Share

REINKARNASI
REINKARNASI
Penulis: Alya Snitzky

PRAHARA KAHURIPAN

       "Jangan bunuh saya!" jerit Anggini. Gadis cantik berusia 18 tahun itu tampak gemetar ketakutan saat melihat sosok pria di hadapannya berubah wujud menjadi sosok yang begitu mengerikan.

"Jangan takut,gadis manis. Sebentar lagi, aku akan membuat dirimu berguna untuk menjadi persembahanku."

"Tidak! Aku tidak mau!Lepaskan aku, aku mau pulang!" teriak Anggini.

     Namun pria di hadapannya itu hanya tertawa terbahak-bahak.

"Berteriaklah sekencang-kencangnya. Tidak akan ada yang mendengarkan tangisan dan jeritanmu. Tempat ini sudah terlindung oleh ajian halimunan milikku. Sehingga orang lain tidak akan dapat melihat kita sekalipun dia berdiri di depan mulut gua itu!"

     Anggini menangis tersedu,ia mengutuki kebodohannya sendiri. Mengapa ia begitu mudahnya tergoda bujuk rayu lelaki yang baru saja ia kenal.

"Aku mohon, lepaskanlah aku."

"Kau adalah gadis ke sembilan puluh delapan yang aku jadikan tumbal. Selama ini aku mencari 100 orang gadis yang lahir malam jumat legi dan yang masih perawan untuk aku jadikan tumbal sehingga aku akan memperoleh kehidupan yang abadi."

    Anggini tersentak kaget, ia benar-benar merasa putus asa sekarang. Dan ia juga tidak melihat kemungkinan untuknya bisa kabur atau pergi dari tempat itu. Kalaupun ia bisa pergi, ia pasti akan kembali tertangkap. 

    Suasana hening, pria itu berjalan perlahan keluar ke mulut gua dan mendongak menatap ke langit. Selama beberapa saat pria itu tampak menunggu sesuatu. Hingga akhirnya ia menyeringai dan langsung berjalan menghampiri Anggini.

     Ia mengulurkan tangannya dan menotok jalan darah Anggini sehingga gadis itu sama sekali tidak bisa bergerak bahkan bicara.

"Tenanglah sayang, sebentar lagi kau akan menjerit merasakan indahnya bercinta di bawah sinar bulan purnama sebelum kau menemui kematianmu."

Anggini hanya dapat menjeri dalam hati ketika tubuhnya dibawa keluar gua itu lalu di letakkan di atas sebuah batu besat yang ada di luar gua.

     Perlahan, lelaki itu membaringkan tubuh Anggini di atas batu itu lalu mengikat kedua tangannya ke pohon yang ada di kanan dan kirinya. Kemudian, dengan kasar pria itu merobek pakaian Anggini sehingga dalam sekali sentak gadis itu sudah dalam keadaan tubuh polos tidak mengenakan apapun lagi. 

      Lalu pria itu kembali mengulurkan tangan dan melepaskan totokan di tubuh Anggini. Anggini menjerit seketika meminta pertolongan sekalipun ia merasa bahwa apa yang ia lakukan itu sia-sia,namun ia tidak peduli. Sementara pria itu duduk bersila di samping tubuh Anggini. Dengan mata terpejam pria itu mulai merapal mantra.

     Dan tepat saat cahaya bulan purnama bersinar penuh,pria itu membuka matanya. Tanpa ragu ia langsung membuka pakaiannya dan menyetubuhi Anggini. Gadis itu memekik kesakitan dan terus menjerit, namun semakin lama jeritannya semakin tak terdengar. Dan setelah selesai menuntaskan hasratnya pria itu menggigit leher Anggini dan mengisap darah Anggini hinga benar-benar kering tak bersisa.

     Anehnya, setelah tubuh di hadapannya itu kehabisan darah,wajah pria yang tadinya tampak menyeramkan itu berubah seketika menjadi seorang pemuda yang tampan. 

"Hanya tinggal dua lagi, dan aku akan mendapatkan keabadian. Seorang Fajar Kelana tidak akan pernah mati,hahaha!"

***

   "Ini adalah gadis ke delapan yang kita temukan dalam kondisi tidak bernyawa lagi,paduka yang mulia," ujar Patih Benggala kepada Prabu Bratanaya. 

"Apakah telik sandi yang kalian kirim sudah kembali dari Majapahit?" tanya Prabu Bratanaya. 

