Tidak, tidak! Dia harus bisa mempertahankan kebohongannya bagaimanapun caranya! Dia sudah duduk di bangku halaman belakang, sedangkan Miss Claire duduk di seberangnya. Setelah cukup lama terdiam, guru itu membuka percakapan,
"Saya meminta maaf atas ketidaksopanan kepada Anda barusan, Yang Mulia."
Bella langsung gelagapan. Kedua tangannya spontan hendak menghentikan Miss Claire.
"Saya baru mengetahui tentang Anda dari Kazem. Katanya, ini diluar rencananya dan saya mengucapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya, Yang Mulia."
"I-iya, terima kasih."
Lagi-lagi Bella ingin menghilang saja dari sini secepatnya.
Melihat guru yang galak luar biasa di kelas itu tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan yang terdengar cukup freak, membuat Bella merasa tidak nyaman. Dia meminta Miss Claire untuk memanggilnya seperti biasa yang langsung di-iyakan guru itu.
"Jadi, apakah kamu ingin agar aku tetap bersikap seperti biasa sebaga
Sore itu, Bella pulang ke rumah dalam keadaan kosong. Kosong di hati dan pikirannya, kosong pula keadaan rumahnya. Tanpa siapapun yang menyambutnya. Apalagi memanggil dengan penuh kasih sayang untuk makan, beristirahat, dan melepas penat. Tidak ada. Bella melepaskan sepatunya di pintu depan. Membuka pintu perlahan dengan suara kriet yang berat. Para tetangga ada yang berdatangan menghampiri dengan wajah iba berbaur kesedihan. Ternyata selama ini mereka telah mengenali kedua orang tuanya sebagai keluarga Kerajaan dan menyimpan rahasia itu dalam-dalam. Bella tidak tahu bahwa ada banyak orang-orang berjasa di sekelilingnya seperti para tetangganya yang didominasi para orang tua tengah baya ini. "Yang sabar ya, Nak." Seorang Ibu yang baru kembali dari ladang jagung menyelus punggungnya, "Istirahatlah. Kalau kamu mau, silakan makan malam bersama di rumahku." Bella tersenyum, "Terima kasih, Nyonya Broom. Mungkin lain kali."
Meski hubungannya terbilang cukup rumit dengan Bella, Ilham tetap mengakui bahwa gadis itu telah menorehkan rasa yang tidak pernah ditinggal para gadis lain di hatinya. Bella yang polos dan sangat apa adanya, tidak menampakkan wajah yang bukan wajahnya, sekaligus menjaga sopan santun, hal itu yang membuat Ilham jatuh ke dalam rasa yang aneh.Dia menyukai gadis-gadis populer dan tidak kalah cantik seperti Aiko, bahkan Luna si anak Kepala Sekolah itu. Tetapi, entah apa yang membuat Bella terlihat jauh lebih menarik daripada semuanya? Apa karena selama ini Bella selalu jual mahal dan membuatnya merasa tertantang? Tidak juga. Berada di dekat Bella membuatnya nyaman. Itu saja.Terlepas dari siapa dia; seorang Putra pertama keluarga Azimi yang sangat terpandang di Kotanya, Kota Pusat yang menjadi daerah elite di Negeri ini. Memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan kebutuhan harian yang bernilai milyaran dolar, serta aset yang berada di mana-mana, ke
"Kenapa kamu disitu?" Bella bertanya datar. "Heh!" Aiko langsung berkacak pinggang di hadapannya yang duduk saja, "Enak sekali kamu bicara! Sejak kapan kamu jadi sok berkuasa begitu, hah? Hanya karena kamu katanya pewaris Starfront, yang entah benar atau tidak, sudah berani kamu menantangku?" Seluruh kelas menutup mulutnya. Jika benar-benar terjadi, ini adalah pertarungan sengit yang layak ditonton satu sekolah! Anak Anggota Dewan melawan (katanya) Pewaris Starfront yang menyamar sebagai murid beasiswa! "Aku tidak menantangmu." Jawab Bella berusaha tidak terbawa emosi. Baru saja dia menenangkan dirinya dari geraman karena ketidakadilan Bu Stefani terhadap Romain, kini seorang sampah lain sudah mencari gara-gara dengannya. Jika dia bertindak seenak jidat, maka kutu sekecil Aiko mudah saja dimusnahkan! "Oh, kamu tidak berani?!" Aiko sengaja memperbesar suaranya agar semua anak yang kini sedang menonton mereka, apalagi beberapa mulai mengeluarkan ponsel
Bella telah kembali ke Istananya yaitu, Istana Wheels. Disana dia disambut seperti biasa, oleh barisan pelayan berseragam hitam-putih yang cantik, mengiringinya menuju kamar di lantai atas Istana. Sejak tiga bulan terakhir dia sudah tinggal di Istana ini dan menikmati kehidupan barunya.Meninggalkan rumah lamanya di perumahan Harvey, setelah mewariskan jalanan yang baru dan mulus bagi penduduk setempat. Setidaknya dia ingin memberikan manfaat sebelum berpisah dengan para tetangganya yang baik hati."Silakan berkunjung jika Anda sempat ... Putri Bella." Seorang Ibu di samping rumahnya menyalami dengan wajah sedih melepas anak itu. Mereka sangat akrab sampai-sampai Ibu pernah menitipkan Bella padanya dulu beberapa kali.Bella mengangguk penuh haru.Kini, dia membuka lembaran baru hidupnya dengan membawa kenangan-kenangan manis yang tak terlupakan di dalam benaknya. Sebelum masa SMA yang penuh lika-liku dan suka-duka ini berakhir, dia juga ingin
