Mataku terbuka perlahan, saat sinar matahari yang menembus jendela menganggu tidurku yang nyenyakTubuh ku terasa berat dan ternyata sebuah tangan kekar melingkar di pinggang rampingku, aku merapatkan pelukannya dan kembali memejamkan mata.Tiba-tiba aku tersadar sesuatu, Amar belum pulang, lalu siapa yang tidur denganku? aku membalikkan tubuhku untuk melihat siapa orang yang tengah tidur bersama ku sambil mememeluk dari belakang.Tubuhku kaku, mataku melebar, ternyata Adrian sedang tidur sambil memelukku dan dia tak mengenakan baju.Aku mendorong Adrian kasar, tapi tenagaku yang masih lemah tak cukup untuk mendorongnya malahan dia tak bergeser sedikit pun.Adrian menarikku paksa kedalam pelukannya, sehingga tubuhku dan Adrian berdekatan tanpa ada jarak sedikit pun."Morning Baby," ucap Adrian serak."Lepasin," teriak ku sambil memberontak.Tapi Adrian malah menindih tubuhku dengan kakinya yang membuat aku sulit untuk bergerak."Lepasin," teriaku marah."Diam Aruna, aku masih ngantuk,
"Kenapa Run? aku masih sah suami kamu dan aku gak akan pernah tanda tangani surat perceraian itu sampai kapan pun, ingat itu Aruna," tegas Adrian."Aku gak peduli! mau kamu setuju atau gak, aku akan tetap bercerai dengan kamu!" Kekeh ku."Lakukan apapun yang kamu mau Aruna, tapi aku tetap tak akan melepaskan kamu, apalagi untuk cowok seperti Amar," ucapnya tajam.Aku menggelkan kepala ku cepat, tak menyangka Adrian akan keras kepala seperti ini."Pergi Mas," Usirku."Aku gak mau Aruna," tolak Adrian.Aku menatap Adrian tajam, apa salahnya pergi dari sini dan biarkan aku sendirian, kehadiran dia di sini membuat hari ku jadi tak tenang."Kalau Mas gak mau pergi, aku yang bakal pergi," Ucapku sambil melangkah ke arah pintu."Oke aku pergi," putus Adrian masam."Yaudah silahkan pergi!" ucapku sarkas sambil membukakan pintu untuk Adrian pergi.Dengan sangat terpaksa Adrian melangkah pergi dari rumah ku, setelah Adrian ke luar, aku membanting pintu sehingga menimbulkan suara yang cukup nyar
"Kamu tau Run? Setelah kamu pergi hari itu, hidupku sangat hancur, gak ada harapan lagi untuk hidup, kamu alasan aku bertahan Run," ucapnya parau."Tapi aku sadar, aku gak bisa mengakhiri hidup ku sebelum kamu mendengar langsung penjelasan ku tentang kejadian di rumah kita dulu," seru adrian sambil menatapku.Aku balas menatapnya tanpa mengeluarkan suara sepatah katapun."Kehilangan kamu dan kehilangan calon anak kita yang ke tiga buat aku sangat frustasi," ucapnya pilu."Padahal aku sangat berharap bisa melihatnya tumbuh dewasa, memeluknya, bermain denganya dan melihatnya menikah dengan orang pilihannya," Adrian tersenyum kecil sambil mengahapus air mata yang keluar dari sudut matanya, terlihat dia juga menyimpan duka yang sangat dalam."Lalu kita akan hidup bersama sampai tua dan melihat anak kita sudah punya anak yang lucu-lucu ," ucapnya yang masih tersenyum sambil mengadahkan wajahnya ke atas menahan buliran air mata yang siap keluar kapan saja."Sangat indah yah tun harapan aku,
Sementara di ambang pintu, terlihat Amar dengan sorot mata marah dan kecewa melihat Adrian dan Aruna sedang bercumbu mesra di atas sofa.Ciuman Adrian yang turun pada payudara Aruna, serta mata Aruna yang terpejam dan desahan yang keluar dari mulut Aruna, yang menikmati setiap sentuhan Adrian pada tubuhnya.Membuat Amar menggertakan giginya, tanganya mengepal kuat hingga urat-uratnya keluar, matanya menyala menahan marah."Tak menyangka Aruna akan melakukan ini terhadap ku, padahal aku hanya pergi beberapa hari! pantas sebelum aku pergi, aku sangat ragu meninggalkan Aruna sendirian, ternyata ini jawaban atas keraguan ku kemarin," batin Amar."Aruna," teriak Amar sambil berjalan ke arah mereka berdua dan memisahkan mereka secara paksa.Pupil mata Aruna melebar saat melihat Amar kini berdiri di hadapanya dengan wajah yang memerah, ia menggigit bibir bawahnya dan langsung berdiri sambil mengancingi pakainya yang sudah terbuka karena ulah Adrian."A Amar aku bisa jelasin," ucapku gelagapa
