Share

Rahasia Anak Kembar Sang CEO
Rahasia Anak Kembar Sang CEO
Penulis: Nyi Ratu

Bab 1. Kecelakaan

"Arghhh...!"

Seorang anak perempuan berteriak sebelum tubuhnya terpental dan jatuh ke aspal. Tubuh kecil itu tergeletak dan berlumuran darah. Untungnya, kepalanya disangga oleh tas yang dibawanya, tetapi anak itu tidak mengerang atau menangis.

"Anda menabrak anak kecil, Bos." William melihat dengan matanya sendiri bahwa gadis kecil itu terhempas.

Seorang pria yang memakai kemeja putih keluar dari mobil dengan tergesa-gesa, napasnya tersengal-sengal saat melihat gadis kecil itu tergeletak dan berlumuran darah.

Pria yang keluar dari sisi kiri mobil hanya bergumam dalam hati ketika melihat gadis kecil yang ditabrak bosnya. 'Alana.'

Pria yang dipanggil bosnya itu membopong tubuh Alana. "Willy, kamu yang menyetir. Cepat!" Henry memerintahkan sebelum masuk ke dalam mobilnya.

"Oke, Bos." William memacu mobilnya membelah jalanan kota. Beruntungnya, jalanan tidak macet meski ramai dengan kendaraan, tapi lancar.

Henry, CEO BARA Corporation, masih terlihat muda dan tampan di usianya yang sudah berkepala tiga. Pria itu terus memandangi wajah sang anak yang lemah dan tak berdaya dalam gendongannya akibat kelalaiannya saat mengemudikan mobil.

"Bos, apakah anak itu masih bernapas?" William melirik sekilas ke kaca spion untuk melihat kondisi Alana, lalu kembali fokus menyetir. Tidak dipungkiri, dia juga begitu khawatir dengan kondisi anak itu.

William tetap berusaha untuk fokus, meskipun pikirannya tertuju pada ibu dari anak yang ditabrak oleh bosnya.

'Bagaimana saya menjelaskan semua ini? Pria yang duduk di kursi pengemudi hanya bisa bergumam dalam hati. Dia tidak memberi tahu bosnya bahwa dia mengenali gadis kecil itu.

Henry menatap wajah gadis itu, yang sedang di pangkuannya. Gadis kecil itu masih terlihat cantik dan manis, meskipun dia sangat pucat.

Pria yang mengenakan kemeja putih berlumuran darah itu meletakkan jari telunjuknya di bawah hidung Alana. Ia menghela napas lega ketika masih merasakan nafas anak itu.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Perawat membawa Alana ke ruang gawat darurat. Henry dan William bergegas menuju brankar yang didorong oleh perawat.

Saya memasukkan Alana ke ruang gawat darurat. Henry menunggu di luar ruang gawat darurat. Dia takut sesuatu akan terjadi pada anaknya. Jika sesuatu yang salah terjadi, dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

William mendekati bosnya, yang berdiri di pintu ruang gawat darurat. "Bos, lebih baik kita beritahu keluarganya."

"Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa lupa, tapi dari mana kita harus mencari tahu? Aku tidak tahu siapa orang tuanya."

Henry teringat akan tas anak yang diberikan oleh perawat kepadanya. Mungkin ada beberapa informasi tentang keluarganya di sini. Henry menyerahkan tas merah muda itu kepada asistennya.

"Baiklah, Bos." William mengambil tas merah muda itu. "Aku akan segera menghubungi orang tua Alana."

"Alana?" Alis Henry berkerut. "Nama anak itu adalah Alana?"

"Ya, Bos," jawab William.

"Bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu mengenalnya?" Henry melontarkan beberapa pertanyaan kepada asistennya.

"Dia punya nama." William menunjukkan nama Alana di tas sekolah berwarna merah muda itu. "Ini pasti nama gadis kecil itu."

"Ya, itu pasti namanya," kata Henry, "kamu cari tahu taman kanak-kanak itu dan tanyakan kepada mereka nomor telepon orang tua Alana," lanjutnya, sambil menunjuk nama sekolah Alana yang tertera di tas sekolahnya.

William mengangguk, lalu pergi meninggalkan atasannya. Setelah jauh dari Henry, William menghubungi ibu kandung Alana.

