Share

Keputusan

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2022-07-03 20:24:02

Selesai makan, Aku dan Amar memutuskan jalan-jalan di tepi pantai menikmati semilir angin dengan deru ombak dan bintang yang berkelap-kelip di langit yang gelap.

Aku duduk di hamparan pasir di ikuti Amar yang duduk di sebelahku.

Angin pantai malam yang dingin membuatku merapatkan jaketku.

Amar merangkulku dengan erat seolah tau kalau aku sedang kedinginan, dia menarik tanganku dan menyatukan tangan kami berdua, aku menyenderkan kepalaku di atas dadanya yang bidang.

Malam ini sungguh mendukung, suasananya yang sangat sunyi hanya suara ombak saja yang terdengar, membuatku larut dalam dekapnya.

mungkin kalau semua orang tau aku sudah bersuami mereka kira aku sedang berselingkuh sekarang, meskipun kenyataannya itu bener! aku dekat dengan Amar sementara statusku masih jadi istri orang.

Biarlah anggap saja ini balas dendam ku pada Adrian yang sudah berani menghianatiku bahkan sampai mempunyai anak.

Aku memang dekat dengan Amar, bahkan dia sering menginap di kontrakanku, tapi untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman aku belum pernah.

Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat Amar, tapi ternyata dia sedang menatapku lekat.

Keningku berkerut, "Kenapa?" tanyaku bingung.

"Gak," jawabnya tapi masih saja menatapku.

"Kenapa liatin aku? di depan sana pemandangannya indah tau, apalagi bintangnya terang,"

"Aku lebih suka liat kamu, lebih indah kamu dan lebih terang kamu dari mereka semua," ucapnya lembut.

Pipiku mememanas mendengar ucapannya, pasti sekarang ini pipiku sudah memerah.

Amar terkekeh melihat aku salah tingkah, paling bisa memang ngebaperin anak orang.

"Apaan sih," ucapku sewot.

"Kamu cantik kalau lagi busling," ejek Amar lalu tertawa sambil melihatku

"Udah ah," ucapku cemberut, mendelik ke arahnya yang masih saja tertawa.

"Udah mutusin belum?" tanya Amar.

"Mutusin buat apa?" bingungku.

"Kita,"

"Maksudnya?" ucapku yang belum mengerti ucapannya.

"Kamu pilih aku apa suami kamu? seminggu aku gak ada apa kamu gak berpikir ke situ, kita gak bisa gini terus, aku juga butuh kepastian Run," ucapnya tenang tapi menusuk.

"Kasih aku waktu," ucapku pelan.

"Aku udah kasih waktu kamu selama seminggu ini,"

"Tapi itu belum cukup," ucapku.

"Apa kamu masih sayang sama dia?" tanyanya kembali sambil menatap ku serius.

Nafas ku tercekat karena pertanyaannya, aku juga bingung dengan perasaanku.

Aku memang sudah berpisah dengan Adrian selama setahun ini bahkan menanyakan kabarpun tidak pernah tapi untuk melepaskan Adrian dan memutuskan bercerai dengannya itu masih terasa berat bagiku.

Jujur aku masih mengharapkan Adrian tapi mengingat penghianatan dia padaku membuatku ragu.

Tapi aku juga tak mau kehilangan Amar, seminggu tak bertemu denganya membuatku sadar aku telah menaruh hati pada Amar, egois memang aku mau mereka berdua.

Mau tak mau cepat atau lambat aku harus membuat keputusan.

Aku melepaskan rangkulan Amar dan berdiri, aku mengulurkan tanganku pada Amar yang di balas raut bingung olehnya.

"Pulang yuk," ajak ku pada Amar.

"Kamu belum jawab pertanyaan ku,"

"Besok di toko aku jawab," putusku.

Amar menerima uluran tanganku dan kita pergi melangkah menuju Kontrakan

Malam ini Amar akan menginap di kontrakan ku, katanya takut aku akan melukai diri aku sendiri atau sekedar menemaniku bergadang karena aku sering terbangun karena mimpi buruk dan tak bisa tidur kembali.

...

Pagi telah tiba, aku bangun lebih awal ku lihat Amar yang tidur di sampingku, yah aku dan Amar memang tidur bersama tapi kami tak melakukan apapun selain tidur.

Aku bangun perlahan mencoba tak membangunkan Amar yang masih terlelap, memutuskan mandi selesai mandi aku membuat sarapan untuk ku dan Amar.

Tak banyak yang bisa aku masak, hanya nasi goreng telor ceplok andalanku dan untung saja Amar memang sangat menyukai nasi goreng buatan ku.

Aku membawa nasi goreng yang sudah jadi dengan segelas teh hangat ke ruang tamu, ku simpan di atas tikar karena tak ada meja atau kursi.

Aku masuk ke kamar berniat membangunkan Amar, tapi ketika aku masuk, Amar sudah bangun.

Aku menyuruhnya segera mandi, memberikan baju dan handuk milik Amar yang sudah ada di kontrakan ku karena seringnya dia menginap di sini.

Selesai Amar mandi kita sarapan bersama dan langsung pergi ke toko.