Aku termenung, pandangaku kosong ke depan, setelah menangis beberapa jam yang lalu posisiku masih belum berubah, masih duduk di lantai dengan kening yang masih terluka dan darahnya yang mengering.Padahal hari sudah malam, keadaan sekitarku gelap karena lampu yang belum ku nyalakan, hanya cahaya bulan dan televisi yang menerangi, rasanya tak ada gairah untuk hidup, bahkan untuk bangun pun rasanya malas.Mata ku sembab, hidupku memerah di ujungnya, rambutku acak-acakan, keadaan ku saat ini benar-benar sangat kacau,Aku berdiri dengan tertatih-tatih, menutup pintu dan menyalakan lampu luar dan ruang tamu, sementara ruangan lain tak ku nyalakan, aku berjalan mendekat ke arah televisi mencari buku yang tadi Adrian lempar.Tapi buku itu tak ada di tempatnya seperti terakhir kali aku lihat, aku mengehela nafas lelah, " pasti di ambil oleh Adrian," pikirku.Entah apa isi dari buku itu sehingga Mbok Ayu dan Adrian mengambilnya dariku, apa yang tengah mereka sembunyikan sebenarnya.Tubuhku lem
Aku tengah memperhatikan Amar yang sedang membereskan piring dan gelas bekas makan kita berdua, senyum ku terus mengembang meskipun pusing pada kepalaku dan tubuhku yang masih menggigil sama sekalin tak ku hiraukan.Lihatlah Amar sekarang yang sedang mencuci piring, membuatnya berkali lipat lebih tampan, terlihat seperti cowok yang penuh tanggung jawab dan perhatian.Aku melihatnya tanpa berkedip, sangat bersyukur Amar kembali lagi, ketika kemarin aku berpikir dia akan pergi meninggalkan ku dan tak akan pernah kembali tapi semua pikiran ku salah nyatanya sekarang dia ada di sini."Kenapa sih ngeliatin aku kaya gitu?" tanya Amar yang telah selesai mencuci piring."A Amar ganteng banget sih" ucapku keceplosan."Yah emang aku ganteng," ucapnya narsis sambil merapihkan rambutnya ke belakang."Gimana kalau kaya gini makin ganteng gak?" tanya Amar sambil memperagakan kaya model papan atas.Aku mendengus melihat Amar yang kini sedang berpose, "Sok kegantengan banget sih," dumel ku."Gak! A A
Sudah setengah jam Amar pergi entah kemana, aku masih berada di taman belakang sambil mengingat masa lalu ku dengan ayah.Dulu di taman belakang ini, ketika aku masih kecil dulu, aku sering mengajak ayah untuk bermain gelembung tiup sampai-sampai taman ini di penuhi oleh gelembung, dan aku sering main hujan-hujanan dengan ayah sampai berjam-jam hingga ke esok harinya kita berdua jatuh demam.Tanpa terasa air mataku menetes, mengingat masa lalu dengan ayah membuatku merindukannya, aku sangat merindukan pelukan pria yang sudah lama meninggalkan ku, entah dia ayah kandung atau ayah tiriku tak akan merubah apapun, aku masih menyayanginya!Andai Ayah masih ada di sini, mungkin aku tak akan serapuh saat ini, pelukan ayah, senyumnya yang hangat, tawanya yang riang, membuatku selalu bersemangat menjalani hari-hari.Aku menatap langit biru yang cerah pagi ini, dengan air mata yang berlinang, "Ayah apa di atas sana kau melihatku, putri kecil mu ini masih serapuh dulu, maafin Aruna yang tak bisa
Kini Aruna dan Amar tengah berada di dalam ruang persidangan dengan Adrian dan juga keluarganya termasuk Zia yang ikut Hadir."Hadirin, sidangn hari ini tanggal 11 januari dibuka," ucap hakim sambil mengetuk palu membuka persidangan."Kepada penggugat, apakah benar anda ingin bercerai?" tanya hakim pada Aruna."Benar pak hakim," jawab Aruna tegas."Apakah saudari yakin dengan semua keputusan yang di ambil?" tanya hakim lagi."Saya bener-benar yakin," ucap Aruna serius."Apakah anda tidak ada niat rujuk kembalidengam pasangan anda?""Sama sekali tidak pak hakim," ucap Aruna mantap"Kepada pihak tergugat apakah anda setuju dengan pihak tergugat?" tanya hakim pada Adrian."Tidak, saya tidak setuju dengan keputusan tersebut," tolak Adrian."Apa alasan anda untuk tidak setuju?""Alasanya karena saya tidak pernah selingkuh seperti yang di tuduhkan," bela Adrian."Maaf ketua hakim, sudah ada bukti yang sangat jelas mengenai hal tersebut, bukti tersebut telah menyatakan bahwa tergugat telah