Home / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Sedikit bermain-main

Share

Sedikit bermain-main

Author: Chatrin
last update Last Updated: 2024-08-28 18:42:40

Bahaya! Jika Revandro mengambil alih maka sudah dipastikan target itu tidak akan mati dengan mudah, atau bisa dibilang disiksa sampai mati.

Berjalan masuk kesebuah cafe, semua mata tertuju padanya. Oleh karena penampilannya yang bersimbah darah, membuat atensi teralih padanya. Sampai kedatangan Revandro dengan para anak buahnya mengusir mereka semua dengan paksa, hingga tersisalah Jia dan dirinya yang saling menatap.

"Pulang," ucap Revandro tajam, yang tak ditanggapi oleh Jia.

"Baby pulanglah-"

"Kalau aku tidak mau?!" Balas Jia dengan sorot seakan tengah menantang lawannya.

Mengepalkan tangannya erat, Jia melihat Revandro berusaha menahan amarah karena balasan dari mulutnya. Tersenyum remeh, Jia berkata... "Jangan kau pikir patuhku beberapa saat yang lalu, membuatmu lupa akan perilakumu!" Sambungnya.

Atmosfer berubah, jelas perkataan Jia memancing sisi lain Revandro muncul. Hingga sorot amarah dari matanya berubah menjadi tenang, namun ketenangan itu bukanlah sesuatu hal yang baik di mata Jia.

Ketenangan jauh lebih menakutkan dari keributan, karena itu akan menyingkirkan setiap tindakan gegabah.

"Coba ulangi lagi perkataanmu, calon istriku?" Tanya Revandro dengan nada pelan, yang saat ini berada tepat di depan Jia. Sangat dekat, sampai Jia bisa merasakan hembusan nafas Pria itu di wajahnya. "Sayang..."

Jia masih tidak bergeming, bukan karena takut. Tapi karena sesuatu tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya, bahkan ia yakin jika ia tidak mendengar satupun kalimat dingin yang keluar dari mulut Revandro.

'Ini tidak benar.' Pikir Jia saat kembali memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu, kejadian yang sepertinya berhubungan dengan seseorang.

"Akht!" Pekik Jia saat rambutnya ditarik kebelakang, hingga membuat kepalanya mendongak keatas. Menatap Revandro dengan sorot tajam penuh ancaman, "Lepaskan sialan!"

Disaat seperti ini Jia bahkan masih bisa mengumpat, wow... Jika saja ada orang yang mendengar itu. Mungkin mereka akan berpikir jika Jia tidak menyayangi nyawanya lagi, atau berpikir jika ia sudah gila.

"Mengumpat heh? Rupanya calon istriku begitu menginginkan rasa sakit dari calon suaminya, apakah begitu?"

"Dasar Pria tidak waras! Rupanya kau memang berbakat membuat orang semakin membencimu ya?! Haruskah ku apresiasi?"

"Wanita murahan sialan-"

BHUK!

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, satu bogeman mentah sudah mendarat repat pada rahang kokoh Revandro. Membuat Revandro otomatis melepaskan Jia, dan menyeka darah yang keluar dari mulutnya akibat kuatnya pukulan Jia.

Yap! Jia kehabisan kesadarannya untuk menjaga identitasnya akibat penghinaan yang Revandro berikan, Wanita murahan? yang benar saja apa Revandro sedang bercanda?

"Seumur hidup aku didunia ini, tidak ada satupun orang yang mengihinaku secara terang-terangan. Apalagi menyebutku sebagai seorang rendahan seperti katamu!"

"Sayang-"

"MENJIJIKAN, KAPAN AKU PERNAH BERSIKAP MURAHAN PADAMU! KAPAN KAU MELIHATKU MENJAJAHKAN TUBUHKU PADA SEMBARANG PRIA?! DASAR SIALAN!"

Deg!

Keheningan terjadi untuk beberapa saat, tidak ada dari keduanya yang mampu angkat suara.

Bersamaan dengan itu, aura intimidasi dari Revandro perlahan menghilang. Menggantikannya dengan kesadaran orang normal, menyadari kesalahan yang ia perbuat.

