Beranda / Lainnya / Racun Mulut Tetangga / Kulkas Baru Bu Sri

Share

Kulkas Baru Bu Sri

Penulis: Handira Rezza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-05 01:26:39

Bu Endang masih berdebat dengan ibu-ibu yang akan berbelanja sayuran di warung bu sri entah apa yang ia ingin sampaikan. Entah kenapa ia sungguh tidak suka melihat aku yang setiap pagi berangkat kerja menggunakan pakaian rapi, rok sepan selutut berwana gelap, blouse dengan renda di bagian dada juga tas seperti orang kantoran membuatku terlihat anggun kata orang.

“Dara kerja di salah satu perusahaan kosmetik yang terkenal itu loh yang ada di televisi iklannya,” ucap bu Lastri.

 "Ibu Lastri tahu darimana, masa sih cuma lulusan SMK bisa kerja kantoran apalagi di perusahaan kosmetik besar, duh aku nggak percaya!” balas bu Endang.

Aku melewati ibu-ibu yang sedang berbelanja di warung bu Sri, Ku ucapkan permisi karena mengedepankan sopan santun yang diajarkan oleh orang tuaku. Senyuman ramah serta basa-basi di balas oleh para ibu-ibu. Aku sangat lega akhirnya bisa melewati mereka semua.

“Tuh bu, si Dara baru kerja jadi admin saja bajunya sudah sok formal banget,” cetus bu Endang.

“Kalau pakai daster itu namanya ibu-ibu yang mau kerja di dapur bu Endang,” sahut bu Sri.

“Nanti anakku kalau udah lulus kuliah terus kerja, pakai bajunya lebih mentereng dan status sosialnya lebih tinggi daripada Dara,” balas bu Endang.

Kalimat itu terdengar olehku walau samar-samar biarkan saja ibu Endang dan gengnya mau berkata apa, yang penting aku tidak menyusahkan mereka. Mempunyai tetangga biang gosip seperti ini emang membuat semua gerakan kita seperti di awasi cctv hidup.

***

Hari ini tepat pukul sebelas siang ada sebuah truk pengangkut barang berisi sebuah kulkas dua pintu besar. Bukan Endang namanya jika tidak kepo dan heboh sendiri ingin tahu siapa sih tetangganya yang membeli kukas baru. Truk pengangkut barang itu distop oleh bu Endang, ia bertanya pada sang supir.

"Pak nyari alamat rumah siapa?" kata bu Endang kepo.

"Oh ibu Sri penjual sayuran bu, di sebelah mana ya?” tanya si supir.

Bu Endang semakin menjadi ia berpura pura membeli ikan di rumahku padahal mah mau bergosip ria, karena dia menyaksikan ada tetangga membeli perabotan baru. Selain hatinya panas ia juga sangat iri jika ada tetangga membeli perabotan baru.

"Bu Siti, masih ada sisa ikan tonggol nggak?” tanya bu Endang.

“Kebetulan sisa satu bu,” jawab ibuku,

Bu Endang memutar matanya ke segala sudut rumahku yang tidak ada frezzer baru tempat menyimpan ikan dirumah. Yang ada freezer lama yang sudah mulai memudar warnanya, ini kesempatan bu Endang membuka topik tentang kulkas baru.

“Bu Siti kulkas penyimpan ikan udah lama begitu kok ndak beli baru sih, masa kalah sama bu Sri yang Cuma dagang sayur beli kulkas baru,” ucap bu Endang.

“Alhamdulilah bu Sri bisa beli kulkas baru bu, doakan saya segera menyusul beli kulkas baru juga ya,” jawab ibuku seraya masuk ke dalam rumah.

“Eh diajak ngobrol kok malah kabur, iri ya saya bilang bu Sri beli kulkas baru?” teriak bu Endang.

Bu Endang menggerutu sendiri karena ditinggal bu Siti masuk ke dalam rumah. Lagian niat beli ikan saja ngomongin orangnya berjam jam. Bu Endang tak kehabisan akal untuk mencari bahan gosip baru. Dia pergi ke warung sayuran bu Sri yang baru saja membeli kulkas.

"Walah bu Sri beli kulkas baru toh, tadi saya lihat loh truk pengangkut kulkasnya,” ucap bu Endang.

"Iya bu Endang, ini buat naruh frozen food," jawab Bu Sri.

Bu Endang memang benar-benar kebangetan menurutku, baru juga kulkasnya nyampe dan bu Sri masih membereskan dagangannya yang tadi dimaksud kedalam kulkas, ia mengucapkan kata-kata yang membuat ibu Sri tersinggung.

