Sementara itu AKBP Bayu tampak sedang menerima kedatangan tamu penting di kantornya.
"Bahkan kepolisian dari Hongkong pun saat ini sedang mencari,kami sedang berusaha untuk menyelidiki."
"Baik, saya percayakan kepada Pak Bayu. Karena yang bersangkutan tinggal di Bandung, saya akan langsung memberikan surat untuk kita saling berkoordinasi dengan kepolisian di Bandung. Saya akan buatkan surat resmi langsung untuk WAKAPOLDA Bandung. Silakan utus anak buah Bapak yang paling bisa dipercaya untuk mengurus masalah ini."
"Siap Komandan."
"Jika sampai orang-orang dari kantor Konsulat sudah bicara ini bisa bertambah panjang."
"Sebenarnya kasus ini adalah kasus yang sangat unik. Korban di mana-mana, bukan hanya di satu negara , bahkan sampai ke Eropa."
"Satu hal yang saya perhatikan adalah korban semua wanita muda, masih perawan dan cra kematian mereka sama."
AKBP Bayu menatap KBP Yusuf dengan serius.
"Ap
Nindia terkejut saat teman kosnya mengatakan ada seorang pria yang mencarinya. Gadis manis itupun segera merapikan pakaian dan juga membersihkan wajahnya yang sedikit berminyak. Betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang datang."Loh, Mas Genta, ada angin apa? Kok tau tempat kos aku?" sapa Nindia ramah."Loh, aku kan pernah mengantarkanmu pulang karena disuruh Kak Gendis,kamu pasti lupa," kata Genta sambl tersenyum dengan ramah."Aku lupa, maaf, Mas.""Tidak apa-apa, sedang ada waktu? Kalau sedang ada waktu kita pergi jalan-jalan, mau? Kebetulan hari ini GIselle sedang sibuk dan aku sedang tidak ingin makan siang sendirian. Kau mau menemani? Kita kan calon saudara, Giselle tidak akan marah jika aku pergi makan bersamamu. Aku juga sudah meminta izin pada Giselle, dia sama sekali tidak keberatan.""Kalau begitu aku bersedia, Mas. Aku hanya tidak enak dengan Giselle, jangan sampai saya dikira pelakor.
Nindia mengulaskan blush on ke pipinya, sekarang penampikannya sudah benar-benar sempurna. Gadis itu merasa senang sekali, seandainya saja Genta belum memillki kekasih, tentu ia akan sangat senang jika dapat menjadi kekasihnya."Tumben dandan cantik, Nin. Yang kemarin itu pacarmu, ya?" tanya Eliana teman kos Nindia. Gadis manis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat."Nggak, dia bukan pacarku. Dia itu adik dari calon istri kakakku, jadi bisa dibilang nantinya kami akan menjadi saudara," jawab Nindia."Sayang deh, padahal kayaknya kalian cocok,loh," ujar Eliana membuat pipi Nindia tambah merona merah."Bisa aja deh bikin orang geer, dia itu juga udah punya pacar. Aku kenal sama pacarnya, masa iya aku mau rebut. Nggak enak dong, trus apa kata calon kakak iparku nanti kalau aku pacaran sama adiknya," tukas Nindia lagi."Duh, kau ini kelewatan polosnya, hari gini nggak perlu banyak sungkan. Kalau aku jadi kamu, udah aku si
Seminggu sudah Buana dan Yongseng berada di Cirebon. Pagi itu mereka memang akan kembali ke Jakarta ketikan AKBP Bayu menelepon mereka."Yang kita khawatirkan terjadi, telah ditemukan korban yang sama di sebuah hotel ternama di Bandung. Berbagai keanehan terjadi dalam kasus ini. Aku dalam perjalanan ke Bandung, kalian lekaslah datang," ujar AKBP Bayu pada Buana. Tanpa menunggu lebih lama lagi mereka bertiga pun bergegasa pamit dan langsung meluncur menuju kota Bandung."Kita tidak sempat ke Kuningan untuk bertemu orang itu. Sekarang yang paling penting kita ke Bandung saja terlebih dahulu.""Apa yang aku takutkan terjadi sudah, mengapa teror ini rasanya semakin mencekam," ujar Yongseng."Padahal kita sudah merencanakan semua dengan begitu matang, tapi malah jadinya seperti ini," keluh Takeda. Sampai di Bandung mereka langsung ke kamar mayat karena korban sudah di evakuasi dari hot