"Maaf,"

Tertawa remeh Jia menatap Revandro, kepalanya menggeleng pelan. "Jangan pernah mengatakan 'maaf' jika pada akhirnya kau tetap akan menyakitiku kembali, apa kau pernah mendengar kata itu?"

"Maaf,"

"Aku tidak butuh maaf, aku juga tidak butuh kau menjadi bagian dari hidupku, aku tidak butuh-Akht!"

"Maaf." Kata Revandro sesaat setelah Jia berangsur-angsur kehilangan kesadarannya akibat suntikan obat bius dosis tinggi yang ia berikan.

Sebelum kehilangan kesadarannya, Jia meneteskan air matanya.

Ia lengah!

Mengangkat tubuh Jia, Revandro keluar dari cafe tersebut menuju mobilnya yang terpakir rapi di depan cafe tersebut. Melajukan mobilnya, Revandro memangku Jia dengan posisi seperti menggendong seorang bayi agar ia tak kesusahan menyetir.

Saat sampai beberapa orang berpakaian serba hitam menghampiri mobilnya, Revandro turun. Ketika salah satu dari mereka ingin membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, namun Revandro lebih dulu mendahuluinya... "Aku tidak ingin mendengar berita apapun malam ini."

Keluar dari mobil, Revandro membawa Jia masuk. Namun sebelum itu, "berjagalah disini jangan ada yang masuk sebelum kuperintah." Ucap Revandro yang dibalas oleh anggukan dari semua orang.

Dengan menggendong Jia, Revandro memasuki mansion besarnya. Menaiki tangga menuju kamarnya, tapi sebelum Revandro sampai di kamarnya. Jia sudah membuka matanya, ia sadar.

Tak peduli dengan itu, Revandro membawa tubuh Jia masuk. Menurunkan tubuh Jia dengan perlahan di atas kasur king size miliknya, menggenggam tangan Jia ia berucap. "Are you okay Jia?" Tanya Revandro dengan suara rendah dengan pandangan yang jatuh pada Wanita di depannya.

Jia mendongak, "Kau siapa?" bertanya seolah dirinya tengah lupa ingatan, padahal tidak. Anggaplah ia tengah bermain-main saat ini, dan tampaknya itu ditanggapi oleh Revandro.

"Surga," jawab Revandro.

"Huh, surga?"

Revandro berdehem pelan, menundukan kepalanya. Berbisik tepat di samping telinga Jia, "Aku dikirim Tuhan untuk menjadi suamimu,"

Jia mendelik, tapi seolah dirinya ingin melanjutkan drama yang ia ciptakan. Jia mendongak kembali, menjatuhkan tatapan kekaguman pada sosok Revandro. Satu tangannya terulur menyentuh pipi Revandro, mengelus-elusnya pelan.

"Kau... apa kau bukan manusia?" Tanya Jia yang membuat Revandro terkekeh, rasanya ia ingin menjadikan Jia sebagai aktris saking menyakinkannya ekspresi yang ia tunjukan saat ini.

Jia tanpa sadar terus mengelus pipi Revandro, membuat Pria itu sedikit terpancing dengan sikap Jia meski ia tahu wanita itu sedang mempermainkannya.

Beberapa saat kemudian, Jia menyadari perubahan tatapan dari Revandro. Retina Pria itu membulat, menunjukan sebuah keinginan.

Dan benar saja...

Revandro mendorong pelan tubuh Jia yang terduduk, membaringkannya kembali ketempat tidur. "Kau tahu, alasanku menyukaimu bukan karena telah menyelamatkan dan mengobatiku. Sebenarnya selama ini kau sudah ku awasi, karena entah mengapa tatapanmu tidak seperti wanita lain. Tatapanmu ini begitu berbeda," Ucap Revandro sambil membelai kelopak mata Jia pelan.

Sedangkan Jia terheran-heran, tunggu! itu berarti Pria ini sudah mengutitnya? Tapi sejak kapan? Mengapa ayahnya tidak tahu, mungkin saja karena koneksi dan kekuasaan Revandro yang menghentikan pengawasan terhadap dirinya.

"Kapan?" Tanya Jia yang bertanya kapan tepatnya Revandro tertarik pada tatapannya.

"Di malam kau berdiri di lampu merah, saat kita berdua saling melewati. Bukankah itu pertemuan bagaikan drama?"

