Share

I'am Mazaya

last update Huling Na-update: 2021-03-14 15:08:14

Mazaya tiba di rumah ketika hari sudah malam. Ia mendapati emaknya sedang menyapu.

"Udah bersih, Mak, nggak usah disapu terus." Mazaya menyalami tengah emaknya dan menciumnya. Emaknya tersenyum bahagia melihat putrinya sudah kembali.

"Udah pulang, Zay? makan sono, emak udah masak enak kesukaanmu." Hal yang paling ditunggu-tunggu seorang ibu adalah waktu kepulangan anaknya dari tempat kerja, lalu sang anak memakan makanan buatannya. Begitu juga dengan emaknya Mazaya.

"Siapp, Mak!" Meskipun sebenarnya sudah kenyang, Mazaya tetap pergi ke dapur untuk menyenangkan hati emaknya. Ia tidak ingin mengecewakannya satu kali pun.

Mazaya duduk di ruang makan, menghadap makanan kesukaannya, ikan tuna bakar, tumis pakis campur bunga pepaya, dan sambal iris tomat hijau. Melihat menu kesukaannya, segera ia menyendok nasi ke dalam piring berikut lauk dan sayurnya.

Ia mengingat segala hal yang telah terjadi dalam kehidupannya. Ayahnya yang berwatak keras dan kejam berpasangan dengan ibunya yang lemah lembut lagi penyayang. Itulah awal mula ia sering kehidupan ini tidak adil untuknya. Ayahnya sangat sering menghukumnya dengan kesalahan sekecil apa pun, ia juga kerap memukul ibunya juga menamparnya di depan matanya sejak usia ketika ia baru saja mengenal kehidupan ini.

Dengan perlakuan ayah yang kasar itu, ia menjadi trauma dengan lelaki. Ia membenci pria sebagaimana ia antipati pada ayahnya. Selain itu, ayahnya juga suka mabuk dan berjudi, jika dengan uang hasil jerih payahnya sendiri ia takkan mempermasalahkan, namun perbuatan bejatnya itu hasil merampas hasil jerih payah ibunya yang bekerja membuka laundry kecil-kecilan di rumah.

Ia juga masih ingat bahkan merasakan tamparan ayahnya ketika ia membela sang ibu yang mempertahankan perhiasan miliknya yang hendak di rampas ayahnya.

"Bapak sudah keterlaluan! selama ini yang Bapak lakuin cuman nyopet duit Emak! kenapa Bapak tidak nyari duit sendiri? setidaknya Bapak bantu Emak mencuci!" Teriak Mazaya penuh kemarahan waktu itu.

Plak! Plak!

Dua buah tamparan sangat keras mendarat di pipi kanan dan kiri Mazaya hingga meninggalkan bekas lima jari. Melihat hal itu, ibunya segera melindungi Mazaya dengan mendorong tubuh suaminya yang besar itu. Namun karena tubuh ibunya kecil usahanya tidak membuahkan hasil, justru pria itu semakin beringas dan memukul wajah sang ibu hingga memar. Lalu dia pun pergi entah ke mana dan tidak pernah kembali lagi. Itu sudah lima tahun yang lalu, namun masih membekas dengan jelas dalam ingatannya, seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Setiap mengingat kejadian itu, emosinya semakin meningkat.

Ia mengira kepergian ayahnya akan membawa kedamaian dalam hidupnya. Kenyataannya, tiga bulan pasca kepergiannya segerombolan rentenir datang menagih hutang atas nama ibu.

"Mana yang namanya Maimunah?" Seorang pria dengan gaya preman lengkap dengan kalung rantai berkacak pinggang di depan rumah waktu itu.

"Gue, ada apa?" Ibunya langsung muncul dari balik pintu.

"Utang atas nama lo 1,5M, cicilan perbulan 10juta, udah tiga bulan lo nunggak, bunganya udah 2 kali lipat!" seru pria itu.

Mazaya dan ibunya terkejut, sejak kapan ibunya hutang sebanyak itu?