Sesampainya di toko aku terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang.

Keadaan toko sangat kacau, banyak kata-kata makian di tunjukkan untukku yang ditulis di roling door dan tembok,serta tanaman yang aku tanam sendiri juga ikut di ruksak bahkan meja dan kursi yang aku sediakan untuk pengunjung pun sudah hancur.

Ku lihat Amar ekpresinya mengeras melihat semua ini, aku mengusap lembut tangannya mencoba menengkan Amar.

Bila tidak dia pasti akan mengamuk apalagi ini menyangkut tentang aku.

"Siapa yang ngelakuin ini Run?" tanya Amar.

"Aku gak tau A,"

"Berani-beraninya dia berbuat hal menjijikan seperti ini, dasar pengecut," marah Amar.

"Udahlah A, Percuma, kita marah-marah orang yang ngelakuin ini juga gak bisa dengerkan,"

"Kita beresin aja, kita cat ulang, biar tulisanya hilang," usulku.

"Yaudah aku beli cat dulu, kamu tunggu di sini kalau ada apa-apa langsung telepon, nomor aku yang baru udah di savekan?"

Aku menganggukan kepalaku, Amar pergi membeli cat dan peralatan lainnya.

Aku membuka toko untuk duduk di dalam sambil menunggu Amar, mungkin hari ini toko tak usah buka, tak mungkin toko buka sementara keadaan toko sangat berantakan seperti ini.

Sebenarnya siapa yang ngelakuin hal ini?

Berani memaki-maki aku, sebelumnya belum pernah ada kejadian seperti ini, apa Zia? hanya dia yang berani berkata seperti itu padaku.

....

Melelahkan sekali pinggangku terasa remuk, apalagi siang ini matahari sangat terik membuat tubuh ku basah oleh keringat, untung saja semuanya telah selesai.

Aku duduk dilantai meluruskan kakiku yang terasa sakit karena lama berdiri ketika mengecat.

Amar menghampiriku sambil membawa dua buah kelapa, yang membuatku menelan ludah.

Dia memberikan satu buah kelapa yang langsung aku tenggak hingga habis, segar sekali.

"Makasih," ucapku pada Amar.

"Untuk,"

"Bantu aku beresian semuanya,"

"Gak usah terima kasih, aku gak suka," ketus Amar.

Aku menatap Amar yang terlihat semakin tampan apalagi dengan wajah yang di penuhi keringat di dukung oleh kaos putihnya yang terlihat semakin mengagumkan.

Aku menghirup udara dalam-dalam, hari ini aku harus memberikan jawaban ku atas pertanyaan Amar semalam.

"A Amar," panggilku.

Amar yang sedang fokus meminum kelapa langsung mengalihkan tatapanya ke arah ku.

"Aku milih kamu dan bantu aku buat cerai dari Adrian," ucapku

Amar menatapku tanpa berkedip, dia hanya diam tanpa mengatakan apapun.

Membuatku bingung atau aku salah bicara.

"A," panggiku.

"Eh iya kenapa," tanya Amar gelagapan.

Aku menautkan alis, apa Amar tak suka dengan jawaban yang aku berikan tadi.

"Beneran itu jawaban kamu,"

"Iya," ucapku pelan.

"Beneran," teriak Amar yang membuatku kaget, refleks dia memeluk dan menghujami aku dengan ciuman.

Wajahnya terlihat berseri-seri, aku pikir dia tak suka dengan jawabanku? ternyata aku salah.

Aku senang melihat responnya semoga saja keputusan ku ini benar.

"Jadi kapan kamu mau bercerai dengan adrian?" ucapnya sambil terus tersenyum.

"Secepatnya," jawabku.

"Gimana kalau besok," usul Amar antusias.

"Besok," ucapku.

"Iya besok, kita ke Surabaya besok," ucapnya.

"Oke," putusku.

"Yaudah sekarang kita pulang buat pacing untuk besok, mungkin bakal lama nanti di Surabaya,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Part 76

    Pov AdrianBaru beberapa jam meninggalkan Aruna, entah mengapa aku merasa sangat khawatir pada dirinya, ingin cepat-cepat kembali pun tak mungkin karena memang ada sesuatu hal yang harus aku urus di kota, dan ini pun demi keselamataan aku dan Aruna nantinya.Banyak sekali orang yang tak aku percayai termasuk pada Lily dan pekerja di sana, Lily terlalu abu-abu untuk bisa aku baca pikiraanya, dan entah pada siapa dia memihak entah pada ku atau pada mereka yang selalu berembunyi. aku pun tak tahu apa yang akan mereka rencanakan dengan menyuruh ku pergi ke Italia dan tinggal bersama dengan Lily, dan mereka juga lah yang membawaku dan Aruna yang tak sadarkan diri waktu itu menggunakan jet pribadi, apalagi dengan kondisi kakinya yang parah karena habis aku pukuli. Aruna hanya di rawat oleh mereka yang katanya salah satu dari mereka adalah dokter yang terkenal.Mereka? aku ingin tahu siapa mereka itu, yang aku tahu mereka sangat berkuasa atas hidup ku dan juga Aruna, mereka melakukan segala

