Home / Rumah Tangga / Rahasia Kecil Istri Lugu / 4. Suami Mata Keranjang

Share

4. Suami Mata Keranjang

Author: VERARI
last update Last Updated: 2023-03-22 16:52:52

"Aku sudah sampai di depan. Cepat bersiap dan segera turun." Suara dari seberang telepon penuh dengan penekanan.

Seorang kurir bertopi yang enggan menampakkan wajah, mengantar mantel hitam panjang dan sepatu dengan warna senada. Aku bergegas ganti baju lalu turun ke parkiran.

"Cepat masuk! Kenapa lama sekali?" Di dalam mobil sport hitam mewah, Ray, pemilik suara yang meneleponku tadi, bersungut-sungut kesal.

Ray selalu saja begitu. Selalu terburu-buru menghadapi sesuatu. Karena itu, dia sangat membutuhkanku.

Berbeda darinya, aku memiliki pembawaan tenang dan pandai mengontrol emosi. Aku juga satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Ray jika dia mulai mengamuk.

"Suamiku baru tidur," jawabku santai.

"Cih, suami ...." Ray menginjak pedal gas dengan kuat.

"Kenapa? Kau cemburu, Bos?"

"Ya, aku cemburu! Ingat, ya, meski sudah menikah, kau tetap milikku. Pokoknya, aku yang harus selalu menjadi prioritas!"

"Siap, Bos!"

Aku terkekeh melihat reaksi Ray yang kesal dan masih menggerutu. Wajah garangnya jadi semakin mempesona. Dia satu-satunya pria yang tidak bisa aku miliki sebagai suami, namun tetap terlihat tampan dan bersinar.

***

Alex membangunkanku pukul enam pagi. Aku yang masih mengantuk karena baru pulang dua jam lalu, malas untuk menanggapi. Tapi, dia cerewet sekali. Rasanya, ingin kubungkam mulutnya dengan kaos kaki.

"Perempuan mana yang belum bangun jam segini?! Cepat bangun!" Alex menggoyang tubuhku dengan kasar.

"Kepalaku agak pusing, Mas."

Biarkan aku tidur beberapa jam lagi, sialan!

"Tch, aku mau berangkat ke kantor. Kau tidak menyiapkan sarapan untukku?"

Sudah tiga hari aku menikah dengan Alex. Dan setiap malam aku diam-diam memasukkan obat tidur ke dalam minumannya.

Aku berangkat kerja setelah Alex benar-benar terlelap dan baru pulang sampai jam empat pagi. Dia tidak tahu betapa lelahnya aku mencari rezeki.

Kami sekarang sudah tinggal di apartemen hadiah dari papa mertua. Hari ini menjadi awal dari kehidupan rumah tanggaku yang sebenarnya.

Aku menyeret badanku ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Isi dalam kulkas besar dua pintu penuh dengan bahan makanan. Sayur, daging, ikan, dan semua jenis minuman tersedia. Lalu, apa yang harus aku buat untuknya? Aku tidak bisa memasak!

Untungnya, Alex masih ada di kamar mandi. Aku bergegas menghubungi seseorang untuk mengantar makanan.

Tidak sampai lima menit, kurir pengantar makanan datang. Cepat-cepat aku tata di meja makan.

"Mas, sudah selesai belum mandinya? Jangan banyak-banyak pakai sabun!" Aku terkekeh dari balik pintu kamar mandi.

Lucunya, Alex yang memiliki banyak wanita dan katanya tidak bernafsu dengan perempuan desa itu, semalam berusaha keras untuk mendapatkan malam pertama denganku. Dia langsung ketiduran setelah hampir berhasil menciumku.

Maaf, Mas. Itu memang kewajibanku sebagai istri, tapi aku tidak mau hamil dulu, apalagi denganmu. Lagi pula, mana bisa aku melakukannya dengan orang yang tidak aku cinta!

Alex keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Badan dan rambutnya masih sedikit basah. Dia hanya melilitkan handuk kecil di bawah perut.

Mungkin dia sengaja agar aku bisa melihat. Memang badannya cukup bagus, tapi aku tidak bernafsu padanya.

Biarpun begitu, aku harus terlihat malu-malu untuk menghibur hatinya. "A-aku ke meja makan dulu, Mas."

Alex meraih pergelangan tanganku. Kemudian, menarikku sampai berada dalam pelukannya. Bau sabun begitu kentara oleh indra penciumanku.

Aku bisa mendengar irama jantung Alex berdetak cepat. Suara napasnya mendesah di telingaku. Apa dia ingin melakukan 'itu' sekarang?

Gawat! Obat tidur spesialku hanya bisa digunakan sehari sekali. Dan tidak mungkin aku menjejalkan ke mulutnya saat ini juga!

Alex menarik kepalaku sampai menempel di dadanya yang lembab. Tangannya membelai rambutku dengan lembut.

Getaran suara Alex terdengar jelas ketika dia berkata, "Maaf, ya, semalam aku ketiduran. Kau pasti kecewa, bukan? Nanti malam aku akan memuaskanmu."

Tidak! Aku justru senang.

"Aku tahu Mas Alex lebih suka wanita-wanita itu daripada aku. Aku cuma wanita desa yang tidak bisa membangkitkan gairah suamiku. Justru aku yang seharusnya minta maaf."

