Beranda / Rumah Tangga / Rahasia Anak Kembar Sang CEO / Bab 7. Bayangan Masa Lalu

Share

Bab 7. Bayangan Masa Lalu

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-17 13:16:48

Henry kehabisan kesabaran. Ia terpaksa mengingatkan Sonya tentang kebenaran hubungan yang mempertemukan mereka. Perjodohan Sonya tak lepas dari bisnis.

Sonya menyadari bahwa cinta Henry kepadanya tidak tulus. Ia percaya bahwa Henry akan mudah dikalahkan setelah ketidakhadiran Amanda, tetapi kenyataannya Henry masih belum memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah enam tahun bercerai.

"Menjengkelkan!" Sonya marah atas perlakuan Henry terhadapnya. Wanita itu bangkit dan menatap tajam ke arah kekasihnya.

Alih-alih takut dengan kemarahan Henry, Sonya justru menantang Henry. Dia yakin bahwa tunangannya akan melakukan semua yang dikatakan ibunya. Dan karena itulah dia akan terus mendekati calon mertuanya.

"Mengapa kamu marah? Aku seharusnya marah karena kamu sudah bertindak terlalu jauh." Henry mengangkat tangannya. "Kembalikan ponselku!"

Henry tercengang melihat wanita di depannya. Bukannya meminta maaf, wanita itu malah marah.

'Dia sangat berbeda dengan Amanda. Sangat berbeda,' pikir Henry.

Sonya mengembalikan ponsel Henry yang diambilnya. "Kamu sangat menyebalkan, Henry!"

Henry tidak mau lagi menanggapi kata-kata Sonya. Ia memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jasnya. Kemudian, ia kembali fokus pada pekerjaannya.

"Aku sudah bicara panjang lebar, tapi kamu tidak peduli! Kamu malah melihat layar ponselmu dan tersenyum-senyum sendiri! Dengan siapa kamu berkirim pesan?!"

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan yang sama berulang kali," kata Henry, "aku sudah menjelaskan bahwa aku berkirim pesan dengan William."

"Bohong! Kamu pasti berkirim pesan dengan wanita lain? Sudah jelas dari ekspresi wajahmu! Aku tunanganmu, tapi kenapa kamu lebih peduli dengan wanita lain daripada aku?!" Sonya mulai mengomel, dan Henry bingung.

"Apa yang kamu bicarakan Sonya? Aku tidak berkirim pesan dengan wanita mana pun."

"Aku tidak percaya padamu!" Sonya memarahi.

Henry terdiam sejenak. Dia tidak bisa terus membuat Sonya marah karena dia akan segera mengadu pada ibunya dan bersikeras untuk menikahinya. Dan dia tidak ingin hal itu terjadi.

Apalagi ia telah bertemu kembali dengan wanita yang dicintainya. Meski terkadang luka itu masih terasa jika mengingat perselingkuhan istrinya. Namun semua itu tidak dapat menghapus rasa cintanya kepada Amanda.

Henry berdiri dari tempat duduknya dan mengambil kunci mobil di mejanya.

"Maaf, aku sedang banyak masalah. Ayo kita keluar, aku juga butuh hiburan." Henry harus mengalah agar Sonya bisa tenang. "Belanjakan sebanyak yang kamu mau agar kamu bahagia dan tidak terus berpikiran buruk tentang aku."

Henry mulai bersikap sedikit romantis agar Sonya tidak terus mencurigainya, tapi ternyata Sonya malah semakin curiga.

"Serius? Kamu mau mengajakku belanja?" Sonya tidak bisa mempercayai perubahan sikap tunangannya yang tiba-tiba, tetapi dia menyukainya dan berharap dia akan terus menjadi sangat baik.

Henry mengangguk sambil tersenyum. "Ayo kita pergi sekarang, sebelum aku berubah pikiran."

Henry berjalan keluar dari kantor CEO, diikuti oleh Sonya. Meskipun dia senang karena Henry tiba-tiba mengajaknya berbelanja, Sonya yakin bahwa tunangannya menyembunyikan sesuatu.

