Jonas bergerak cepat untuk ke tempat Alesha berada.
Ia terus mendesak Jeno agar lebih cepat mengendarai mobilnya. "Lebih cepat, Jeno!" "Ini kita sudah cepat, Kak. Bisa bahaya kalau lebih mengebut dari ini!" "Sialan! Brengsek! Tunggu saja, akan aku hancurkan mereka yang berani menyentuh Alesha!" geram Jonas penuh amarah. Sesaat setelah Jihan tadi memberitahu jika Alesha dalam bahaya, gadis itu juga mengirimkan tangkapan layar sebuah pesan yang diterima dari nomor asing yang mengatakan jika Alesha sedang dijebak teman-teman kampusnya. Jonas sudah tentu dibuat panik. Istrinya itu sangat polos dan lugu, pasti tidak akan menyangka jika sedang dijadikan target oleh orang-orang yang dianggapnya sebagai teman. Beberapa pengawal yang berjaga di luar gedung sudah dihubungi dan diminta untuk segera menyelamatkan Alesha, karena jika menunggu Jonas yang datang butuh beberapa waktu untuk perjalanan. Bisa-bisa Alesha sudah-- aah membayangkan saja Jonas takNiat Alesha untuk pergi menenangkan diri memang benar adanya. Hanya saja, ia tak benar-benar jujur pada Rendi perihal beberapa lama ia akan pergi. Sebenarnya tak ada niatan untuk kembali dalam beberapa jam, Alesha ingin pergi keluar kota beberapa hari. Ini karena ia belum siap bertemu Jonas dengan segala kemarahan pria itu. Rasanya masih terasa sakit diabaikan pria yang bilang sangat mencintainya itu. Alesha merubah kota tujuannya. Ini seketika direncanakan beberapa saat lalu. Secara mendadak. Ia turun dari taksi di tepi jalan lalu berpindah naik bis antar kota. Agar keberadaannya benar-benar susah dilacak, paling tidak satu harian saja. Karena ia butuh waktu untuk seorang diri. Untuk menjernihkan pikiran. Meski nanti, Alesha tidak yakin tempat persembunyiannya akan aman dari sang suami, tapi paling tidak ia sudah lebih tenang setelah menyendiri. Suaminya itu punya banyak anak buah, punya kuasa, punya koneksi jadi pasti akan mudah saja menemukan dimana Alesha berada. Ti
Alesha mengikuti Kiara yang ia paksa untuk minta maaf pada Jonas. Sengaja, Alesha melarang Dino yang ingin ikut, karena nanti akan memperkeruh keadaan. Mengingat Jonas yang sedang mode kesal sekali pada pria itu. Mengikuti hanya sampai jarak yang masih lumayan jauh. Yang penting masih bisa memantau karena Alesha tak ingin mengganggu proses berdamainya kakak-beradik yang sebenarnya saling menyayangi tersebut. Alesha ikut tersenyum ketika suami dan adik iparnya itu akhirnya saling berpelukan, saling maaf-memaafkan. Alesha turut berbahagia. Ia baru mendekat setelah Kiara meninggalkan Jonas dan suaminya itu sudah memasuki mobil. Alesha bergegas ikut masuk mobil. Kedatangan Alesha tidak mendapat reaksi apapun dari Jonas yang duduk tenang di belakang kemudi. Dahi Alesha mengernyit heran, badannya berubah posisi, jadi menyerong. Guna menatap langsung wajah suaminya. "Kamu masih marah sama aku?" tanya Alesha memastikan. "Enggak." Bibir Jonas bisa enteng memberikan jawaban s
Dengan berjalan cepat, Jonas menuju ke arah pintu. Dimana dua orang sedang berdiri berdekatan dengan muka-muka kebingungan. Iya, bingung karena teriakan keras Jonas. Ditambah sekarang, salah satunya yaitu Kiara ditarik paksa untuk menjauh dari orang yang berdiri di sampingnya. "Kak, kenapa?" tanya Kiara setengah protes. Antara terkejut juga karena bingung ditarik paksa secara tiba-tiba seperti itu. Tak langsung menjawab, Jonas lebih dahulu mengamankan sang adik ke belakang tubuhnya lalu menatap ganas orang yang datang bersama dengan Kiara tadi. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Jonas dengan tajam. Aura mengintimidasinya kuat sekali membuat lawan bicaranya tak berkutik. "Ee--aku k-ke tempat ka-kakku," jawab orang ini tergagap. "Ka--" "Jonas, berhenti kekanakan seperti itu!" protes Alesha memotong kalimat yang akan diucapkan sang suami. Bermaksud untuk menengahi permasalahan yang Jonas ciptakan sendiri tanpa berpindah dari tempatnya berdiri. Alesha baru melangkahkan kaki men
