Terdengar degup jantung Rendy yang begitu kencang saat aku sempat memeluknya. Pria itu sekarang terdiam dan tiba-tiba kehilangan amarah.
"Astaga, Suamiku! Jangan pukul dia lagi! Nanti tanganmu sakit!"Beruntung, aku sangat gesit dan cepat tanggap situasi. Aku langsung berbalik berhadapan dengan Alex. Merentangkan kedua tangan seakan melindungi orang di belakangku."Kau, dasar perempuan desa! Baru beberapa jam jadi istriku sudah nempel-nempel lelaki lain!""Bukan begitu, Lex. Aku cuma mengajak Kat cari angin."Sekarang giliran Rendy yang menghalangi Alex supaya tidak memarahiku. Bak kuda hitam, pria itu mendorong lembut bahuku sampai berdiri di belakangnya.Orang-orang mulai mencaciku. Perlakuan Rendy justru membuat kami terlihat memiliki hubungan spesial, sampai-sampai tidak segan saling melindungi. Seharusnya, aku memungut biaya dari mereka yang berkerumun karena telah menyuguhkan drama rumah tangga secara langsung."Kau tidak usah ikut campur urusan rumah tanggaku!" hardik Alex."Bukan begitu, Bung. Aku hanya ...""Kita pergi sekarang!" Alex menarik tanganku dan menyeret kasar.Aku sekilas menoleh ke belakang dan tidak lupa memasang tampang memelas. "Terima kasih, Mas Rendy." Aku menggerakkan bibir tanpa suara.Sepanjang perjalanan menuju hotel, Alex diam saja. Aku pun sama, tidak berniat menjelaskan semua.Alex kembali menggandeng tanganku ketika kami tiba di parkiran hotel. Genggamannya cukup kuat sampai membuat jemariku agak sakit.Dia berjalan sangat cepat. Aku pun berlari kecil untuk mengimbangi langkah kaki panjangnya.Sampai di kamar mewah hadiah dari papa mertua, Alex menghempaskanku ke tempat tidur. Dia membuka kemeja lalu melemparnya ke tepian ranjang. Pahatan otot yang digilai para wanita itu terpampang tepat di depan mata."Kau tahu siapa keluargaku, bukan?""Tahu.""Kalau tahu, jangan coba-coba bikin malu! Mau-mau saja diajak ke tempat orang-orang berbuat mesum!""Apa? Tempat mesum?" Aku terkesiap seolah tidak tahu. Meskipun sebenarnya aku sudah menduga sejak awal.Tapi, ya, beginilah aku, si perempuan lugu yang tidak tahu apa-apa. Alex harus tahu bahwa aku perempuan yang seperti itu."Lain kali, jangan gampangan jadi perempuan! Orang akan salah mengira kau kecentilan dengannya. Sampai memanggil pria yang baru dikenal pakai 'mas-mas' mesra begitu. Sama suami saja tidak pernah panggil mas.""Ya sudah, mulai sekarang aku hanya akan memanggil 'mas' denganmu saja. Jangan marah lagi, ya, Mas Alex." Aku menarik kecil kelingking Alex dengan pandangan mengiba.Alex menghela napas panjang. Kemudian, membuka celana putih panjang yang sedikit kotor dan menyisakan dalaman. Walaupun tidak melihat matanya, aku tahu, Alex sedang memperhatikanku yang tengah menatap tubuhnya dari atas sampai bawah.Mungkin dia pikir aku sedang mengagumi otot-ototnya yang menonjol, padahal aku hanya ingin melihat apa ada yang kurang dari tubuh suamiku. Misalnya, ada luka atau jarinya kurang satu.Aku tidak mengagumi tubuhnya! Sungguh!"Aku mau mandi dulu. Kita belum selesai bicara.""Iya, Mas."Setelah Alex membersihkan diri, giliranku yang mandi. Tidak perlu lama karena aku sudah sangat lelah dan ingin segera tidur.Alex berbaring terlentang di ranjang tanpa membersihkan kelopak-kelopak bunga mawar merah yang berserakan di bawahnya. Beberapa kelopak itu menempel di kulitnya.Ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Alex segera duduk bersandar di kepala tempat tidur. Matanya mengikuti pergerakanku yang berjalan ke arah lemari.Entah apa yang dia pikirkan hingga senyum-senyum sendiri. Mungkin lagi kumat, aku tidak peduli.Namun, aku segera tahu alasannya. Di dalam lemari, hanya ada sepotong lingerie merah transparan. Tidak ada apa pun lagi yang bisa digunakan untuk menutup tubuhku.Pasti ulah papa mertua!"Tidak usah dipakai kalau malu. Tidur dengan jubah mandi yang baru," kata Alex.Pantas saja Alex tidak berganti pakaian dan hanya menggunakan jubah mandi. Tidak ada sepotong pun kain untuknya. Bahkan, celana dalam saja tidak ada!Apa dia memakai dalaman kotor? Atau malah tidak pakai apa-apa?Ayolah, Kat! Hentikan pikiran busukmu!Aku menutup lemari lalu berjalan ke tempat tidur, mengambil sisi yang berlawanan dari Alex. Tidak mungkin aku mau memakai pakaian yang tidak berfungsi menutupi badan. Kalau niat ingin menonjolkan bagian tubuhku, lebih baik tidak memakai apa-apa sekalian!"Dengar, kau sekarang sudah jadi bagian dari keluarga besar Arion. Kau harus menjadi istri terhormat walaupun asalmu dari desa.""Iya, Mas. Maafkan aku, ya.""Aku maafkan kali ini. Karena aku tahu Rendy memang brengsek."Kalau Rendy brengsek, terus kau apa, Mas?"Besok lagi, kalau mau minum alkohol harus ada aku. Jangan seperti tadi. Malam ini kita langsung tidur saja. Aku capek sekali.""Iya, Mas."Siapa juga yang mau berbuat sesuatu sebelum tidur denganmu? Dasar! Sok penting sekali jadi orang!Malam pertama pun akhirnya berlalu tanpa terjadi sesuatu.Paginya, seorang pria membawa baju ganti untukku dan Alex. Titah papa mertua, Alex tidak boleh meninggalkanku sendirian selama tiga hari menginap di hotel.Kami makan berdua di restoran hotel. Lalu, kembali ke kamar menonton televisi sepanjang hari. Tidak banyak komunikasi di antara kami."Nanti malam ikut aku ke tempat teman. Kalau papa tanya, bilang saja aku mau mengenalkanmu pada teman-temanku."Aku mengangguk patuh. "Baik, Mas Alex."Malam pun tiba. Ternyata, Alex membawaku ke tempat pesta yang mirip dengan malam kemarin. Dan lagi-lagi, tiga wanita bergelayut manja padanya. Namun, kali ini dia melakukannya di depanku.Alex tidak ingin ada pria yang menggodaku lagi. Tapi, dia sendiri dengan mudahnya dijamah wanita. Aku bisa apa selain pura-pura tersenyum tabah dan seolah memaklumi pergaulan suamiku?Beberapa wanita dalam dekapannya selalu menyindir dan menghinaku. Alex tersenyum menanggapi ucapan mereka. Tidak ada kata pembelaan satu pun terlepas dari mulutnya."Berapa hari lagi kau bisa bebas dari dia, Lex?""Kenapa?""Aku ingin jalan-jalan denganmu," ucap wanita bergaun hitam mini dengan manja.Wanita lainnya tidak mau kalah. "Aku juga, ya, Sayang.""Hus! Jangan panggil 'sayang-sayang' di depan istriku! Nanti dia nangis.""Ups!" Wanita itu menempelkan telapak tangan di bibir tanpa