Heavenly Rift

Heavenly Rift

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-24
Oleh:  Zan'AzheilOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
20Bab
183Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Anzaya Arsyi Aetherion menjalani hidup yang penuh kesepian dan tekanan hingga suatu malam ia menyelamatkan seekor Griffin kecil bernama Leo, makhluk legendaris yang menjadi kunci ke dunia paralel bernama Heavenly. Dunia magis itu adalah surga yang kini terancam kehancuran akibat invasi Hoplites, pasukan yang dipimpin oleh Eren, seorang mantan sekutu ibunya, Enda, yang menghilang secara misterius di Heavenly bertahun-tahun lalu. Bersama Leo, Anza menemukan dirinya terhubung dengan konflik yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, termasuk rahasia masa lalu ibunya yang kini menjadi pusat dari kekacauan ini. Dengan bantuan Hana, sahabat setianya, Lumi, makhluk Celestial yang misterius, dan Eldrin, seorang elf bijaksana, Anza belajar mengendalikan kekuatan ethereal dalam dirinya. Dalam perjalanan penuh bahaya ini, ia harus melindungi Heavenly dari kehancuran, menghadapi bayang-bayang masa lalu, dan menemukan keberanian untuk melawan takdirnya. Di tengah kehancuran dan harapan, Anza perlahan menyadari bahwa nasib Heavenly, serta jawaban tentang ibunya, ada di tangannya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pertemuan Tak Terduga

Udara malam menusuk kulit saat Anza menyesap sisa kopinya. Kafe itu sudah hampir kosong, hanya menyisakan seorang pelayan yang sibuk merapikan meja-meja yang berantakan. Cahaya hangat lampu gantung menyoroti cangkir kopinya yang tinggal separuh, menyisakan noda hitam di bagian dalam.

Di luar, hujan masih turun deras, membasahi trotoar dan jalanan yang kini berkilauan di bawah lampu jalan. Ia menatap ponselnya—layarnya memantulkan wajah lelahnya, dan di balik ikon-ikon aplikasi, tampak samar foto seorang wanita tersenyum lembut sebagai wallpaper. Ibunya. Sejenak, tatapan Anza mengeras, lalu berpindah ke deretan notifikasi yang belum terbaca, mencoba mengalihkan pikirannya dari segalanya. Notifikasi dari klien masih berjejer, pesan dari Hana belum ia balas, dan kepalanya semakin terasa berat.

Jam hampir menunjukkan pukul setengah dua belas malam ketika pelayan terakhir mulai mematikan lampu di beberapa sudut kafe. Anza menghela napas, meraih jaketnya, dan beranjak keluar. Begitu pintu kaca tertutup di belakangnya, hawa dingin segera menyergap tubuhnya.

Langkahnya cepat, berusaha menghindari genangan air yang tersebar di trotoar. Jaketnya sudah mulai lembap, dan sepatu ketsnya basah saat tanpa sengaja menginjak kubangan kecil di pinggir jalan.

Lalu, di tengah suara hujan yang menutupi hampir semua suara lainnya, ia mendengar sesuatu.

Bugh.

Suara berat, seperti sesuatu yang jatuh ke tanah. Anza berhenti.

Matanya menyapu sekitar, mencari sumber suara itu. Tidak ada siapa pun di jalan, hanya deretan lampu yang menerangi aspal basah dan etalase toko yang sudah tutup. Tapi suara itu terdengar lagi—lebih pelan, disertai napas berat yang terputus-putus.

Ia menoleh ke arah gang kecil di sebelah kiri. Gelap dan sunyi. Pintu belakang beberapa toko berjajar di sepanjang lorong sempit itu, dan bau aspal basah bercampur samar aroma karat dari pipa-pipa tua di dinding.

“Jangan terlibat, Anza,” katanya pada diri sendiri.

Tapi rasa ingin tahunya tidak bisa ditahan. Sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa ada sesuatu—atau seseorang—di sana yang butuh bantuan. Dengan ragu, ia melangkah masuk ke dalam gang.

Begitu matanya terbiasa dengan kegelapan, ia melihatnya.

Sebuah sosok kecil tergeletak di tengah jalan setapak yang basah. Awalnya, ia mengira itu hanyalah seekor burung atau kucing liar. Tapi saat ia melangkah lebih dekat, napasnya tercekat.

Makhluk itu bukan sesuatu yang pernah ia lihat sebelumnya.

Tubuhnya mungil, hampir seukuran anak kucing, dengan bulu keemasan yang basah dan kusut karena bercampur darah. Sayap kecil terkulai di sisinya, lemas dan robek di beberapa bagian. Dan yang paling mencolok, sebuah anak panah kecil tertancap dalam di bahunya, kilauan peraknya menyilaukan di bawah pantulan lampu jalan yang redup.

Anza menelan ludah.

“Apa ini…?” bisiknya, matanya tidak bisa berpaling dari sosok mungil yang tampak lemah itu.

Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia mencoba mencari penjelasan rasional—mungkin ini hanya mimpi buruk? Atau efek kelelahan? Tapi tidak, ini nyata. Darah hangat merembes ke sepatunya, dan suara napas berat makhluk itu terdengar jelas di telinganya.

Pelan, makhluk itu mengangkat kepalanya.

Sepasang mata besar menatapnya—penuh rasa sakit, tapi juga tajam, seolah menembus pikirannya. Seketika, Anza merasakan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Seperti ada sesuatu yang menghubungkan mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pertemuan biasa.

Makhluk itu mencoba bergerak, tapi hanya mampu mengerjapkan mata sebelum merosot ke tanah lagi, kehilangan tenaga.

Anza berjongkok, mengulurkan tangan dengan ragu. Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat lebih jelas: bulu emas yang samar-samar berpendar seperti bintang, dan sayap yang meskipun kecil, memiliki pola yang terlihat hampir mistis.

“Aku nggak tahu kau ini hewan, burung kecil, atau semacam makhluk dongeng…” gumamnya, setengah berbicara pada dirinya sendiri. “Tapi kau pasti butuh bantuan.”

Makhluk itu mengeluarkan suara lirih—bukan suara binatang biasa, tapi sesuatu yang lebih dalam, seperti sebuah isyarat.

Anza menggigit bibir, kemudian merogoh ponselnya dan mengetik pesan cepat ke Hana.

Anza:

"Hana, aku menemukan sesuatu. Aku butuh bantuan. Jangan tanya apa-apa. Aku di rumah sebentar lagi."

Tanpa pikir panjang, ia melepas jaketnya dan membungkus makhluk kecil itu dengan hati-hati. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh mungil itu yang mulai memudar, membuatnya semakin yakin bahwa ia harus bertindak cepat.

Dengan hati-hati, ia mengangkatnya dan mendekapnya di dada. Hujan masih turun deras, membasahi wajah dan jaketnya, tapi ia tidak peduli.

Ia harus membawa makhluk ini pulang.

Apa pun ini, siapa pun yang mengejarnya, dan bagaimana pun ia bisa sampai di dunia ini—Anza tahu satu hal.

Ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Nie Inbaat
Benar-benar cerita Fantasy. Penggambarannya jelas, jadi membayangkan kalau dibuat film akan seperti apa...
2025-05-17 20:59:25
1
20 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status