"Halo... putrimu mengalami kecelakaan. Cepatlah kemari. Saya akan mengirimkan alamatnya." Tanpa menunggu jawaban dari orang di balik telepon, William segera menutup telepon. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang pasti akan ditanyakan oleh orang tua Alana.

William kembali ke Henry setelah dia menyelesaikan panggilannya.

"Saya sudah menelepon ibunya," kata William. "Dia akan segera tiba di sini."

"Itu bagus." Hanya itu yang bisa dikatakan Henry. Sekarang, dia berpikir untuk meminta maaf kepada orang tua gadis kecil itu.

Setelah sekian lama, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

"Apakah Anda keluarga dari gadis kecil yang mengalami kecelakaan itu?" tanya Dokter.

"Ya, Dok," jawab Henry, "Saya ayahnya."

William membelalakkan matanya ketika bosnya mengaku sebagai ayah dari anak yang ditabraknya.

"Gadis kecil itu kehilangan banyak darah. Untuk golongan darah AB, di rumah sakit ini kosong," jelas Dokter.

Henry terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Dokter.

"Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut untuk administrasi dan pendaftaran, mohon segera diurus," tambah Dokter lagi sebelum pergi.

Henry merasa sangat gelisah. Pria dewasa itu terus melihat keluar jendela ruang gawat darurat. Henry ingin tahu bagaimana keadaan gadis kecil itu.

Dia tidak melakukannya dengan sengaja. Henry akan mengemudikan mobilnya dengan pelan-pelan jika dia tahu bahwa ini akan terjadi.

Meskipun William sebelumnya telah menawarkan untuk menyetir sendiri, Henry bersikeras untuk pergi. Hasilnya adalah seperti ini karena tidak berhati-hati, dia menabrak seorang gadis kecil.

Dia siap jika orang tua Alana marah kepadanya, dan dia akan bertanggung jawab penuh dan tulus jika orang tua Alana menuntutnya.

Henry terus merasa gelisah. Dia membayangkan wajah seorang gadis kecil dalam pelukannya yang terasa tidak asing baginya.

"Bos, jika Anda ingin pulang, biarkan saya yang mengurus masalah ini," kata William.

"Bagaimana aku bisa pulang jika aku telah menyebabkan gadis kecil itu terluka? Bagaimana jika dia tidak baik-baik saja?" Henry tersentak kaget.

William terdiam. Bibirnya ingin terbuka lagi. Namun, dia mengurungkan niatnya ketika melihat raut wajah bosnya yang semakin gelisah.

Seorang perawat keluar dari ruang gawat darurat, dan Henry segera menghampiri perawat tersebut. "Sus, bolehkah saya masuk?" tanya Henry, ingin sekali bertemu dengan gadis kecil yang ditabraknya.

"Silakan, Pak!" jawab suster dengan ramah.

Henry mengangguk. Ia segera masuk ke dalam ruangan sementara William mengurus pendaftaran Alana.

Henry memasuki ruang gawat darurat dengan perasaan campur aduk. Hugup, takut, dan menyesal. Jantungnya berdegup lebih cepat daripada matanya yang terus fokus pada wajah gadis kecil itu.

Tangan Henry yang besar perlahan-lahan membelai tangan Alana. Tangan gadis kecil itu terasa sedingin es. Kepala dan tangannya dibalut perban.

"Anak manis, bangunlah! Maafkan aku karena telah membuatmu seperti ini. Paman berjanji akan membelikan boneka besar untukmu dan kita akan berteman. Cepat sembuh, ya?" Henry mengusap tangan Alana dengan lembut sambil memandangi wajah cantik gadis kecil itu.

"Wajahmu mengingatkanku pada seseorang."

"Alana, bangun-"

"Lana!" Suara jeritan seorang wanita membuat Henry menghentikan perkataannya dan menoleh ke arah sumber suara.

Seorang wanita yang sangat Henry kenal kini berdiri di sisi kanan tempat tidur. Terlihat raut wajahnya yang berantakan dan cemas. Henry terkejut ketika mengetahui bahwa wanita itu adalah ibu dari gadis kecil yang ditabraknya.

"Amanda..."

[Buku ini sedang dalam revisi]

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Merry Cupcup
menarik,saya suka ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status