rasa bersalah. "Semalam, berapa ronde sama dia, Lex? Aku cemburu sekali waktu membayangkan kau sedang enak-enakan dengan istrimu.""Jangan khawatir. Aku tidak nafsu sama perempuan desa." Alex terkekeh.Salah satu keahlianku yang tidak banyak orang tahu, yaitu membaca ekspresi seseorang. Aku semakin yakin jika Alex dan para wanita sengaja berbuat ini untuk memanasiku. Rasanya jadi tergelitik untuk menggoda."Mas, aku ke meja sebelah dulu, ya?" Aku menunjuk meja yang dikelilingi teman-teman prianya.Alex mengerutkan kening tidak suka. "Mau apa? Mengulang kesalahanmu semalam?""Bukan begitu, Mas. Kata ayah, setelah menikah aku harus menurut sama suami karena suamiku akan menjadi panutanku.""Kalau sudah tahu, duduk dan diam di sini.""Tapi, Mas Alex 'kan panutanku. Mas Alex dipeluk-peluk sama mereka. Jadi, aku mau meniru Mas Alex. Biar kita samaan, Mas. Kebetulan, meja sebelah juga ada tiga lelaki tampan."Alex mendorong dua wanita di sisinya. Wajahnya merah padam karena amarah. Sementara aku bertahan agar tidak meledakkan tawa."Baru semalam aku beri tahu, sekarang sudah mau melanggar!" bentak Alex."Sabar, Lex, dimaklumi saja. Dia kelihatan polos begitu." Wanita di kiri Alex menarik lengannya."Diam kau!" Alex melepaskan tangan wanita itu dengan kasar. Ketiga wanita saling berpandangan, kemudian pergi menjauh.Tsk, dasar bocah!"Jangan marah, Mas. Aku hanya ingin jadi istri yang baik dan ingin meneladani semua tindakanmu. Aku ingin jadi sepertimu yang hebat, sampai bisa mendapatkan tiga wanita sekaligus. Aku juga ingin, Mas. Boleh, ya?"Alex mengacak-acak rambut sambil mendongak ke atas. Dia terlihat sangat jengkel menanggapi keluguanku."Mas, kenapa diam saja? Boleh tidak, Mas? Itu, ada pria yang menarik perhatianku di sana." Aku semakin menekannya.Alex memelototiku. Dia sampai kehilangan kata-kata menanggapi ucapanku."Sial," umpatnya sambil meninggalkanku sendirian."Mau ke mana, Mas?"Aku membuntuti Alex. Dia semakin cepat berjalan menjauh. Aku pun semakin kencang berlari mengejarnya."Mas, boleh tidak? Mereka keburu dapat perempuan lain, Mas. Aku juga ingin jadi orang kota populer sepertimu."Alex pun kesal dan mengajakku kembali ke hotel. Sampai di kamar, dia meneguk satu botol minuman anggur sampai habis."Jangan banyak minum-minum, Mas! Ajari aku dulu biar bisa jadi seperti Mas Alex."Setiap kali mendengar rengekanku, Alex jadi semakin emosi. Semakin banyak pula alkohol yang mengalir di kerongkongannya.Aku memapah Alex sampai ke ranjang. Tiba-tiba, Alex mendorongku sampai aku terlentang di kasur dan dia dengan cepat menindihku.Aku tahu reaksi pria yang sedang bernafsu, dan Alex sedang merasakannya sekarang. Wajahnya semakin dekat. Embusan napas berbau alkohol menusuk lubang hidungku."Kau sudah ... siap ...."Sebelum selesai bicara, Alex ambruk di atasku. Aku mendorong tubuh Alex sampai berguling menyamping.Aku usap wajah suamiku dengan tanpa sayang. Kemudian, aku berbisik di telinganya, "Aku kerja dulu, ya, Mas. Kau kuat sekali bisa menahan obat tidur spesialku selama hampir satu jam.""Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl