[ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM

[ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM

Oleh:  Rara Huang  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
17Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menjadi dewasa adalah keputusan terbesar Rosea Damita. Memaafkan dan menerima trauma akan masa lalu menjadi awal mula hidup barunya. Di saat Rosea mampu melanjutkan hidupnya, rahasia yang ia tutup rapat malah terkuak. Stereotip yang Rosea takutkan, kini melekat pada dirinya. Rosea pun malu dan egonya sebagai perempuan terluka. Miko dan Julian sebagai laki-laki yang mencintai Rosea, bingung harus bersikap bagaimana menghadapi mental Rosea yang goyah. Mampukah Rosea mengobati 'lukanya' yang menguar tanpa harus membasuh dengan alkohol di atasnya?credit cover: canva

Lihat lebih banyak
[ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Peni Sukowati
It's good story and i like the characterrrr
2021-05-30 10:21:31
0
user avatar
Peni Sukowati
It's good story and i like the characterrrr
2021-05-30 10:21:28
0
user avatar
Afina Karima
yuk lanjutin ceritanyaa, pingin tau endingnyaa uwuwuw
2021-05-29 22:40:27
0
user avatar
Rara Huang
I'm glad to have this story on my life :)
2021-05-29 22:20:51
0
user avatar
Rara Huang
I'm glad to have this story on my life :)
2021-05-29 22:20:49
0
user avatar
Rara Huang
I'm glad to have this story in my life :)
2021-05-29 22:20:36
0
17 Bab
Prolog
Rosea berjalan menyusuri anak tangga dengan keyakinan yang tak utuh, langkahnya menggiring ke ruang keluarga Hendrawan. Di sana ada ibu dan adiknya, Aji, yang asik menonton serial drama Amerika. Keringat dingin membasahi tangan dan dahi Rosea. Debaran jantung semakin terasa saat duduk di sebelah Liliana, perempuan yang melahirkannya.  “Bunda…” “Hm?” “Rosea boleh ngekos endak? Biar lebih deket. Kalau berangkat dari rumah bakal ngabisin ongkos banyak buat transport ke kampus.” Rosea memainkan jari-jarinya mencoba menghilangkan rasa cemas. Rosea melirik bundanya yang bergeming, seakan sengaja menulikan indra pendengarannya. “Bun…” Bukan balasan dari bunda yang Rosea dengar
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 01
“Jika ilalang bergerak mengikuti arah angin, berbeda dengan manusia yang cenderung berani melawan takdir.”“Gua sumpahin jadi perawan tua lu!” Percakapan antara Rosea dengan Angga berminggu-minggu yang lalu menghantui paginya. Sebuah percakapan yang condong pada adegan monolog drama di mana sang pria tampan dari fakultas teknik ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Rosea berpikir keras untuk memparafrasakan kata-kata penolakan agar mudah laki-laki itu terima. Namun, apa daya Rosea malah mendapat sumpah serapah. Ya emang salah kalo aku nolak dia? Dikira jatuh cinta segampang itu?Persetan hidup menjomblo, Rosea pe
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 02
“Boleh jadi manusia lain memakai guna-guna ataupun mantera, tetapi manusia ini akan tetap jatuh pada seseorang dengan senyum seindah malam penuh lentera.”Rosea menggertakkan giginya saat obat merah menyentuh lukanya. Seusai sampai di indekosnya, Rosea bergegas untuk mandi dan mengganti perban. Lukanya memang hanya beberapa senti, namun perihnya saat obat merah mulai menetes satu per satu pada luka yang menganga, perihnya bukan kepalang. Sampai-sampai gadis itu menitihkan air mata. Sudah semacam telenovela saja. Rosea memang tak bisa menawar sedikit pun rasa sakit. Sebuah kelemahan yang gadis itu sadari sejak belia.Sehabis merapikan barang serta obat lukanya, Rosea mengambil boneka kelinci berwarna merah muda untuk mengganjal kaki
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 03
“Cinta akan jatuh pada ruang dan waktu yang tepat.”“Taco masih marah ya sama Kak Miko!”Masih dengan piyama polkadotnya, Taco memberengut kesal pada kakaknya. Kemarin ia mati bosan menunggu kakaknya untuk menjemput setelah kegiatan OSIS-nya. Bukan permintaan maaf yang Taco dapatkan, malah cengiran.Selama perjalanan dari sekolah Taco ke rumah, wajah Miko dihiasi bintang-bintang. Merasa ada yang salah dengan perangai sang kakak, Taco menempelkan punggung tangannya ke dahi sang kakak yang sibuk mengemudi. Miko malah kembali tersenyum tidak jelas. Taco bergidik ngeri melihatnya.
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 04
“Yang sungguh cinta, sejauh apapun ia pergi pasti kembali pulang karena hati adalah kompas alami manusia.”“Bu, pesen es teh manisnya 3, es susu cokelatnya 1, sama mi ayam 4 pedes semua.” “Oke tunggu sebentar ya, mas.”“Siap!” Hanzel yang memesan makanan di warung Bu Denok untuk para sahabatnya.Mereka sedang menikmati suasana kantin FISIP sembari memandang gadis-gadis cantik, kecuali Julian. Julian semenjak duduk, ia hanya memerhatikan gawainya. Membuka-tutup aplikasi pesan singkat. Menanti balasan pesan dari Serena.Serena, gadis itu berkuliah di tempat yang berbeda dengan Julian. Tahun pertama kuliah hubungan mereka masih sangat hangat. Hampir setiap hari mereka bertemu. Bahkan di saat Julian sangat sibuk, laki-laki itu masih berusaha menyempatkan waktu. Tetapi, memasuki tahun kedua, Serena mulai berubah.Entahlah mungkin gadis itu mulai bosan. Atau benar-benar sudah jatuh ke pelukan laki-laki lain.“Udahlah enggak
