Nungki melepaskan pelukan wanita itu dengan segera dan merangkulku. Aku melihat wajah wanita itu penuh dengan kekecewaan."Nungki kenapa kamu melepas pelukan ini. Biasanya kamu menyambutku dengan hangat. Siapa wanita di sampingmu?" tanya Wanita yang memeluk Nungki tadi."Sejak kapan aku menyambutmu dengan hangat. Dia calon istri masa depanku. Namanya Dara," jawab Nungki.Wajah penuh amarah saat menatapku itu sangat jelas. Wanita bernama Estel itu mendekatiku. Menarikku dari rangkulan Nungki dan berputar mengelilingiku. Memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kakiku."Jadi wanita seperti ini seleramu?" tanya Estel mencemoohku."Kenapa dia jauh lebih baik darimu. Dia tak pernah mengandalkan keluarga untuk melawan orang lain. Dia membiayai kuliah dan kebutuhannya sendiri. Dia sempurna dimataku!" seru Nungki. Estel tentu saja tidak terima dengan pernyataan dari Nungki. Estel merasalebiih dari segalanya dibandingkan denganku Aku akui memang Etel wanita
Nungki menghadap padaku lalu mengingatkan apa yang pernah dikatakan oleh pak Maulana tempo hari kalau beliau dan nyonya pernah beberapa kali mengatur kencan buta untuk Nungki.Calon suamiku itu selalu menolak dan mencampakan wanita kencan butanya karena tidak ada satupun yang cocok dengan kriteria yang ia harapkan."Kamu jangan mengaku terlalu pede. Mami dan papiku sudah beberapa kali mengatur kencan buta untukku tapi aku mengacuhkan mereka. Hanya kamu yang masih bermuka tebal selalu menggangguku masih mengatur orang untuk memata-mataiku," jawab Nungki."Aku sudah paham sekarang. Aku juga ingat pak Maulana mengatakan itu tempo hari," balasku."Wanita ini juga mengenal paman Maulana? Kamu sudah membawanya kerumah? Aku akan membuatmu menyesal kalau tidak meninggalkan Nungki!" seru Estel.Aku tersenyum mendengar teguran Estel dia belum menjadi istri Nungki tapi sudah menggunakan segala cara untuk membuat dirinya diakui sebagai nyonya."Kamu mau melakukan ap
Perempuan modis dengan tas jinjing mahalnya itu membuka kacamata hitamnya. Dengan sengaja agar wajahnya terlihat jelas oleh kami semua. "Perkenalkan saya maminya Nungki Hendarso yang anda katakan sebagai tukang cuci piring di restoran tadi," ucap istri pak Maulana sambil menengadahkan tangan untuk bersalaman."Maminya Nungki! Masa sih orang tua tukang cuxi piring semodis ini. Jangan-jangan orang tua sewaan lagi," ucap bu Mutia.Aku jadi deg-degan dengan kedatangan mereka. Mau apa ya mereka ke rumahku di belakang mereka ada bu Sari yang tersenyum dan melambaikan tangannya."Pak Maulana, bu Rina, dan Bu Sari, mau kenamana malam-malam begini?" tanyaku sembari meminta maaf atas kelancangan tetanggaku ini."Mau kemana lagi kalau nggak ke rumah kamu," jawab bu Sari.Aku mempersilahkan masuk mereka semua. Tetanggaku pada kepo dan saling sikut mungkin mengkode supaya ada yang mengintip juga menguping percakapan kami di dalam rumah. Aku sampai hapal kelakuan mer
Bapakku mengajak ibu dan aku segera pulang ke rumah. Sedangkan para tetangga yang sudah bersiap melancarkan mulut terkutuknya tak kami hiraukan. Hanya jawaban ala kadarnya dari bapak saja."Kalau jadi kenyataan ya itu rejeki Dara. Kalau misal nanti Dara masih tinggal di sekitar sini mungkin itu juga bukan salah Dara tapi takdir dara memang tinggal di sini," jawab Bapak."Saya jadi pengen lihat nanti Dara lamaran mau dibawakan sama suami yang demen mengumbar kemewahan di sosial media itu," balas bu Endang dengan decak kesalnya.Aku berjalan mengikuti orang tuaku sambil mengelus dada. Serba salah pokoknya dimata tetangga. Mau jungkir balik sekalipun akan tetap jadi gunjingan para tetangga yang emang doyan gosip."Sudah bu Endang kita lihat saja. Kalau nanti misal lamaran terus dibawain barang sederhana kita tertawakan saja," balas bu Arum."Orang sombong begitu mau di bawain mahar apa ya?" sahut bu Endang.Mereka masih terdengar menggunjing dan juga menertawaka