"Beberapa kali kamu mengancam aku untuk menggores tangan dan leher kamu dengan pisau!" sahut Jonas untuk menjawab kebingungan Alesha sebelum ini. "Ehh ya kan waktu itu, aku eemm panik karena kamu tetap memaksa aku untuk jadi istri kamu. Aku--" "Sebegitu tidak pantasnya aku untuk jadi suami kamu?" sela Jonas cepat dengan nada kesalnya. Bibir Alesha berdecak. "Bukan seperti itu, Jonas! Ee waktu itu kan aku masih benci banget sama kamu. Em harusnya kamu kalau mau ajak nikah aku pendekatan dengan baik dong. Gimana aku enggak syok kalau tiba-tiba tanpa aba-aba kamu melamar aku terus maksa aku buat menikah, sampai semua dokumen dan lain-lainnya kamu yang urus semua!" "Huh, beberapa kali aku mendekat, kamu menghindar. Ketemu aku, kamu seperti lihat setan. Kamu enggak kasih kesempatan aku untuk mendekat, jadi jangan salahkan aku kalau aku tiba-tiba nekat maksa kamu!" sahut Jonas membela diri. "Ish tega kamu!" Tangan Alesha menggeplak gemas lengan panjang pria-nya itu. "Lebih tega
Sepanjang perjalanan menuju ruang kerjanya, Alesha tidak bisa jika tak berpikir macam-macam. Ia tak bisa tenang. Langkah demi langkah serasa sangat lama. Padahal ia sudah sangat penasaran mendengar penjelasan suaminya. Maka, ketika tiba di ruangannya, Alesha segera mendesak Jonas. "Cepat cerita, Jonas!" "Duduk dulu, Sayang...." Cepat-cepat Alesha mendudukkan diri. "Cepat!" "Aku ambilkan minum--" "Ccepattt, Jonas!" Alesha menggeram tertahan karena suaminya seolah sedang mengulur-ulur waktu. Sementara rasa penasarannya sudah tidak bisa ditunda lagi. Ia butuh penjelasan secepatnya. Pasrah, Jonas kemudian ikut duduk di sebelah Alesha. "Ale, setelah aku cerita... aku harap kamu jangan berubah, jangan berpikir aneh-aneh, jangan sedih. Oke?" Kepala Alesha mengangguk cepat, meski sebenarnya ia bingung dengan peringatan yang diucapkan suaminya. Yang penting sekarang Jonas segera bercerita. Jonas tak lantas mulai bercerita. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghelanya per
"Memangnya kamu siapanya dia? Kenapa membela dia sampai ingin berbuat kasar ke perempuan?" tanya Ella dengan rasa penasaran yang tinggi. Sama sekali tidak menyadari kesalahan yang dilakukan. Siapapun pasti akan terpancing emosi jika kekasih hatinya difitnah dengan tuduhan keji seperti itu. Termasuk Jeno. Tidak peduli lawannya perempuan. "Huh aku jadi Jeno, tanpa basa-basi langsung aku tampar bolak-balik mukanya si Ella. Sembarangan banget dia fitnah Jihan!" komentar Alesha yang ikut geram yang melihat dan mendengar dari jauh sebagai penonton. Jonas tersenyum geli. "Jeno bukan orang yang gegabah, Sayang. Dia selalu hati-hati dalam bertindak." Bibir Alesha mencibir protes. "Beda sekali sama kamu. Kamu sedikit saja, tanpa ba-bi-bu langsung menghajar orang!" "Hm, itu alasannya kenapa Jeno memilih jadi asisten pribadi aku. Dia tahu betul kalau aku sering kesusahan mengendalikan emosi. Padahal sebenarnya dia sudah ditawari papi untuk mengurus salah satu perusahaan keluarga yang di