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 05
"Sering kali cinta saja tak cukup untuk memenuhi asupan ego manusia.”Sadar dari mabuknya semalam, Serena berjalan dengan badan yang masih lemas. Netranya menyusuri setiap sudut ruangan yang ia tempati. Dilihat dari perabotannya, ia tahu ini apartemen Julian. "Sudah bangun, Ser?" Julian yang sedang memasak bubur untuk Serena mengalihkan fokusnya dari kompor. "Menurut kamu gimana?" Serena malah membalas dengan nada sengau. Julian termangu. Perbedaan Serena sangat nyata. Setahun ini ia kira itu semua hanya ilusi dalam pikirannya saja karena mereka tak berada di kampus yang sama. Nyatanya, Serena memang berubah.Dengan suasana tegang, Serena dan Julian makan. Tanpa ada suara. Tanpa ada tawa. Tanpa ada debaran. Semuanya hambar. Kini cinta rasanya sudah tak lagi bersarang di tempatnya. "Sekarang jam berapa, Jul?" Serena sudah menyelesaikan makannya dan menaruh mangkuknya di mesin pencuci piring. "Jam 9, kenapa S
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 06
"Ketika hatimu remuk, semuanya akan menjadi sangat menyesakkan.”Pikirannya kacau dan semua perih bergelung di dada. Kepedihan meringsak masuk menggerogoti perasaannya. Sehancur apapun keadaannya, dunia tetap berputar, waktu tetap berjalan.Julian menggendong tas gitarnya menuju mobil yang terparkir di depan gedung FEB. Sahabat-sahabatnya sudah pergi entah kemana sejak ia tinggal mengambil gitar dari ruang UKM seni.Hari ini, hari pertama Julian bekerja sebagai penyanyi kafe, di Kafe Aletha. Perasaannya bercampur aduk. Antara senang dan gundah, tetapi bagi Julian pantang untuk mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan.Rosea memandang lurus ke arah panggung dari balik meja kasir. Julian sudah nampak siap dengan gitar di pangkuannya. Ia mulai menyapa para pengunjung kafe. Semua nampak antusias.Lagu dimulai dengan permainan gitar yang menghanyutkan setiap jiwa yang ada di sana. Julian memejamkan matanya, menyatukan dirinya dengan lagu ya
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 07
“Lukamu akan sembuh. Maka bersabarlah!”Sudah beberapa hari berlalu semenjak malam itu. Rosea bersyukur saat itu terjadi Hana ada di sampingnya, setidaknya tidak ada hal bodoh yang ia lakukan. Walaupun beberapa hari sejak malam itu ia merasa sangat cemas dan badannya tak enak, ada Hana yang dengan sabar merawatnya. Hana juga menginap beberapa hari, memastikan bahwa Rosea benar-benar kembali stabil.Rosea senang memiliki Hana sebagai sahabatnya.“Males banget deh harus latihan bareng sama anak basket. Perasaan selama 2 tahun baru kali ini kayak gini. Huft…” Bela mendengus kesal.“Ya mau gimana lagi. Sekitar sebulan lagi kita ada lomba. Belum lagi kemaren ada UTS jadi kepotong waktu latihannya, kan?” Rosea mengelus lengan Bela yang tidak suka berita yang Mas Begas, pelatih dance mereka, bawa bahwa latihan dipindahkan ke lapangan basket. Alasannya karena ruang latihan mereka sedang direnovasi.“Iya sih…,” Bela menjawab lunglai.Latih
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 08
“Sakit bisa saja mendatangkan lebih banyak kebaikan bagi orang-orang yang ikhlas menjalaninya.” Sudah delapan kali Rosea ke kamar mandi untuk buang air besar. Sebuah ritual pasti setelah makan seblak, tetapi tak pernah separah ini. Kemarin sepertinya ada sebuah setan antah berantah membisikkan pesan untuk membeli seblak dengan level maksimal. Biasanya Rosea membeli level 0. Paling mentok ya level 3 kalau-kalau gadis itu sedang frustasi dengan tugas Pak Jagad.Rosea sudah seperti melakukan simulasi bunuh diri.“Gini banget punya penyakit maag!” gerutu Rosea dengan tangan memegangi perutnya. Dirinya masih berbaring lemas di atas kasur sembari berharap mulesnya akan hilang.“Ah sebel! Tau gitu aku ajak makan mi yamin aja ketimbang makan seblak. Sama-sa
Baca selengkapnya
[ Roses ] ; 09
CHAPTER 9“Akan ada harapan baru untuk orang-orang yang masih mau berjuang.” “Tolong bantuin gua dong!” pinta seorang gadis pada laki-laki bertubuh jangkung di depannya.Pagi-pagi sekali di ruang tamu rumah bertingkat tiga ini diisi oleh dua orang bersentimen tinggi. Si gadis dengan baju tidur berwarna cerah, di kepalanya dihiasi bando dengan aksen sepasang tanduk sapi. Sedangkan si laki-laki nampak santai dengan kaos dan celana jeans robek-robek, duduk bersandar sofa, serta kakinya disilangkan dan telapaknya bergerak-gerak.“Adah-adah! Apaan lagi sih, wak?” Laki-laki itu menyugar rambutnya angkuh. Matanya terlihat jengah menatap gadis di depannya. Walaupun cantik—ralat, sangat cantik—tetapi, karena sifatnya yang menyebalkan membuatnya malas.“Eh lu gua bayar ya!”Laki-laki itu sontak melotot. “Koreksi. Bokap lu!”Gadis itu menunjukk
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status