"Sejak kapan gue ngutang ama lo? ngimpi kali lo, salah alamat!" teriak ibunya dengan geram.

"Ini semua data-datanya lengkap atas nama lo!" Pria itu tidak mau kalah.

Ternyata ayahnya yang meminjam uang memakai nama ibu. Dia mencuri KTP, kartu keluarga, dan lain sebagainya sebagai persyaratan hutang sebelum melarikan diri. Mazaya dan ibunya terhenyak dan hanya bisa menerima kenyataan pahit itu.

"Bawa motor dan ambil surat tanah yang di Bekasi!" Para rentenir itu membawa satu-satunya motor yang digunakan untuk mencari rupiah itu, beruntung surat tanah disembunyikan dengan aman dan tidak berhasil ditemukan.

Sejak saat itu, setiap bulan para rentenir selalu datang menagih, satu per satu barang-barang di rumah mulai habis. Mesin cuci yang menjadi sumber penghasilan ibunya, TV, ranjang, kasur, dan lain-lain yang berharga, hingga perhiasan mereka ambil tanpa sisa. Setiap hendak menunda pembayaran mereka selalu mengancam akan membawa Mazaya untuk dijadikan wanita panggilan.

"Lo boleh nggak bayar, tapi gue bawa anak lo sebagai penebusnya," ujar pria itu sambil mengelus jenggotnya. Tidak ada pilihan lain bagi ibunya untuk membuat pilihan,m kecuali membayar dengan apa pun yang tersisa, sertifikat tanah milik kakeknya yang ada di Bekasi.

Itulah akhirnya Mazaya menghentikan kuliahnya yang sudah masuk semester lima dan memilih bergabung dengan kelompok seni bela diri. Dengan tekun ia belajar bela diri, mulai dari pencak silat, taekwondo, wushu, dan lain sebagainya. Di sisa waktunya, ia menjadi kuli di pasar, menjadi tukang parkir, menawarkan jasa angkat-angkat barang kepada para ibu-ibu yang sering kesulitan membawa barang dagangannya atau belanjaannya.

Dari hasil kerja kerasnya ia berhasil membeli smartphone. Mulailah ia mencari-cari cara menghasilkan uang dengan cepat lewat online. Ia menemukan usaha digital adalah cara paling cepat dan mudah untuk menghasilkan uang. Ia mulai kursus berbagai keahlian di bidang digital mulai dari dasar hingga profesional.

Ibunya sering menangis melihat putri semata wayangnya setiap hari pergi pagi pulang malam menjadi tulang punggung keluarga.

"Mak, jangan nangis gitu, Zaya jadi sedih kalo Emak sedih. Buat Zaya yang penting Emak sehat dan tidak ada seorang pun yang nyakitin Emak, Zaya bahagia. Zaya juga nggak capek kok, justru banyak temen," Mazaya menghibur ibunya setiap kali ibunya menangis atau bersedih.

Dua tahun ia menekuni bidang seni bela diri dan digital membuatnya merasa percaya diri untuk melamar pekerjaan yang layak ke berbagai perusahaan. Namun tak satu pun yang menerimanya, jangankan menerima, sekedar memanggilnya untuk wawancara pun tidak.

Ia kembali ke dunia kuli pasar. Sambil menjadi freelancer internet marketing, seperti membuka jasa pembuatan website, membuat program, software, aplikasi, dan lain sebagainya. Meskipun clien-nya hanya hitungan jari, setidaknya mampu mengurangi waktunya di pasar. Dari situ ia mulai kembali memperhatikan penampilannya, membeli skincare dan kawan-kawannya.

Kemudian dia bertemu secara online dengan seorang clien yang memintanya membuatkan aplikasi pembaca data multi-bahasa dengan desain yang friendly dan ringan dengan imbalan yang cukup besar, 10 juta Rupiah dalam jangka waktu 1 bulan. Dia menyanggupinya. Dan dia berhasil.