Alex kembali membelai rambutku yang ikal sebahu. Diciumnya pucuk kepalaku.

"Maafkan aku. Sebenarnya aku juga tidak pernah tidur dengan mereka. Aku hanya ingin mengetesmu."

Aku mendongak ke arahnya. Tetapi Alex kembali mendesakku ke dada kekarnya agar aku tidak bisa memperhatikan wajahnya yang merona. Meski aku sudah terlanjur melihat itu.

Apa lagi trik yang ingin dimainkan Alex? Pura-pura jadi suami baik supaya bisa mengambil milikku yang berharga?

Dasar, suami mata keranjang! Aku tidak mau ketularan penyakit kelamin, tahu! Kau pasti pernah melakukan itu dengan para wanita itu. Aku pun tidak sudi mencicipi bekas mereka!

"Aku ingin memastikan apa kau pantas bersanding denganku. Banyak wanita yang menginginkan suami tampanmu ini. Banyak juga yang kurang ajar menggodaku sampai berbuat nekat. Aku perlu tahu kalau kau bukan perempuan yang gegabah menilai sesuatu."

Cih, lagakmu, Mas ... Mas!

"Maksud Mas Alex apa?"

"Kalau kemarin kau marah-marah sampai mempermalukanku dan dirimu sendiri di depan umum, aku pasti sudah minta papa supaya diizinkan bercerai denganmu. Tapi, aku salah menilaimu. Sekarang kita mulai lagi semuanya dari awal, ya?"

"Iya."

Tidak mau! Najis!

"Ya sudah, sekarang kita sarapan bersama. Nanti jam dua belas, tolong bawakan makan siang ke kantorku. Aku ingin menikmati masakan istriku."

"Dengan senang hati, Mas." Aku tersenyum manis.

Merepotkan saja kau ini, Mas!

***

Aku baru tahu, ternyata perusahaan Arion Group sangat besar. Gedungnya saja menjulang tinggi sampai kepalaku sakit ketika mendongak mencari ujungnya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang resepsionis manis.

"Saya mau bertemu dengan Pak Alexander Arion, Mbak."

"Sudah ada janji temu dengan Pak Alex?"

"Sudah, Mbak. Ini saya disuruh mengantar makan siang untuk Pak Alex."

Resepsionis manis itu pasti mengira aku pembantu. Sebab, penampilanku memang sederhana. Alas kaki pun hanya mengenakan sandal karet biasa yang dibelikan ibu dari pasar.

"Mbak bisa langsung naik ke lantai lima puluh. Nanti, di sana ada sekretaris Pak Alex. Saya akan bilang kepada beliau. Silakan naik." Wanita itu menunjuk lift dengan sopan menggunakan kedua tangan.

"Terima kasih, Mbak."

Seperti kata mbak resepsionis tadi, aku disambut oleh Leo, sekretaris Alex. Pria berkacamata itu tampak gugup oleh kedatanganku.

Leo tentu tahu aku adalah istri Alex. Hanya orang-orang penting saja yang diundang ke pesta pernikahan kami waktu itu.

"N-nyonya, mencari Pak Alex?"

Jelas, bukan? Masa aku mau mencari bapakmu?!

"Iya, dia ada di ruangannya, bukan?"

Dari gelagat Leo yang sedikit-sedikit melirik ke arah pintu ruangan Alex, dia seperti menyembunyikan sesuatu.

"Itu ... Nyonya bisa menunggu dulu di sini." Leo mengarahkanku ke sofa yang tidak jauh dari ruangan Alex.

"Suamiku sedang sibuk, ya?"

Leo semakin resah dan kesulitan menjawab pertanyaaan sederhana itu. Aku justru semakin penasaran, apa yang sedang dilakukan Alex di balik pintu?

"Aku masuk sekarang saja. Cuma mau mengantar makan siang untuk suamiku sebentar."

Leo memegang lenganku, kemudian cepat-cepat melepasnya. "Maaf, Nyonya. Tunggu sebentar lagi, ya?"

"Apa aku tidak boleh masuk ke ruangan kerja suamiku sendiri?"

Leo tidak menjawab dan justru menghalangi pintu. Dia sangat ketakutan sambil menunduk. Butiran keringat mengalir dari keningnya di ruangan dingin ini.

"Minggir." Aku tidak segan lagi mengeluarkan nada suara dingin yang tidak pernah aku tunjukkan ke orang-orang di sekitarku.

Karena tidak mau menuruti, aku mendorong badan Leo sampai dia menyingkir dari depan pintu. Aku langsung membuka pintu itu sebelum Leo kembali mencegahku.

Mataku terbuka sempurna. Tas berisi makanan terlepas dari genggamanku. Menimbulkan suara gaduh yang menarik perhatian seorang pria yang sedang memangku wanita dengan sangat mesra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Siapa yang saling pangku itu??? Bapaknya Alex ya???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   115. ZERO

    "Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   114. Katminah

    "Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   113. Ray

    -------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   112. Alex

    --------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   111. Leah Arion

    “Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah

  • Rahasia Kecil Istri Lugu   110. Hidup Baru

    Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status