Jia memutar kedua bola matanya malas, ia ingat. Jadi Pria yang sempat disangkanya pencopet lampu merah ternyata adalah Revandro? Sungguh tak terduga.

Ia juga ingat, malam itu adalah untuk pertama kalinya ia berhasil kabur dari rumah.

Jadi sudah selama itu ya?

"Apa hanya itu?"

"Entahlah, tapi semua yang ada pada dirimu terlihat natural. Alami dan benar-benar indah," Puji Revandro yang ditanggapi lebay oleh Jia.

Tapi, dibalik itu. Entah mengapa Jia merasakan sebuah ketulusan, ketulusan yang tidak dapat diberikan oleh semua orang yang tidak pernah dekat dengannya. Apakah ia sudah gi*a? Haruskah Jia membuka sedikit hatinya untuk Pria yang jelas sangat amat berbahaya itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kisah yang bahkan dirinya tak pahami

    Jia merasa tubuhnya bergetar, bukan hanya karena ancaman yang nyata di depan matanya, tetapi juga karena kemarahan yang mulai membakar dirinya. Kenapa pria tua ini datang hanya untuk menghancurkan segalanya?Revandro menarik Jia ke belakangnya dengan gerakan protektif. "Kau tidak akan mendapatkan apa pun darinya. Kalau kau berani menyentuhnya, aku bersumpah, kau tidak akan keluar hidup-hidup dari sini."Pria tua itu tersenyum kecil, melangkah mundur dengan tangan di belakang punggungnya, seolah tak terganggu sedikit pun oleh ancaman Revandro. "Kau berpikir ancamanmu berarti sesuatu bagiku, Maxio? Kau mungkin kuat, tapi aku sudah hidup lebih lama dari yang kau tahu."Sementara itu, Arvell, yang diam-diam memperhatikan dari sudut ruangan, mulai menggerakkan pistolnya ke arah salah satu anak buah pria tua itu. Ia tahu waktunya sudah hampir habis—jika Jia tidak menyerahkan kotak itu, konflik ini akan berubah menjadi pembantaian."Jia," bisik Revandro, suaranya rendah namun cukup tegas unt

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Sebuah kotak

    Langkah Jia semakin cepat saat suara tembakan dan ledakan terus menggema di luar. Udara di lorong itu terasa berat dengan aroma mesiu, dan setiap langkahnya seolah membawa Jia lebih dekat ke dalam bahaya. Namun, di tengah kegelisahan yang mendera, tekad Jia semakin kokoh.Arvell berjalan di sisinya, wajahnya dingin dan penuh perhitungan. Meski jelas ia adalah sekutu sementara, Jia tak bisa mengabaikan fakta bahwa lelaki itu memancarkan aura bahaya yang setara dengan Revandro.Ketika mereka mencapai pintu keluar ke area gudang utama, mereka menemukan beberapa anak buah Revandro tengah bersembunyi di balik tumpukan peti. Salah satu dari mereka segera memberi laporan."Mereka sudah berhasil mendobrak gerbang utama. Revandro masih berusaha menahan mereka, tapi jumlah mereka terlalu banyak!"Jia merasa dadanya mencelos. Revandro sendirian?Arvell melirik pria itu dengan tenang. "Berapa banyak orang kita yang tersisa?""Kurang dari setengah. Sisanya sudah tumbang atau mundur.""Bagus," jawa

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kerja sama?

    Ruangan itu penuh dengan ketegangan yang hampir bisa dirasakan. Jia mencoba mengatur napasnya, namun gemetar tubuhnya tak bisa ia hentikan. Revandro menggenggam tangannya erat, sementara Arvell berdiri dengan raut wajah yang gelap dan penuh amarah."Aku tidak percaya," Arvell memecah kesunyian. "Pria itu pasti berbohong. Dia mencoba mengadu domba kita dengan ceritanya."Revandro tidak menjawab. Tatapannya tertuju pada Jia, menunggu penjelasan, tetapi Jia hanya menggeleng pelan. "Aku sungguh tidak tahu apa yang dia bicarakan... tapi liontin itu..." Suaranya melemah, seolah hanya mengakuinya saja sudah menyakitkan."Liontin itu... terasa familier," sambungnya dengan suara bergetar."Familiar bagaimana?" tanya Revandro tegas."Aku tidak tahu," jawab Jia, frustrasi. "Aku tidak ingat! Tapi aku merasa... seperti itu pernah menjadi milikku.""Kau harus ingat, Jia!" Arvell berseru, langkahnya maju mendekati Jia. "Pria itu jelas tahu sesuatu. Jika kau tidak tahu apa yang kau simpan, kita semua

