“Tiada manusia yang benar-benar kuat. Sekali pun dia terlihat tegar, salah satu bagian dirinya pasti menampakkan luka.”
Miko gelagapan menjawab pertanyaan Rosea yang baru selesai mandi. Air mukanya berubah merah kala mencari-cari alasan. Hana dan Julian menatap menuntut jawab. Sedangkan Rosea santai dengan handuk di kepalanya.
“Ah itu, dosennya ngeliburin. Iya, libur. Nih barusan dikabarin lewat grup.” Miko mengangkat gawainya canggung.
Rosea mengangguk, lalu tersenyum. “Kalian mau makan bubur ndak? Pasti blom makan semua kan?”
“Biar gua aja yang beliin!”
Hana langsung melotot mendengar Miko dan Julian berseru bersamaan. Ia menatap Rosea yang mengedip-ngedipkan matanya cepat. Sahabatnya itu terkejut melihat dua orang laki-laki sangat semangat ingin membantunya.
“Hm, oke, mending gua aja gimana yang beli?” tawar Hana dengan nada penuh penekanan.
“JANGAN!”
“Kalem! Kalem! Jangan pada ngegas
[ Halo semuanya! Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca kisah hidup Rosea. Semoga kalian bisa mendapatkan hal baik setelah membaca cerita ini. Have a nice day!^^]
“Hidup ini memang penuh drama, jadi tidak usah terkejut atau sampai berlebihan dalam menyikapi perangai orang yang bermuka dua.” Dalam ruangan VIP sebuah klab malam eksklusif, suara ketukan gelas wine mengiringi pikiran-pikiran Miko yang berkeliaran. Sedari tadi matanya menerawang jauh, memikirkan bagaimana cara menemukan orang yang menyebarkan berita tentang Rosea. Sudah dua jam ia duduk sambil menghabiskan sebotol anggur, tetapi pikirannya semakin buntu. Tadi sore Miko sekongkol dengan Julian dan Hana untuk membohongi Rosea. Miko berkata bahwa latihan dance dibatalkan karena ada turnamen basket antar kampus. Rosea untungnya percaya-percaya saja. Hana pun menghapus room chat UKM dance yang sedang membahas jadwal latihan hari itu. Hana juga pura-pura sebagain bundanya Rosea, lalu menelpon Mas Begas dan mengatakan bahwa Rosea ada acara keluarga mendadak. Malangnya Miko harus pergi dan akhirnya mem
“Ketulusan tak pernah meminta balasan. Berbeda dengan dendam yang selalu ingin terbayarkan.” “Iya aku setuju sama kamu, Chel. Peluang terbesare ya anak HIMA lek enggak gitu ya anak BEM. Tapi sekarang ambil kunci mading dulu.” Susi dan Rachel berjalan beriringan menuju ruang sekretariat BEM. Susi terlihat mungil berada di sebelah Rachel yang bertubuh jenjang. Rachel tadi sempat mengganti alas kaki menjadi sandal setelah makan bebek bersama Miko. “Btw, sorry ya gua ganggu lu.” “Gapapa kok, Chel. Aku juga enggak tega sama orang yang jadi korban. Tapi waktu itu aku enggak tahu harus ngapain soalnya yang lain pada ikutan gosip.” Susi terus bercerita bagaimana teman-temannya menggunjing Rosea sembari membetulkan kacamatanya. “Kok tega gitu ya? Apa ya kan kita sama-sama cewe nih ya, amit-amit kalo kena kita kan enggak enak juga. Udah kena musibah, eh jadi bahan ghibahan. Emang bener mah
“Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.” “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu
“Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.” “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu
Rosea berjalan menyusuri anak tangga dengan keyakinan yang tak utuh, langkahnya menggiring ke ruang keluarga Hendrawan. Di sana ada ibu dan adiknya, Aji, yang asik menonton serial drama Amerika. Keringat dingin membasahi tangan dan dahi Rosea. Debaran jantung semakin terasa saat duduk di sebelah Liliana, perempuan yang melahirkannya. “Bunda…” “Hm?” “Rosea boleh ngekos endak? Biar lebih deket. Kalau berangkat dari rumah bakal ngabisin ongkos banyak buat transport ke kampus.” Rosea memainkan jari-jarinya mencoba menghilangkan rasa cemas. Rosea melirik bundanya yang bergeming, seakan sengaja menulikan indra pendengarannya. “Bun…” Bukan balasan dari bunda yang Rosea dengar
“Jika ilalang bergerak mengikuti arah angin, berbeda dengan manusia yang cenderung berani melawan takdir.”“Gua sumpahin jadi perawan tua lu!”Percakapan antara Rosea dengan Angga berminggu-minggu yang lalu menghantui paginya. Sebuah percakapan yang condong pada adegan monolog drama di mana sang pria tampan dari fakultas teknik ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Rosea berpikir keras untuk memparafrasakan kata-kata penolakan agar mudah laki-laki itu terima. Namun, apa daya Rosea malah mendapat sumpah serapah.Ya emang salah kalo aku nolak dia? Dikira jatuh cinta segampang itu?Persetan hidup menjomblo, Rosea pe
“Boleh jadi manusia lain memakai guna-guna ataupun mantera, tetapi manusia ini akan tetap jatuh pada seseorang dengan senyum seindah malam penuh lentera.”Rosea menggertakkan giginya saat obat merah menyentuh lukanya. Seusai sampai di indekosnya, Rosea bergegas untuk mandi dan mengganti perban. Lukanya memang hanya beberapa senti, namun perihnya saat obat merah mulai menetes satu per satu pada luka yang menganga, perihnya bukan kepalang. Sampai-sampai gadis itu menitihkan air mata.Sudah semacam telenovela saja. Rosea memang tak bisa menawar sedikit pun rasa sakit. Sebuah kelemahan yang gadis itu sadari sejak belia.Sehabis merapikan barang serta obat lukanya, Rosea mengambil boneka kelinci berwarna merah muda untuk mengganjal kaki
“Cinta akan jatuh pada ruang dan waktu yang tepat.”“Taco masih marah ya sama Kak Miko!”Masih dengan piyama polkadotnya, Taco memberengut kesal pada kakaknya. Kemarin ia mati bosan menunggu kakaknya untuk menjemput setelah kegiatan OSIS-nya. Bukan permintaan maaf yang Taco dapatkan, malah cengiran.Selama perjalanan dari sekolah Taco ke rumah, wajah Miko dihiasi bintang-bintang. Merasa ada yang salah dengan perangai sang kakak, Taco menempelkan punggung tangannya ke dahi sang kakak yang sibuk mengemudi.Miko malah kembali tersenyum tidak jelas. Taco bergidik ngeri melihatnya.