juga selalu mempunyai tipu daya, muslihat, dan jebakan untuk menggoda kaum yang ia anggap lemah dan rendahan. Umur mereka yang panjang, serta wujud yang tak kasat mata menguntungkan tugasnya dalam menyesatkan manusia dari ajaran Allah SWT. Sebagian dari jenisnya memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan masa lalu, meniru seseorang, meramal masa depan, bahkan menciptakan ilusi yang mampu memperdaya akal dan pikiran manusia. Kemampuan yang diturunkan nenek moyang itu pulalah yang dimiliki oleh Nyai Damini. Dibantu para budak dari golongan sama, di alamnya, dia mampu menciptakan jenis godaan maha dasyat yang tak akan mampu ditolak makhluk berakal seperti manusia, khususnya Jihan. Perempuan itu terpedaya, dalam dunia yang diciptakan berdasarkan hasrat dan harapan terbesarnya. Hanya setitik noda hitam di hati bersih perempuan itu sudah cukup untuk membuka cela

  • RANJANG BERDARAH   Jebakan

    Lalu-lalang orang masih terlihat di lokasi kejadian. Sirine ambulans dan mobil polisi bersahutan mengelilingi bangunan 1000m² yang berada di tengah-tengah Perkebunan Teh, seluas dua hektare. Bukan hanya kepolisian, tapi pasukan angkatan khusus juga dikerahkan dalam menangani kasus serius yang sudah lebih dari dua puluh tahun tak terungkap ini. Mengingat kasus yang tengah mereka tangani berhubungan dengan salah satu detektif yang kompeten di bidangnya. Fahri Azikri alias Ganjar Pratama telah ditetapkan sebagai tersangka utama yang bertanggung jawab atas kematian dan banyaknya korban berjatuhan. Selain dalang dari organisasi sesat yang sudah berdiri selama dua puluh tahun lamanya, dia juga terancam pasal berlapis lainnya. Tentang pemalsuan identitas, pembunuhan berencana, pendiri organisasi ilegal, juga dengan sengaja menutupi bukti kejahatan.Sementara Bu Yuli, Bahar, dan tiga puluh orang lainnya masih berstatus saksi, sebelum pengadilan resmi menjatuhkan hukuman untuk orang-orang ya

  • RANJANG BERDARAH   Badai Masih Belum Berlalu

    Villa tempat dilaksanakannya ritual pemujaan itu terletak di daerah puncak. Jauh dari jalan raya dan tersembunyi di balik perkebunan Teh yang lebat seluas tujuh hektar. Sekitarnya dijaga ketat oleh para orang suruhan Ganjar. Tak sembarang orang bisa masuk ke tempat ini, kecuali dia yang memiki izin resmi sebagai bagian dari organisasi. Masih di daerah yang sama dengan Desa Makmur Jaya yang sudah lama binasa. Villa ini dulunya gedung kosong yang menjadi saksi bisu awal mula Burhan dan Niar mengikat kontrak dengan Nyai Damini. Tempat yang sudah direnovasi sedemikian rupa dengan berbagai fasilitas yang diperlukan selama ritual termasuk kamar khusus di mana anggota yang bukan suami-istri berhubungan sebagai salah satu syarat pesugihan. "Jihan tak akan pernah bisa memilih, Ganjar. Kebencianmu padaku tak harus melibatkan anak-anakmu. Lakukan apa yang kau mau padaku, tapi tolong lepaskan mereka!"Jihan menggeleng keras saat Pak Ridwan mengambil keputusan tanpa persetujuan. "Ayah ...," lir

  • RANJANG BERDARAH   Mencoba mengikhlaskan

    "Mas, apa dosa syirik masih bisa diampuni oleh Allah?" Nisya bertanya pada Zidan setelah mereka selesai menunaikan salat maghrib. Zidan terdiam sesaat, lalu mengubah posisi mereka berhadapan. "Wallahu alam. Tapi, setahuku Allah lebih suka manusia pendosa yang gemas bertaubat daripada ahli agama yang selalu merasa paling benar." "Kalau begitu tuntun aku mengucap syahadat sekali lagi." Zidan kembali terdiam, lamat dia menatap sang istri, lalu mengangguk pelan. "Ashadu ...." "As-ashadu." Sampai saat syahadat selesai Nisya rapalkan dengan tubuh yang gemetar, tangis perempuan itu pecah tanpa sadar. Setelah tangis Nisya mereda, Zidan memeluk dan mencium istrinya. Sebagai lelaki normal hasratnya jelas terbangkitkan apalagi di hadapan perempuan yang halal baginya. Namun, tepat saat dia hendak mencumbu Nisya, perempuan itu tiba-tiba menolak. "Maaf, Mas. Kasih aku waktu sebentar lagi." Setelah itu Nisya bangkit dari pembaringan. "Ibu tadi, nelepon. Katanya yang lain udah

  • RANJANG BERDARAH   Pengorbanan

    Seorang ibu tetaplah ibu, bagaimana dan seperti apa takdir anak yang mereka lahirkan tekanan batin yang dirasakan tetap menyiksa mereka meskipun kata tak cukup mampu untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Seandainya bisa memilih keduanya juga menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka tak berdosa, layak mendapatkan hidup yang lebih baik dan masa depan cerah seperti yang diimpikan setiap orangtua. Bukan dilahirkan hanya untuk menjadi persembahan makhluk dari dunia yang berbeda. Pelukan erat dan tangis yang tak terbendung sudah cukup menjelaskan seberapa dalam penyesalan Niar dan Cintya. Sayang mulut mereka dibungkam, keduanya tak bisa melontarkan sepatah pun kata, meski hanya maaf yang tulus dari dasar hatinya. "Galih, Rara, Riri, Farrel, Gina ... ayo, Nak!" Nisya memanggil mereka satu per satu. Menuntun kelima anak itu dari pelukan para ibunya. Seberapa keras pun berusaha, hukum alam tetep tak bisa dilanggar. Mereka sudah berbeda alam. Rara, Riri, Farrel dan Gina masih ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status