"Ampun,paduka yang mulia. Telik sandi yang dikirimkan oleh senopati Sangkar sudah kembali kemarin. Dan menurut keterangan yang didapat, bukan hanya di wilayah kerajaan kita saja tetapi di beberapa wilayah kerajaan-kerajaan kecil ditemukan gadis-gadis yang masih muda dalam kondisi tidak bernyawa dan darah mereka seperti diisap habis," jawab Patih Benggala.

     Prabu Bratanaya menghela napas panjang. Ia tidak dapat membiarkan semua ini terjadi begitu saja di kerajaannya. 

"Satu hal lagi,yang mulia. Semua gadis itu lahir di malam jumat legi dan masih perawan," tukas senopati Sangkar menambahkan informasi

    Prabu Bratanaya tersentak kaget. Bagaimana tidak,Putri bungsunya Gayatri lahir di malam jumat legi. Bukan tidak mungkin jika putrinya yang akan menjadi korban selanjutnya.

"Periksa apakah ada penduduk di kerajaan kita yang lahir di malam jumat legi. Jika ada, lindungi gadis itu dan keluarganya. Bawa ke istana supaya dapat kita lindungi!" titah Prabu Bratanaya. 

"Baik,paduka yang mulia. Kami akan melaksanakan titah paduka."

"Perketat penjagaan di kaputren tempat tinggal putri Gayatri. Dan kirim utusan ke padepokan segara geni untuk meminta raden Kamandraka menghadapku!"

      

      Di tempat lain, seorang pemuda berwajah tampan bertubuh tinggi dengan rambut sedikit ikal tengah bersemedi di sebuah gua di kaki gunung Ciremai. Anehnya,pemuda itu duduk tidak menyentuh tanah. Berkat ilmu kanuragan dan tenaga dalam yang tinggi pemuda itu melayang setengah depa di atas tanah.

     Tiba-tiba seorang lelaki tua dengan jenggot putih memasuki gua dan menatap pemuda itu.

"Raden Kamandraka, bangunlah. Ada sesuatu yang harus kau kerjakan untuk menghentikan angkara murka," ujarnya. Seketika mata pemuda itu terbuka dan tubuhnya pun turun ke atas tanah. Pemuda itu langsung bangkit berdiri dan memberi hormat.

"Ampun guru, apakah yang harus murid lakukan? Apakah semediku telah selesai?" tanya pemuda yang bernama Kamandraka itu.

"Utusan dari kerajaan Kahuripan sedang menuju ke padepokan. Kau harus segera kembali dan melindungi kerajaan khususnya calon istrimu Gayatri dari marabahaya."

      Kamandraka mengerutkan dahinya dan menatap gurunya itu dengan penuh tanda tanya. Namun, pemuda itu sungkan untuk bertanya lebih lanjut.Ia sangat percaya pada perkataan gurunya itu. 

     Mereka berdua pun segera kembali ke padepokan untuk menyambut utusan kerajaan.

     Tepat saat keduanya tiba di padepokan seorang prajurit kerajaan Kahuripan baru saja turun dari kudanya dan ia langsung bergegas memberikan salam.

"Ampun yang mulia Raden Kamandraka, Raden dipanggil menghadap oleh paduka Baginda Prabu Bratanaya."

"Ada apakah gerangan sehingga yang mulia Prabu Bratanaya memanggilku?" tanya Kamandraka dengan tenang.

"Gusti Prabu hanya mengatakan bahwa ini berkaitan dengan keselamatan gusti ayu yang mulia putri Gayatri."

      Empu Supa Mandrageni menatap Kamandraka.

"Musuh yang akan kau hadapi bukanlah musuh sembarangan. Ia adalah titisan iblis yang berusaha untuk hidup abadi. Kau harus mencegahnya untuk mendapatkan tumbal gadis perawan yang ke seratus. Dan gadis itu adalah calon istrimu Gayatri."

     Sontak Kamandraka tercengang,"Guru, apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkannya? Mohon berikan petunjukmu,guru," kata Kamandraka. Empu Supa tersenyum, "Ajian braja musti dan waringin sungsang milikmu sudah lebih dari cukup untuk mengalahkannya. Ingat satu hal yang ia cari adalah tumbal gadis perawan yang lahir di malam jumat legi. Jika ia gagal untuk mendapatkan tumbal yang terakhir maka ia akan dapat kau kalahkan dengan mudah."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
adiwahyubowo
This is one of the best story I've read so far, but I can't seem to find any social media of you, so I can't show you how much I love your work
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status