"A-ada apa, ini?" Para penjaga dan dua resepsionis yang berdatangan bingung melihat segerombolan anak remaja yang sedang mengepung Putri Bella. Mereka telah diberitahu bahwa Sang Putri akan melihat sebuah ruangan untuk dipesannya minggu depan. Tapi, apa yang sekarang terjadi tentu akan mencoreng reputasi hotel bintang lima ini, bahkan berpotensi menggulung tikar jika Baginda Raja sampai tahu! "Apa yang kalian lakukan di sini, anak-anak nakal?!" Bentak seorang resepsionis yang menyesal tidak menyadari kehadiran Sang Putri ketika masuk tadi. "Ka-kami hanya ..." Aiko mulai gemetaran. Terbayang kalimat Luna yang membisikkan bahwa Bella bisa jadi benar-benar pewaris Starfront yang harus dia waspadai. Kini, dia bersiap menghadapi kenyataan pahit di depannya! "Kami hanya melaporkan orang mencurigakan ini! Seharusnya kalian menghargai kami, bukannya malah mengusir!" Balas Jedd tidak tahan. Dia mulai malu lantaran menjadi bahan tontonan para pengunjung lain ya
Tepat seperti dugaan Bella, wajah Aiko tidak nongol sama sekali di hari berikutnya. Bahkan kabarnyapun tidak jelas, semua anak mulai membicarakannya. Seolah anak-anak di sekolah ini suka sekali mengangkat apa saja sebagai topik-pergunjingan-hari-ini.Dan hari ini, topiknya tentang Aiko yang mendadak sakit sehingga harus dirawat beberapa hari di rumah sakit."Dia terlihat sehat-sehat saja kemarin, lho." Luna berujar, "Karena itu aku merasa aneh waktu meneleponnya semalam. Ada apa sampai sakitnya kambuh?""Nah." Era menjentikkan jemarinya hingga tatapan semua anak mengarah padanya, tak terkecuali Bella yang duduk jauh sambil menopang wajah, "Itu dia! Pasti terjadi sesuatu sampai membuatnya separah itu. Mungkin dia terkena masalah yang besar!"Anak-anak menggeleng berbarengan. Meski ragu, mereka menyepakati kemungkinan itu."Tapi, apa?" Luna bertanya balik. Dia tidak suka mengira-ngira sesuatu, sekalipun dia sudah tidak begitu menyukai Aiko sejak pers
Tibalah hari Ujian Nasional. Sekolah diliburkan kecuali khusus untuk anak kelas dua belas yang mengikuti ujian selama empat hari kedepan. Ini saat yang hampir menjadi sakral karena tidak boleh terdapat gangguan sedikitpun, bahkan mall-mall hingga bandara diberhentikan operasinya untuk sementara–sudah menjadi acara tahunan di Negeri ini. "Siap." Bella membetulkan jas merahnya di depan cermin antik yang dipahat sejak zaman Raja pertama. Pemahatnya merupakan seniman yang legendaris, semua hasil karyanya dipakai oleh para bangsawan Kerajaan di seluruh dunia. Seperti cermin ini yang bernilai lebih dari sepuluh ribu dolar pada masanya. Tas punggung merah PXXXA menjadi pilihan yang dia pakai hari ini. Sepatunya dipilih dari lemari tiga tingkat yang tersusun rapi, telah lebih dulu disortir oleh desainer pribadinya di Istana, hingga tersisa sepuluh saja dari sekian ratus yang ada. "Agar Anda lebih mudah memilihnya." Desainer itu berkata seraya tersenyum. Seora
"Lihat, siapa yang sudah berani bertingkah!" Omel salah satunya sambil membawa Aiko dari kelas. "Sebaiknya kita beri dia pelajaran di depan semua anak sekarang!""Dia kira dirinya itu siapa? Dia cuma pecundang, sama seperti sampah sekolah! Mana mungkin dia akan setara dengan kami?""Dia pikir bisa bertingkah seenaknya karena sudah mau lulus?" Lanjut yang lain. "Yakin sekali dia akan lulus? Hahaha!"Tertawaan menggema di koridor. Tidak ada guru yang lewat, entah sedang apa mereka sekarang. Xena semakin frustasi menghadapi ini, dia sangat tidak menyukai konflik, sekecil apapun itu. Karena itulah dia selalu menghindarinya.Bella menunggu datangnya Aiko dengan kalem. Sama sekali tidak menanggapi segala ocehan, cemoohan, dan tertawaan anak-anak yang akan tunduk kepadanya sebentar lagi."Nah, itu Aiko! Huh, rasakan akibatnya, dasar tidak tahu diri!" Gerutu mereka.Aiko datang dengan wajah panik. Bertanya pada sekelilingnya soal apa yang seda