"Sekarang kamu hanya berpura-pura bersikap baik, tapi suatu hari nanti kamu akan bertekuk lutut di hadapanku, Henry," pikir Sonya. Ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan cinta Henry seutuhnya.

'Sangat sulit untuk berpura-pura baik padanya, tapi aku harus melakukannya agar Sonya tidak curiga,' kata Henry dalam hati.

Henry dan Sonya tiba di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Mereka memasuki sebuah toko pakaian dengan merek terkenal.

"Pilihlah yang kamu suka." Henry duduk di sofa hitam. "Aku akan menunggumu di sini."

"Apa kamu tidak mau membantuku memilihkan baju yang tepat untukku?" tanya Sonya.

"Aku paling tidak suka melakukan pekerjaan perempuan," jawab Henry ketus.

Bukan karena dia tidak menyukainya. Dia hanya teringat saat melakukan semuanya bersama Amanda.

"Apa kamu ingat mantan istrimu?" tanya Sonya sambil menarik salah satu sudut bibirnya ke atas, mencibir kekasihnya, "tidak semua wanita seperti dia. Kelihatannya alim dan manis, tapi ternyata ular berkepala dua." Kata-kata Sonya membuat Henry tidak senang.

Meski yakin Amanda berselingkuh, Henry tidak bisa mengubur rasa cintanya pada mantan istrinya itu.

"Jangan banyak bicara!" kata Henry, "Aku akan membantumu memilih." Pria berjas biru tua itu bangkit dari tempat duduknya.

Henry mengikuti di belakang Sonya. "Aku menyesal telah mengajaknya berbelanja. Seharusnya aku berikan saja uangnya,' pikir Henry.

"Bagaimana menurutmu?" Sonya bertanya pada Henry sambil memakaikan sebuah gaun bermotif bunga ke tubuhnya. "Apakah ini cocok untukku?"

Henry memandangi gaun yang dipegang Sonya, lalu mengacungkan jempolnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sonya mengambil gaun lain dan meminta pendapat Henry lagi, tapi Henry menunggu untuk menjawab pertanyaannya karena dia sibuk dengan ponselnya.

'Tidak salah lagi. Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dengan bersikap manis seperti ini kepadaku,' kata Sonya dalam hati.

"Aku bertanya padanya, tapi dia hanya sibuk dengan ponselnya. Dengan siapa dia berkirim pesan?" gumam Sonya kesal.

Henry tidak menyadari bahwa Sonya telah memperhatikannya. Ia terus menatap layar ponselnya.

"Apa kamu tidak bisa serius denganku? Kamu yang mengajakku berbelanja, sekarang kamu malah sibuk dengan ponselmu sendiri." Sonya melemparkan gaun di tangannya ke arah Henry.

"Maafkan aku, Sonya. Aku tadi menelepon William untuk segera datang ke kantor karena ada rapat satu jam lagi. Dia harus datang untuk menggantikanku." Henry memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Henry kembali menemani Sonya memilih pakaian di toko, namun pikirannya melayang jauh ke bayang-bayang Amanda di masa lalu.

Ia teringat kejadian enam tahun lalu ketika ibunya menunjukkan foto-foto istrinya dengan seorang pria. Pertengkaran hebat pun tak terhindarkan. Henry tidak dapat menahan emosinya karena bukti-bukti yang ada begitu jelas.

"Bagaimana mungkin wanita seperti dia masih dipertahankan sebagai istri, sudah jelas-jelas dia berselingkuh!" hardik Nyonya Vena, ibu kandung Henry.

Henry melihat foto-foto di tangan ibunya satu per satu. Ia tak kuasa menahan amarah ketika melihat kemesraan Amanda dengan pria lain. Ia sakit hati karena dikhianati oleh wanita yang sangat dicintainya.

"Ceraikan istrimu segera karena dia sudah menginjak-injak harga diri keluarga. Dia sudah miskin dan tidak tahu diri. Saya tidak ingin memiliki menantu yang selingkuh."

"Tolong dengarkan aku, aku akan buktikan bahwa foto-foto itu bukan aku." Amanda memeluk Henry sambil menangis. "Percayalah padaku."