Dengan keberhasilannya, akhirnya dia bertemu dengan clien tersebut yang ternyata adalah seorang pria yang masih muda. Lalu dia ditawarkanlah sebuah kerja sama.

"Gue bersedia membayar lo berapa pun yang lo mau, asalkan lo bersedia bekerja dengan gue," ucap pemuda itu.

"Gue punya utang lebih dari 1M, apa lo sanggup?" Mazaya sebenarnya hanya bercanda menyebutkan angka itu, ia hanya ingin mengetahui sebesar apa keseriusan pria itu.

"Oke. It's no problem. Gue akan berikan setelah kita teken kontrak. Apa pendidikan terakhir lo?" Mazaya terbelalak mendengar kesanggupan pria itu. Tetapi pertanyaan berikutnya tentang pendidikan membuatnya ciut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Gadis Mafia   Elegi Cinta

    Rafa akhirnya pergi mencari air minum untuk Mazaya yang tengahmegap-megapsambil mengipasi lidahnya yang terjulur, air matanya mengalir. Ia benar-benar tidak menyangka gadis itu tidak bisa makan makanan pedas. Setelah mendapatkan air minum, ia segera menyerahkan pada Mazaya dan membukakan penutupnya."Sorry, gue nggak tau kalo lo nggak makan pedes, gue pikir tadi sama pentolnya." Rafa memasak wajah iba. Rafa mengusap air mata di pipi Mazaya yang terus mengalir karena kepedasan."Udah, nggak apa-apa kok, ntar juga ilang.Thanksnyariin gue air," ucapnya sambil tersenyum -berusaha tersenyum lebih tepatnya-."Beneran lo nggak apa-apa? Kalo mau bales ke gue nggak apa-apa kok, asal lo jangan marah." Rafa memegang kedua pipi Mazaya dan menghadapkannya ke wajahnya agar mata mereka saling tatap."Apaan sih, nggak apa-apa, Raf.Swear!" Mazaya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil ters

  • Rahasia Gadis Mafia   Menjalani Dua Tugas

    Lewat tengah hari, Hexel kembali meminta izin untuk pulang lebih awal sekaligus meminta keringanan untuk ke depannya bisa selalu pulang lebih awal.Jonathan mengabulkan permintaan Hexel. Sebagai gantinya, ia harus membantu anggota tim lain yang belum selesai. Hexel menerima penawaran Jonathan, artinya dia harus lebih bekerja keras lagi ke depannya. Tetapi itu tidak masalah, yang penting ia bisa menyelesaikan kedua tugas besarnya tanpa masalah.Hexel memacu motor besarnya menuju ke markas untuk berganti pakaian, lalu melanjutkan perjalanannya ke kantor Adidaya Komputindo. Kini ia telah kembali menjadi sosok Mazaya Vienita yang cantik.Di sana, Mazaya di arahkan menuju sebuah ruang rahasia khusus untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu, salah satunya New World. Sebenarnya, hati kecil Mazaya menolak melakukan semua itu, apalagi ia mengerjakan satu software untuk dua dua perusahaan yang berbeda dan tujuan yang berbeda.Mazaya mulai melakukan tugasnya. Di rua

  • Rahasia Gadis Mafia   Dobel Job Dobel Masalah

    Sore itu, di aula markas yang luasnya hanya 4 x 5 meter telah berkumpul beberapa orang. Mereka adalah para utusan dari Adidaya Komputindo yang dipimpin oleh Mr. Mark Louis, seorang pria berdarah Amerika, namun sudah menjadi warga negara Indonesia.Mr. Mark datang bersama seorang wanita dan dua orang pria. Mazaya menduga mereka pastilah asisten kepercayaannya.Mazaya diam tanpa bergerak di tempat duduknya, pandangan matanya lurus ke meja di hadapannya. Masih terngiang di telinganya persyaratan untuk terbebas dari masa skorsing adalah menyelesaikan proyek New World hingga 100% sesuai dengan model yang diinginkan pihak Adidaya Komputindo. Sebab dialah satu-satunya anggota terbaik yang paling membidangi pengembangan software."Well, let's start the meeting now. Bagaimana kelanjutan proyek?" Mr. Mark membuka topik pembicaraan dengan gaya bicara yang masih kental aksen Inggrisnya."Semua sudah siap, anak kami, Mazaya yang akan menyelesaikannya