Bu Endang cemberut karena mendengar pertanyaan bu Sri yang terkesan membelaku dimata bu Endang. Lantas demi kebaikan seperti apa yang dikatakan oleh bu Endang ini."Eh bu Sri dengerin ya. Coba kamu kalau jadi seperti Dara banting tulang buat kuliah demi menaikkan derajat orang tua tapi malah punya suami mukondo gimana perasaanmu. Masa may hidup sengsara terus!" bentak bu Endang."Iya bu Sri ini kok malah belain Dara to. Kita padahal hanya mengingatkan Dara jangan sampai pengorbanannya selama ini jadi sia-sia karena salah milih suami," sahut bu Lastri.Hanya bu Sri hanya selalu berpikiran jernih menurutku. Lalu bu Sri berkata kalau ada orang yang datang ke rumah dengan niat baik itu artinya memuliakan pihak perempuan.Bukan ngajak ketemuan di jalanan kemudian tidak mau bertanggung jawab setelah si perempuan mengandung. "Saya nggak perlu kasih contoh ya. Karena sudah ada contohnya didepan mata. Dua kali lagi melakukan kesalahan yang sama," ucap bu Sri."O
Bu Endang meradang dengan pertanyaanku yang menyebutnya sebagai cenanyang. Tentu saja beliau tidak terima aku mengatakan itu padanya. Lagian kenapa bisa dia mengecapku sembarangan seperti itu."Iya kamu baru saja dipuja sama bu Sri calon mertua memakai mobil alpart saja sudah belagu. Apalagi nanti sudah resmi jadi keluarga kaya pasti semakin belagu dan sombong!" seru bu Endang."Iya saya memang belagu dan sombong makanya cari suami kaya biar tambah sombong," sahutku.Bu Endang semakin mengolokku sebagai orang yang halu dan banyak berkhayal. Bermimpi ingin mempunyai suami kaya agar bisa hidup enak. Nyatanya hanya mampu mendapatkan suami tukang cuci piring di restoran."Kamu itu berkhayal terlalu tinggi Dara. Orang kaya betulan mana sih yang mau menikah sama kamu, niat hati kuliah ingin bisa menambah wawasan dan menggaet pemuda kaya namun sayangnya hanya bisa mendapatkan suami kuli gaji rendahan," balas bu Endang sambil tertawa."Iya saya memang tuka
Aku tersenyum melihat ke arah ibu yang sepertinya masih penasaran dengan apa yang aku rencanakan. Lebih baik tidak membicarakan ini dulu. "Ya dikatakan saja belum mana bisa ibu menentukan setuju atau tidak," jawab ibuku."Nanti saja deh bu. Doakan nanti sore aku sidang ya bu, sekarang mau kerja dulu jam dua nanti aku ijin pulang cepat untuk sidang," balasku.Aku sudah pamit ibu agar sidangku dipermudah. Kemudian aku langsung meluncur ke kantor untuk segera bekerja seperti biasa."Cie calon nyonya masa depan kita nih," celetuk Desi tiba-tiba menyapaku."Astaga apa sih kamu itu, siapa calon nyonya masa depanmu?" tanyaku sambil tersenyum.Desi merangkulku dan mengajakku ke pantry untuk makan bersama di sana. Aku dan Desi mengobrol bersama sambil makan bekal yang dibawa oleh Desi. Asyik makan bersama sambil ketawa ketiwi makan bersama tiba-tiba muncul suara yang tak asing."Dasar wanita murahan, bangga banget ya kamu bisa menggaet Nungki pria yang
Irma terlihat gemetaran karena merasa salah. Pak Roni berani menjamin kalau Irma tidak salah dan akulah pembuat onar yang sesungguhnya. "Aku berani bertaruh kalau istriku tidak salah," balas pak Roni."Baik cepat tolong putat cctv dan kita lihat bersama," pinta Nungki.Bagaian IT memutar cctv yang ada lalu kami melihat bersama ternyata memang Irma biang keladi semua ini. Tidak usah berkata dengan melihat orang bodohpun bisa menilai siapa yang salah kok."Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Pasti ada yang membuat istriku marah terlebih dahulu sehingga mendamprat Dara," balas pak Roni."Benar itu Nungki kamu tidak bisa melihat dari salah satu sisi saja. Aku tidak bersalah Roni hanya ingin melindungi aku saja sebagai wanita yang ia cintai," balas Irma.Nungki meminta bodyguard yang ia bawa untuk menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri. Karena lapor polisi percuma karena Irma tidak takut dipenjara. Baginya berurusan dengan polisi sudah bias