Henry menepis tangan Amanda. Cintanya pada istrinya sangat besar, tetapi foto-foto tidak senonoh itu benar-benar menghancurkan hatinya tentang istrinya dengan selingkuhannya.

"Kamu tidak bisa mengelak lagi. Bukti perselingkuhanmu sudah terbongkar." Nyonya Vena mengambil foto-foto itu dari tangan Henry, lalu melemparkannya ke wajah menantunya.

"Aku bersumpah aku tidak pernah melakukan itu, Bu. Itu bukan aku. Aku yakin ada seseorang yang ingin menghancurkan pernikahan kami."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 115. Menikah

    Nyonya Vena malah bersimpuh di hadapan Amanda. Ia berbicara dengan suara yang serak sambil menunduk. "Amanda, tolong maafkan aku. Aku menyesal telah berencana mengambil Alan dan Alana darimu. Aku menyadari betapa pentingnya hubunganmu dengan cucuku, yang tak pernah kurasakan sebelumnya."Amanda tercengang mendengar permintaan maaf dari Nyonya Vena. Ia tidak pernah menduga bahwa Nyonya Vena akan bersimpuh di hadapannya dan meminta maaf dengan begitu tulus. Hatinya dipenuhi oleh rasa haru dan mulai melunak."Aku telah melihat betapa besar pengaruhmu dalam hidup cucuku. Aku menyadari kesalahanku dan berjanji untuk tidak memisahkanmu dari mereka. Kamu adalah seorang ibu yang hebat dan cucuku membutuhkanmu. Aku minta agar kamu mengampuniku."Amanda merasa terharu dan ingin memberikan kesempatan kedua kepada Nyonya Vena. Ia dapat melihat perubahan yang tulus dalam hati wanita itu. "Nyonya Vena," ucap Amanda dengan penuh pengertian, "aku sangat menghargai permintaan maafmu. Aku juga berhara

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 114. Ancaman Pandu

    Di sebuah ruang keluarga yang terasa sunyi, Pandu duduk di sofa dengan wajah tegang dan pandangan tajam yang menatap ibunya. Di sampingnya juga ada Amanda."Kenapa kalian tidak membawa cucu-cucuku?" tanya Nyonya Vena berpura-pura baik."Bu, kami memutuskan untuk kembali menikah." Amanda langsung berbicara pada intinya. "Aku harap Ibu merestui kami."Nyonya Vena hanya diam, ia tidak bisa berkata-kata. Walaupun Amanda sudah melahirkan dua orang cucu untuknya, tapi ia tidak mau Amanda menjadi menantunya untuk yang kedua kali karena ia tidak mau mempunyai menantu miskin.Pandu tersenyum sinis melihat ibunya hanya diam tanpa mengucapkan satu patah kata pun. "Sudah kuduga, Ibu baik kepada Amanda hanya ingin membuatnya sengsara.""Mas ...." Amanda menggenggam tangan Pandu supaya lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya."Amanda, kita sudah dibodohi oleh wanita tua ini, apa kamu masih memercayainya?" Pandu memulai percakapan dengan nada tegas."Mas, aku yakin Ibu sudah berubah, apalagi saat ini

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 113. Kesempatan Kedua

    Pandu berdiri di hadapan Amanda. Tatapan penuh harap mengarah pada Amanda yang duduk di hadapannya. Suasana sunyi seketika menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam di dinding yang terdengar di telinga mereka bertiga."Sudah cukup lama kita hidup terpisah, Amanda," ucap Pandu dengan suara bergetar, mencoba menekan perasaan gugupnya. "Kita telah melewati banyak hal bersama, dan jujur, aku tak bisa hidup tanpamu."Walau merasa gugup, tapi Pandu memberanikan diri untuk kembali melamar mantan istrinya di hadapan asisten dan sekretarisnya."Sekian lama kita berpisah, tapi cintaku padamu tidak pernah berubah. Walaupun dulu aku sempat sakit hati padamu karena kesalahpahaman, tapi cinta di hatiku tidak pernah pudar."Amanda menatap Pandu dengan wajah yang penuh keraguan, pikiran dan hatinya berkecamuk. Mengingat alasan di balik keputusan mereka berpisah membuat hati Amanda tersayat seperti belati. Dia tahu, kesalahan dan kesalahpahaman telah merusak cinta yang pernah mereka miliki."Tapi, Ma

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 112. Calon Istri Tama

    Tama sampai di rumahnya setelah Mahawira pulang. Ia berpapasan dengan Pandu yang akan pulang ke rumahnya."Bos, kapan kalian sampai?" tanya Tama."Kamu dari mana?" Bukannya menjawab, tapi Pandu malah balik bertanya kepada asistennya itu."Saya ...." Tama menghentikan ucapannya saat ponsel dalam sakunya berdering tanpa henti. Tama merogohnya dan melihat layar ponselnya. "Pak Jo. Sepertinya ada informasi penting," ucap Tama pada Pandu.Tama menjawab panggilan dari kepala pelayan di rumah sang bos."Tuan, ada informasi penting tentang Nyonya besar," ucap Pak Jo dari balik telepon."Kami akan ke sana sekarang. Kita bicarakan di rumah saja.""Apa Anda sudah kembali, Tuan?""Saya dan Bos sudah pulang," jawab Tama, "kami akan segera ke sana."Tama menutup teleponnya segera. "Bos, saya ganti pakaian dulu. Kita akan ke rumah Anda sekarang.""Baju kamu basah, memangnya kamu dari mana?" Pandu keheranan melihat baju asistennya basah."Tadi di sana hujan, saya kehujanan saat kembali ke mobil," jaw

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 111. Memaafkan

    "Terima kasih, Sayang." Tama mencium tangan Tiara berkali-kali."Sayang?" Tiara terkejut. "Kita belum menikah.""Kita bisa mulai membiasakan diri dari sekarang." Tama menatap Tiara sambil tersenyum. Ia tidak menyangka pilihan terakhir jatuh pada sekretaris sang bos. "Saya berjanji akan memperlakukanmu dengan baik."Tiara tersenyum sambil bergumam dalam hati. 'Semoga keputusan saya tidak salah.'Sementara di rumah Tama, Amanda dan anak-anaknya baru saja sampai di rumah setelah pulang dari luar negeri."Bu, kenapa Ayah baik tidak pulang bersama kita?" tanya Alana sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Ada pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Ayah baik. Jadi, dia harus kembali lebih awal dari kita." Pandu mencoba memberi pengertian kepada anaknya. Padahal ia sendiri tidak tahu urusan penting apa yang membuat Tama begitu terburu-buru untuk segera kembali."Ayah baik itu banyak pekerjaan, lagi pula sekarang kita selalu ditemani Ayah Pandu. Jadi tidak kesepian lagi walaupun

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 110. Yakin

    "Saya ambilkan air minum dulu, pasti Bos haus." Tiara semakin gugup. "Silakan masuk!"Tiara membuka pintunya lebar-lebar dan bergegas ke ruang tamu. Tama mengikuti Tiara masuk ke dalam rumahnya.“Silakan duduk, Bos! Saya ambilkan minum dulu.”Tiara segera pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum. Sesampainya di dapur, Tiara terkulai lemas dan duduk di lantai.“Ya Tuhan, apa yang harus saya lakukan?” Tiara memegangi dadanya sambil duduk berselonjor di lantai.Beberapa menit kemudian, ia bangun dan berdiri setelah lebih tenang. Kemudian, Tiara membawa segelas air putih untuk Tama.“Silakan di minum, Bos!”‘Dia berada di dapur selama sepuluh menit, tapi hanya membawakan air putih untuk saya. Aya yang dia lakukan di dapur selama itu?’ batin Tama.Tama mengambil gelas minum yang disediakan oleh Tiara. Ia meminum sampai habis air itu karena ia juga sedang gugup.“Airnya mau lagi, Bos?” tanya Tiara saat Tama menaruh gelas kosong di meja.“Boleh, tapi akan lebih bagus lagi kalau ada perasa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status