Genta tampak dengan santai memasuki ruang penyelidikan. Dia tidak terlihat takut dan gentar sama sekali. Bahkan wajahnya terlihat tenang padahal ekspresi cemas tampak jelas di wajah kedua orangtua dan kakaknya."Apakah betul anda mengajak korban yang bernama Nindia pergi ke pesta klien di hotel?""Benar, Pak.""Anda yakin sudah mengantarkan korban ke tempat kosnya?""Sangat yakin, karena saat itu ada beberapa saksi mata yang melihat jika saya mengantarkan dia pulang." KAPOLDA Rusdi terdiam, keterangan yang diberikan oleh Genta memang benar adanya. Beberapa teman kos Nindia melihat dengan mata kepala mereka sendiri jika Genta benar mengantarkan Nindia pulang."Satu lagi yang menjadi pertanyaan saya, Mas Genta. Apakah anda sering bepergian ke luar negeri?" tanya KAPOLDA Rusdi."Apakah ada hubungannya antara pertanyaan Bapak dengan korban yang ditemukan? Maaf, korban bukankah ditemukan di Ind
Genta menjawab semua pertanyaan dengan tenang dan mantap. Jawaban yang diberikan selalu konsisten meskipun dibolak balik berkali- kali. Saling gemasnya Yongseng dan Buana meminta supaya Genta dipasangi alat pedeteksi kebohongan. Tetapi sia- sia saja. Tidak ada kebohongan sama sekali yang mereka temukan. Hingga pada akhirnya tepat pukul sepuluh malam Genta dan keluarganya pun pulang."Sial! Bagaimana mungkin dia bisa memiliki semua alibi itu. Apakah ada yang membantunya?" maki Buana. AKBP Bayu menatap anak buah kesayangannya itu, ia sendiri sudah yakin jika Genta memang terlibat. Tapi, semua alibi Genta memang dikuatkan oleh para saksi. Lagi pula tidak ada ditemukan satu saja barang bukti yang benar-benar kuat yang dapat menyeret Genta masuk ke dalam tahanan."Hanya iblis yang bisa melakukan semua ini. Tanpa jejak, tanpa sidik jari. Manusia biasa tidak akan pernah bisa melakukan hal ini," kata AKBP Bayu yang langsu
Maharani merasa khawatir, sudah beberapa hari sejak Nino pulang ke kotanya untuk memakamkan jenazah Nindia, Gendis seolah menutup diri. Biasanya gadis itu sudah pergi pagi-pagi ke restoran miliknya. Anehnya, gadis itu tidak ikut dengan Nino dan keluarganya. Padahal sebelumnya ia sudah meminta izin untuk ikut."Kau baik-baik saja, Nak?" tanya Maharani pada Gendis pagi itu. Gendis yang sedang mengoles roti dengan selai coklat kesukaannya hanya mengangguk lesu."Ada masalah di restoranmu?" Kali ini Galih yang bertanya. Sementara Genta hanya menyimak dengan tenang sambil memakan nasi gorengnya."Aku baik-baik saja, Pa, Ma. Hanya saja ...." Galih menghentikan suapan ke mulutnya dan menyentuh bahu Gendis yang kebetulan berada di sampingnya."Apa Nino membuatmu sakit hati?Dia sudah melakukan hal yang kurang baik?""Pa. Ma, apakah keluarga kita ini bersekutu dengan iblis untuk menumbalkan manusia supaya
Tiba di restorannya yang berada di jalan Padjajaran, Gendis melihat sudah ada beberpa pengunjung yang datang. Tetapi, pandangannya tertuju ke meja yang terletak di sudut dekat kolam ikan. Tampak seorang pemuda gagah tengah makan dengan nikmat. Gendis merasa bahwa ia seperti pernah bertemu dengan pemuda itu. Tetapi ia lupa di mana. Merasa penasaran,Gendis pun berjalan menghampiri tamunya itu."Selamat pagi, maaf jika saya mengganggu. Tapi, sepertinya kita pernah bertemu."Pemuda tampan itu mengangkat wajahnya dan tersenyum menatap Gendis dengan sorot mata elangnya yang selalu membuat wanita terpikat."Saya Buana. Kita pernah bertemu, tapi tidak sempat saling bertegur sapa."Gendis memicingkan matanya mencoba mengingat-ingat. Buana tersenyum hangat, "Anda mungkin tidak ingat karena saya memakai seragam ketika anda melihat saya," katanya. Gendis menepuk dahinya. Ya, ia ingat sekarang, ketika mengantarkan Genta k
Gendis terbelalak kaget mendengar perkataann Buana."Astaga ... Aku tidak tau jika kasusnya ternyata sebesar ini.""Satu hal yang aneh adalah, setiap kali ada kasus adikmu Genta selalu ada." Gendis tersentak, ia hampir saja mengeluarkan kata-kata kasar dan makian kepada Buana. Namun, lelaki tampan itu seolah bisa membaca pikiran Gendis. Dengan sentuhan lembut dan tatapan yang hangat ia berhasil membuat Gendis kembali terpesona."Genta hanya berada di tempat dan waktu yang salah. Aku percaya pada keluarga kalian. Tidak ada bukti yang mengarah kepada Genta dan semua saksi juga sudah menguatkan kesaksian adikmu. Kau hanya perlu tenang dan jangan mendengarkan ucapan miring dari orang-orang." Gendis menghela napas panjang dan tersenyum lega. "Calon suami yang saya banggakan, tadinya, dia dengan tega menuduh jika keluarga saya melakukan pesugihan untuk mendapatkan kekayaan. I-itu ... saya-"Gendis ta