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   dikejar masa lalu

    Jia mundur perlahan, matanya tetap terpaku pada sosok Ignatius yang berdiri tegak di ujung jalan. Ia tidak tahu bagaimana pria itu bisa menemukannya, tapi kehadirannya jelas membawa ancaman.Dari dalam, suara langkah kaki Revandro mendekat. "Jia, kau baik-baik saja?" tanyanya, suaranya penuh kewaspadaan.Jia menoleh cepat. "Dia ada di sana," ujarnya lirih sambil menunjuk ke arah jalan.Revandro langsung bergerak, pandangannya menyapu tempat yang ditunjukkan Jia. Tapi jalanan itu kini kosong. Tidak ada siapa pun."Dia ada di sana, aku melihatnya!" Jia bersikeras, merasa seolah kehilangan akal sehatnya.Arvell muncul dari dalam ruangan dengan alis terangkat. "Apa yang terjadi di sini?""Jia bilang dia melihat Ignatius," jawab Revandro, matanya masih waspada, menyisir setiap sudut.Arvell mendekati Jia, mengamati ekspresinya dengan saksama. "Dia ada di sini? Kau yakin itu dia, Jia?"Jia mengangguk ragu. "Aku melihatnya. Dia berdiri di sana... tersenyum padaku."Arvell melirik Revandro. "

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Ignatius...

    Suara tembakan yang menggema dari belakang semakin mengguncang hati Jia. Ia terpaksa mengikuti langkah cepat Revandro dan Arvell, meski pikirannya penuh dengan kekhawatiran untuk Kairos. Di lorong gelap yang semakin menyempit, Jia merasakan keheningan di antara mereka begitu menyesakkan.“Apa rencanamu sekarang, Arvell?” tanya Revandro dingin tanpa menoleh.Arvell, yang memimpin jalan, hanya memberikan seringai samar. “Rencana? Rencana utamaku adalah memastikan kita keluar hidup-hidup. Sisanya, kita lihat nanti.”“Jangan bermain-main denganku. Jika kau berani mengkhianati kami, aku akan—”“Sudah cukup,” potong Jia, suaranya gemetar tapi tegas. “Kalian berdua terus saling mengancam di tengah situasi seperti ini? Berhenti memperebutkan kendali, atau kita semua akan mati di sini!”Keduanya terdiam, seolah terkejut dengan keberanian Jia. Namun, langkah mereka terus berlanjut hingga tiba di sebuah pintu besi besar.“Ini jalan keluarnya,” kata Arvell sambil memutar sebuah roda besi yang men

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Berapa banyak yang harus dikorbankan?

    Jia berdiri membeku di tempatnya, matanya menatap tajam ke arah Arvell. Pria itu terlihat tenang, terlalu tenang, dan itu membuat Jia semakin curiga. Apa permainan yang sedang ia rencanakan?Kairos melangkah maju, wajahnya dipenuhi konflik. “Arvell, lepaskan dia. Ini bukan bagian dari kesepakatan kita.”Arvell menoleh ke Kairos dengan senyum yang hampir ramah. “Kairos, jangan campur tangan. Kau di sini karena aku mengizinkannya. Jangan lupa siapa yang memegang kendali.”Jia mengepalkan tinjunya. “Kendali? Kau pikir aku akan membiarkan diriku dimainkan olehmu? Jika kau punya sesuatu yang ingin dikatakan, katakan sekarang!”Namun, Arvell tidak terpengaruh oleh kemarahan Jia. Dia justru melangkah mendekat dengan gerakan yang penuh perhitungan. “Oh, Jia, kau selalu terlalu berani. Itulah yang membuatmu menarik.”“Berhenti bicara omong kosong,” potong Jia. “Apa tujuanmu? Dan apa hubungannya ini dengan Kairos?”Arvell tertawa pelan. “Tujuanku? Hanya memastikan kau tidak lepas dari pengawasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status