Share

6. Kematian Suami

Tadi malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Gara-gara terkejut, aku sampai tidak sadar ada anak buah BDS yang berjaga tidak jauh dari lokasi persembunyianku.

Suara gemerisik dari kakiku yang gemetaran karena kesemutan saat mencoba berdiri, menarik perhatian dua penjaga BDS. Terpaksa aku pergi sebelum melihat ke mana mereka membuang jenazah suamiku.

Dua penjaga melintas tidak jauh dariku dengan senter di masing-masing tangan. Cahaya senter itu hampir menyapu area di sekitarku.

Namun, aku diselamatkan oleh seekor kucing yang melompat di dekat mereka entah dari mana asalnya. Perlahan aku mengembuskan napas lega.

Untung saja, mereka juga sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Aku langsung kabur secepat kilat ketika perhatian mereka teralihkan dan malah bermain-main dengan si kucing lucu.

Sampai di rumah, aku segera menghubungi Ray untuk minta izin libur kerja malam ini. Dengan alasan sakit dan susah beranjak dari tempat tidur. Tentu saja, bosku itu marah besar.

Awalnya, Ray tidak mengizinkanku. Tanpa aku, Ray pasti sangat kesulitan melewati malam panjang sendirian. Dia tidak pernah mau ada orang lain menggantikan posisiku.

Aku juga sebenarnya sedikit tidak nyaman membolos barang sehari saja. Ray pasti akan minta ditemani kupu-kupu lain. Dan Ray selalu tidak puas dengan kinerja mereka.

"Aku beri izin satu hari, Baby," kecam Ray.

"Baik, Bos. Um, kalau bisa, malam ini bos di rumah saja," pintaku.

"Itu urusanku, Baby. Salah sendiri kau sakit! Jangan mengomel kalau adik-adikmu ada yang terluka malam ini."

Bukan aku cemburu Ray menghabiskan malam panjang dengan kupu-kupu lain. Tetapi, aku tidak ingin Ray menyakiti mereka. Karena bisa dipastikan, Ray akan marah-marah tanpa kehadiranku. Dan benar, dia langsung mengancamku.

"Kalau besok masih sakit, kau tetap harus datang. Aku akan mencarikan dokter terbaik untukmu. Kalau tidak, aku yang akan datang ke apartemenmu," ancam Ray malam tadi.

Padahal, dia boleh datang ke sini kapan pun karena Alex sudah tidak ada lagi di dunia ini. Atau mungkin aku harus membeli apartemen sebelah saja untuk menghormati mendiang suamiku?

Aku sunguh tidak pernah menyangka. Belum genap satu minggu menikah, aku telah menyandang status janda. Kalau kembali ke desa nanti, aku pasti akan mendapat julukan baru. Janda perawan.

Kasihan sekali nasibku ....

Mataku terasa perih dan panas karena kurang tidur. Aku masih butuh banyak istirahat, tapi aku harus segera bangun. Aku perlu membeli obat tetes mata dan bersiap untuk menerima kabar duka.

Aku menggeliat ke kanan dan ke ki-

"Waaaaaaa!" Aku menjerit sekuat tenaga.

Alex gelagapan dan sontak terbangun. Dia mengerang kesakitan sambil memegangi bahu kanannya.

Astaga! Kenapa dia ada di sini?!

Dada Alex naik turun dengan sangat cepat, begitu pula milikku. Dia kaget karena teriakanku. Aku pun sangat terkejut mendapati suamiku hidup lagi!

Mendengar embusan napas kasar Alex, aku pun sadar jika pria di dekatku bukanlah hantu. Dia sungguh masih hidup!

Sial! Kenapa mulutku malah senyum begini? Aku tidak mungkin senang karena tahu dia belum mati, bukan?

"Apa? Ada apa? Kenapa teriak-teriak?"

"M-mas ... a-aku mimpi buruk."

Alex mengembuskan napas panjang sambil mengurut dadanya. Di mana lukanya? Di dada, bahu, lengan atau di punggung?

Aku sangat ingin membuka baju Alex dan melihat luka itu. Tetapi, aku tidak mau dianggap mesum atau sengaja memancing gairah lelakinya.

"Mimpi buruk apa? Kenapa sampai teriak-teriak seperti melihat hantu?!" Dia tampak kesal sekali karena waktu istirahatnya terganggu.

Hantunya itu kau, Mas! Hampir saja aku juga jadi hantu karena serangan jantung!

"Aku mimpi kau mati, Mas. Aku sangat takut kehilanganmu."

Alex mencondongkan tubuhnya ke arahku, kemudian mendekapku. Bau parfum maskulin khasnya menyeruak ke lubang hidungku.

Aku sangat yakin jika semalam dia langsung tidur dan tidak mandi dulu. Aku pun mendorong dada Alex agar menjauh dariku. Mana mungkin aku mau dipeluk suami yang belum mandi!

Semalam juga dia habis memeluk tanah. Sama saja aku berpelukan dengan tanah. Belum lagi kalau ada wanita lain yang ikut memeluk untuk menenangkan kesakitannya.

"Kenapa mimpimu menyeramkan sekali?"

"Aku juga tidak tahu, Mas. Tapi, Mas Alex sungguh tidak ada yang sakit?" pancingku.

"Lihat, aku baik-baik saja." Alex terlihat begitu lelah.

"Iya, maaf, Mas. Sudah terlanjur bangun, Mas, mandi terus siap-siap kerja. Aku siapin makanan sebentar."

"Aku hari ini libur dan mau istirahat total. Jangan ganggu aku lagi." Alex kembali berbaring dan menarik selimut sampai dagu.

Aku masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi semalam. Tapi, aku tidak bisa bertanya padanya secara langsung.

Bisa-bisa dia mencurigaiku. Lebih parahnya lagi, dia akan menganggapku sebagai penguntit.

"Mas, tidak mau sarapan dulu?"

"Tidak perlu. Nanti makan siang sekalian. Aku masih mengantuk sekarang."

"Ya, Mas ... semalam, aku merasa kau tidak ada di sisiku, Mas. Apa kau pergi dengan si Imelda itu?"

Alex menutup kepala menggunakan bantal.

"Berisik! Jangan cerewet, Kat! Mau aku sumpal mulutmu itu?!"

Aku semakin tidak paham dengan Alex. Belum lama dia bersikap sok baik. Sekarang dia berubah lagi jadi sangat galak. Apa dia memiliki masalah kepribadian?

Tch! Tinggal jawab pertanyaan saja susah sekali. Aku jadi tergelitik ingin mencari tahu tentang suamiku lebih banyak lagi.

Bukan karena aku tertarik dengan kehidupan Alex. Akan tetapi, aku tidak mau jika Alex ternyata diam-diam memiliki hubungan dengan dunia hitam.

Aku tidak mau terseret oleh perbuatannya. Apalagi, Alex berhubungan dengan kelompok BDS yang terkenal suka berbuat onar.

Yang lebih penting lagi, kalau Alex benar-benar berhubungan dengan kelompok BDS, dia pasti akan segera tahu jati diriku yang sebenarnya. Tidak ada yang boleh tahu tentang pekerjaan kotor yang sudah aku lakukan selama lima tahun terakhir ini!

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sukin
tambah tag komedi hhhhh
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status