Share

Bab 8. Mengejar Cinta Mantan

Amanda berlutut di depan suami dan mertuanya dengan berlinang air mata. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha menyangkal tuduhan tersebut, Henry dan ibunya tidak akan mempercayainya karena bukti perselingkuhan itu ada di depan mata.

"Kamu tidak bisa menyangkalnya lagi Amanda. Kamu dan kekasihmu telah memanfaatkan rasa cinta anakku yang begitu besar padamu." Nyonya Vena sangat marah mengetahui kebenaran tentang menantunya.

Henry lebih banyak diam. Dia tidak bisa berkata-kata. Hatinya hancur berkeping-keping. Wanita yang sangat dicintainya perlahan-lahan membunuh perasaannya.

"Ibu, percayalah. Aku tidak pernah berselingkuh."

Amanda terus memohon maaf atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.

"Lihatlah foto ini! Apa kamu lupa kapan terakhir kali kamu melakukan itu?" Nyonya Vena menunjukkan kepada Amanda sebuah foto dirinya dengan seorang pria yang sedang melakukan hal yang sangat memalukan. "Ini sangat menjijikkan!"

Henry tidak bisa lagi berpikir jernih. Bayangan perilaku istrinya dengan pria lain menghancurkan harga dirinya, sehingga perceraian pun tak terelakkan.

Setelah bertahun-tahun berpisah, dia bertemu kembali dengan mantan istrinya - wanita yang telah menghancurkannya. Setelah enam tahun bercerai, ternyata Henry masih belum bisa melupakan cintanya pada sang mantan istri.

Entah mengapa, ia begitu bahagia ketika bertemu kembali dengan mantan istrinya. Jiwanya terasa hidup kembali, meski sudah jelas bahwa ia bercerai dengan Amanda karena perselingkuhan sang istri.

"Aku masih sangat mencintaimu, Amanda," kata Henry dalam hati.

"Henry! Apa yang kamu pikirkan?" Seruan Sonya membuyarkan lamunan Henry tentang masa lalunya.

"A ... Aku masih memikirkan anak kecil yang tertabrak. Tubuhnya terlempar jauh. Sebuah keajaiban dia bisa selamat." Henry menghembuskan napas dengan kasar. "Aku merasa sangat bersalah."

"Kenapa kita tidak pergi menemuinya sekarang?" Saran Sonya ditolak mentah-mentah oleh Henry.

"Apa kamu ingin mereka tahu bahwa aku yang menabrak anak itu dan aku berakhir di penjara karena melukainya dan menuduh orang lain?" Henry bertanya dengan raut wajah marah. Kemarahannya membuat Sonya mempercayai kejadian tersebut.

"Kamu benar. Kamu tidak boleh menunjukkan wajahmu di depan anak itu atau orang tuanya."

Sonya merasa sedikit bersalah karena telah berprasangka buruk kepada Henry, padahal tunangannya sedang dalam masalah.

"Bahkan jika orang lain mengakui apa yang aku lakukan, rasa bersalah itu tidak akan hilang dengan mudah," kata Henry, "kamu tahu aku tidak bisa berbohong. Aku khawatir jika tiba-tiba mengatakan yang sebenarnya bahwa akulah yang menabrak anak mereka. Itulah mengapa aku menyuruh William untuk tetap bersama anak itu sampai dia sembuh."

"Apakah William benar-benar disuruh tinggal dengan anak kecil itu atau dia disuruh ke kantor untuk rapat?" tanya Sonya sambil mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Kamu tidak pandai berbohong." Sonya menyadari kebohongan kekasihnya.

"Ya, aku memang menyuruh William ke kantor, tapi katanya anak itu kritis. Jadi, aku harus pergi ke kantor sekarang juga karena aku ada rapat satu jam lagi. William harus menjaga anak itu atau mereka akan menuntutnya," kata Henry.

Sonya menyipitkan mata melihat gerak-gerik tunangannya. "Apa kamu tidak berbohong?"

"Kamu seharusnya tidak selalu mencurigaiku. Aku punya banyak pekerjaan, aku tidak punya banyak waktu untuk berurusan dengan kamu."

"Aku tidak akan curiga jika kamu jujur padaku. Aku tahu kamu mengajakku berbelanja hanya untuk mengalihkan perhatianku, kan?"