“Bu Sri kalau beli kulkas di mana, pasti kredit ya bu, biasanya kan kalau pedang beli perabot pada kredit, bayar harian apa bulan?” tanya bu Endang asal nyerocos saja.

“Eh bu Endang, mau saya beli kulkas chas atau kredit urusan sama bu Endang apa?!” gertak bu Sri dengan keras karena jengkel dengan kekepoan bu Endang yang menjadi-jadi.

Bu Endang menenangkan bu Sri yang keluar darah tingginya. Dia membela diri sendiri hanya bertanya dan bu Sri tidak perlu marah seperti itu. Bu Endang tetap membenarkan dirinya sendiri kalau biasanya para pedagang itu kalau mau kredit barang selalu disetujui cepat.

“Eh jangan marah bu, biasanya begitu kan, la wong bu Sri ambil ponsel saja kredit harian,” sahut bu Endang.

“Ambil ponsel kredit harian juga saya bayar sendiri tidak bu Endang yang bayar angsurannya!” seru bu Sri sewot.

"Lagian Bu Endang ini kepo nya minta ampun, ada tetangga beli apa langsung deh harus tahu apa yang di beli tetangga, mau tahu aja urusan tetangga," kata Bu Lastri.

Bu Endang masih menyangkal omongan dari bu Lastri sesama tetangga itu harus berbagi informasi. Kalau kredit perabotan atau apapun itu ya tetangga yang lain harus tahu. Siapa tahu ada yang membutuhkan informasi perkreditan untuk para ibu-ibu yang ingin perabotan baru tapi belum cukup uangnya. Kalau beli cash nanti uangnya tidak cukup. Solusinya ya kredit, istilah kerennya tidak kredit tidak punya barang.

"Loh bukan begitu bu, saya ‘kan pengen tahu kalau beli kulkas kredit itu di mana siapa tahu saya juga mau ambil kulkas baru juga," kata Bu Endang.

"Emang kulkas bu Endang rusak, kulkas banyak banyak buat apa bu?" tanya bu Lastri ikut sewot.

"Suka suka saya Bu, suami saya gajinya gede, mau beli apa saja suka suka saya," jawab bu Endang seraya meninggalkan warung bu Sri.

Bu Sri dan Bu Lastri geleng kepala melihat tingkah laku Bu Endang selalu kepo dengan urusan orang lain. Mungkin besok bu Endang juga akan membeli kulkas jika sudah melihat tetangganya membeli kulkas baru. Pertanyaan dari bu Endang sudah mengalahi seorang reporter. Begitu banyak yang ditanyakan dan jawaban dari yang diberi pertanyaan harus lengkap. Jika tidak ia akan terus bertanya sampai mendapatkan jawaban yang memuaskan.

“Ini baru kulkas loh bu Lasti, bu Endang sudah sedemikian rupa keponya, dasar biang gosip desa Jati Asih,” celetuk ibu Sri.

“Sudah biarkan saja, kita di desa ini sudah hafal sekali perilaku bu Endang, jadi ya anggap saja angin lalu saja, bu Sri,” balas bu Lastri.

Mereka berdua tertawa sendiri mengingat kejadian yang barusan terjadi. Ada tetangga membali kulkas baru saja bu Endang sudah kebakaran jenggot. Apalagi kalau ada tetangga yang beli mobil aduh kebayang nggak sih seperti apa keponya bu Endang. Ada anak lulusan SMK jadi admin kantoran digosipkan juga, pokoknya tidak ada yang bisa lepas dari lambe lamisnya bu Endang ini.

“Coba tebak setelah ini akan ada gosip apa lagi dari bu Endang?” tanya bu Sri sembari tertawa.

~Bersambung~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
irwin rogate
gosip keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Racun Mulut Tetangga   Hamil- Season satu tamat

    Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara

  • Racun Mulut Tetangga   Nggak jadi belanja

    Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja

  • Racun Mulut Tetangga   Sindiran bu Sri

    "Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."

  • Racun Mulut Tetangga   Saingan yang mencolok

    Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D

  • Racun Mulut Tetangga   Pagi-pagi Gosip

    Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda

  • Racun Mulut Tetangga   Selesai Hajatan

    Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di

  • Racun Mulut Tetangga   Ribut

    Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah Siap bergosip

    Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I

  • Racun Mulut Tetangga   Teman Ratna

    Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status