  • Rahasia Gadis Mafia   Punggung

    Mazaya muncul dari balik bunga-bunga yang rimbun sambil mengebaskan lengan bajunya yang tampak basah. Rafa memandanginya dengan perasaan khawatir."Lo dari mana aja? gue panik pas kembali lo nggak ada." Rafa tidak sabar menyusul Mazaya yang masih agak jauh."Oh iya, sorry, Raf, tadi habis dari toilet. Jadi gimana copetnya, ketemu?" Mazaya berbicara sambil terus berjalan tanpa memperhatikan Rafa yang sangat khawatir."Iya udah, tasnya ibu tadi juga sudah dibalikin, copetnya dibawa ke kantor polisi." Rafa menjelaskan dengan penuh semangat berharap Mazaya tentang aksi heroiknya tadi. Namun harapannya pupus karena gadis itu tetap terus berjalan tanpa berkata apa pun."Syukurlah kalo gitu. Yuk, cari tempat lain yang lebih sejuk." Mazaya berjalan cepat lebih dulu meninggalkan Rafa.Memperhatikan punggung Mazaya, Rafa merasa pernah melihat sebelumnya, namun ia lupa di mana. Ia berjalan mengikuti di belakan

  • Rahasia Gadis Mafia   Jalan-Jalan Ke Taman

    Pagi-pagi sekali Rafa sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Mazaya. Ia sangat bersemangat menjemput Mazaya sepagi itu.Bu Maimunah yang sedang menyapu halaman menyambut kedatangannya dengan senyum ramah."Rafa datang lagi," sapa Bu Maimunah."Iya, Bu, mau ngajak Zaya jalan-jalan biar dia semangat. Semalem kusut banget mukanya." Rafa menjawab dengan sopan.Bu Maimunah masuk ke dalam memanggil putrinya. Rafa menunggu di halaman, lalu bersandar di depan mobilnya. Telepon berdering, ia segera mengambil ponselnya."Jonathan, ngapain dia nelpon hari libur begini." Rafa membatin, ia menggeser layar ponselnya."Halo, Bro," Rafa menjawab panggilan."Lo di mana? gue di rumah lo, katanya lo keluar." Suara lantang Jonathan terdengar dari seberang."Ganggu aja sih lo. Udah ya, ntar gue telpon kalo mau balik." Rafa menutup teleponnya. Lalu membuka-buka pesan

  • Rahasia Gadis Mafia   Di Skors

    Mazaya dan Zeta tiba di markas menjelang subuh. Mereka langsung menuju ke ruangan Bigboss yang pasti sedang menunggu mereka.Sesampainya di ruangan Bigboss, mereka duduk di sofa di sudut ruangan. Mereka mulai melepas sarung tangan, topi, dan penutup wajah. Bigboss memperhatikan mereka tanpa berkedip."Zaya, harus berapa kali gue ingetin ke elo supaya menahan sedikiiit saja --amarahmu. Oke, semua tau lo hebat, tapi... apakah semua membaik kalo diselesaikan begini?" Bigboss mengusap rambutnya, lalu membuang muka. Raut wajahnya menunjukkan rasa kesal.Mazaya hanya tertunduk menggigit bibirnya yang tipis. Digenggamnya jemarinya erat-erat."Gue harap ini terakhir kali lo begini. Ke depan pekerjaan semakin banyak, profesionalisme harus ditingkatkan.""Ma-maafkan gue, Bigboss." Terbata ia mengeluarkan suaranya."Setiap pelanggaran hukuman tetap berlaku. Lo di-skors satu minggu. Gaji dipoto

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status