"Terserah apa katamu Sonya. Aku hanya mencoba untuk mempercayai seorang wanita lagi, tapi kamu tidak memberiku kesempatan itu."

Henry marah kepada Sonya, bukan karena Sonya tidak mempercayainya, tapi karena dia kesal dengan perilakunya.

"Henry, aku hanya-"

"Cepat selesaikan belanjaanmu, aku harus kembali ke kantor." Henry memotong perkataan Sonya sambil memberikan sebuah kartu hitam kepada tunangannya.

"Tidak, aku akan membayarnya sendiri!" Sonya menolak membiarkan Henry membayar belanjaannya.

Henry memasukkan kembali kartu hitam itu ke dalam dompetnya. "Aku tunggu di luar," katanya sambil meninggalkan toko.

Tidak lama kemudian Sonya keluar dari toko dengan cemberut. Seharusnya ia tahu Henry tidak akan bersikap ramah padanya, tapi ia sudah berharap terlalu banyak pada tunangannya.

"Aku rasa dia tidak trauma dengan pernikahan yang gagal karena istrinya berselingkuh, tapi aku yakin ada alasan lain. Dia tidak pernah menyukaiku, tapi aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Henry seutuhnya," kata Sonya dalam hati.

"Apakah kamu ingin terus berdiri di sana?" tanya Henry kepada wanita yang membawa banyak kantong kertas hitam.

"Tidak bisakah kamu bersikap sedikit baik padaku?" Sonya menghentakkan kakinya sambil cemberut.

"Aku sudah melakukannya. Aku sudah berusaha bersikap baik padamu, tapi kamu selalu mencurigaiku." Henry segera masuk ke dalam mobilnya tanpa menunggu Sonya.

'Ya ampun! Pria itu sungguh keterlaluan. Seharusnya dia membukakan pintu mobil untukku. Bagaimanapun juga, aku adalah tunangannya,' gumam Sonya dalam hati, lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Jika kamu tidak suka dengan sikapku, aku akan membatalkan pertunangan kita." Henry mengancam tunangannya.

Kali ini, Henry berani mengancam Sonya. Dia tidak peduli bahwa ibunya akan mengeluh tentang perilakunya nanti.

"Kamu tidak bisa membatalkannya begitu saja, Henry. Orang tua kita sudah menyetujui pernikahan ini."

Meskipun ia bisa mempengaruhi calon mertuanya, Sonya takut Henry akan meninggalkannya. Bagaimanapun caranya ia harus tetap menikah dengan Henry.

"Kalau begitu, bersikaplah baik agar aku bisa membuatmu terkesan." Henry menoleh ke wanita di sampingnya. "Berapa banyak uang yang kamu gunakan untuk berbelanja tadi?"

Sonya terdiam. Ia enggan bicara meski Henry mengajaknya bicara.

"Jangan seperti itu!" Henry berkata, "Bersikaplah yang masuk akal agar aku bisa mencintaimu lebih cepat."

"Sikap mana yang tidak wajar?" Sonya bergumam pada dirinya sendiri. Dia tidak ingin berdebat dengan calon suaminya lagi.

Henry mengeluarkan ponselnya setelah tiba di depan rumah Sonya. Ia membuka m-banking dan mengirimkan sejumlah uang ke rekening tunangannya.

"Aku sudah kirim uang ke rekeningmu. Aku tidak ingin disebut sebagai pria yang tidak bertanggung jawab."

Sonya bingung. Ia mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah Henry.

Dan betapa terkejutnya Sonya saat melihat jumlah uang yang dikirim ke rekeningnya.

"Tumben kamu baik sekali? Ada apa? Tidak biasanya kamu bersikap seperti ini?" Baru kali ini Henry mengirim banyak uang padanya.

"Ya Tuhan... kamu benar-benar sangat membingungkan. Aku bersikap baik kamu curiga, aku melamun kamu marah, aku melihat ponsel dan tersenyum sendiri kamu bilang aku selingkuh. Lalu, apa yang harus aku lakukan?"

Henry berusaha bersikap baik agar Sonya tidak terus mencampuri urusannya, tapi Sonya tidak mudah dibodohi.

Sonya turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia meninggalkan belanjaannya di dalam mobil Henry.

"Berurusan dengan wanita itu memusingkan," gumam Henry, "Saya akan membatalkan pertunangan kami dan saya akan mengejar cinta mantan istri saya."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ndah Akhdan Twin
novel yg bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status