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Amar ke Italia

    Pov Lily Setelah kepergian Adrian aku tertawa lebar, ''Maledizione, quel moccioso mi ha minacciato! ( Sialan bocah ingusan itu mengancamku!] .'' Aku tertawa sinis melihat ke arah pintu kamar.''Memangnya siapa dia yang berani mengancamku,'' ucapku kesal, yah aku sangat kesal berani-beraniya bcah itu. ''Aku yang lebih berhak atas hidup Aruna bukan Adrian.'' Aku berdiri, berjalan ke arah luar balkon yang memperlihatkan hamparan laut Italia yang indah.''Baiklah sayang! Apakah aku harus bermain-main sedikit dengan peliharaan mu?' ucapku setelah berpikir sesaat, senyum lebar terbit di bibir sexy ku.''Yah tentu, hanya bermain-main sedikit dengannya tak mungkin kan Adrian akan marah, lagi pula aku tak akan menyakiti dirinya yang ada aku akan memberikan kenikmataan yang belum pernah ia rasakan,''''Ahhh kau sangat cerdik Lily,'' ucapku kegirangan saambil betepuk tangan bak anak kecil.''Baiklah, aku harus minta bantuan seseorang,'' monolog ku sambil berjalan masuk ke dalam kamar, dan meng

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Ancaman Adrian

    Pov auhtor Adrian membawa Donna sambil mencengkram tangan Donna sampai ia mengaduh kesakitan, langkah lebar dan cepat Adrian membuat tubuh Donna yang mungil terasa di seret karena ia sulit menyeimbangai langkah kaki Adrian, sehingga sesekali ia hampir terjatuh dan langsung terbangun kembali takut kemarahan Adrian semakin murka padanya.Suara gelak tawa dan sahutan dari para lelaki terdengar di telinga mereka berdua ketika akan sampai di taman belakang yang memang tempat istrirahat bodyguard yang sudah selesai sif kerja mereka, juga ada beberapa bodyguard yang masih berjaga melihat -lihat situasi sekitar.Sesampainya di ambang pintu dengan sekuat tenaga Adrian melemparkan Donna ke arah tengah tengah bodyguard yang belum menyadari kehadirahan Adrian dan juga Donna.BrakPara bodyguarg pun terkejut melihat Donna wanita yang bekerja di rumah ini tersungkur di tengah-tengah mereka yang sedang berbincang.Mereka melihat Donna dengan pandangan terkejut lalu melihat ke arah Adrian yang menat

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Obat Tidur

    Mereka berdua kini sedang berada di lorong rumah yang terlihat luas juga mewah."Siapa dia?" Tanya Aruna."Dia Lily," jawab Adrian sambil mendorong kursi roda Aruna ke arah kamar.Aruna menganggukkan kepalanya paham, "Jadi nama perempuan bercadar itu Lily, yah aku juga mendengar nama itu tadi," gumam Aruna."Apa hubungan Lily dengan mu Adrian?" tanya Aruna kembali."Tak ada," jawab Adrian santai."Kau pembohong," sinis Aruna."Lily Seperti sangat berarti bagi mu, dan apa aku mengenal dia?" Tanya Aruna beruntun sambil mengingat kejadian di ruang tamu ketika Adrian membela Lily di depannya.Adrian yang terus di beri pertanyaan seperti itu semakin kesal."Kau bisa tidak diam," bentak Adrian yang sudah hilang kesabaran."Kenapa kau membentak ku?' tanya Aruna tak suka, ini baru pertama kalinya Adrian membentak dirinya hanya untuk seorang perempuan yang Aruna sendiri tak tahu siapa dia, meskipun Aruna merasa familiar pada wanita tersebut.Adrian tak menjawab pertanyaan Aruna, ia terlihat me

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   pertemuan dengan nyonya besar

    "Apa yang nona ucapkan?" Tanya Anna tak mengerti.Karena sejak tinggal di sini Aruna selalu di mandikan oleh Adrian, dan baru kali ini ia mandi di bantu oleh orang lain."Kau akan mengerti ketika aku membuka seluruh bajuku," ucap Aruna sambil melepaskan baju lengan panjangnya.Anna menutup mulutnya tak percaya, ketika melihat pemandangan yang tampak mengeringkan di depannya ini.Lengan perut bahkan punggung Aruna penuh dengan luka goresan panjang yang sangat dalam, hanya bagian payudara saja yang tampak bersih tanpa tergores sedikit pun di bagian sana.Bagaimana bisa bekas luka itu sangat banyak dan hampir menutupi tubuh putih Aruna? Tanya Anna dalam hati.Aruna melihat ke arah Anna yang masih terkejut, Aruna tersenyum miris dan lanjut membuka pakaian dalamnya."Bisa bantu aku?" Tanya Aruna pada Anna yang masih terkejut."Ten...tu," jawab Anna gelagapan.Anna membantu Aruna untuk membuka celana dan celana dalamnya dan kini Aruna sudah telanjang bulat di depan Anna."Kenapa kau melukai

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Ruang makan 2

    "Lo itu cuman terobsesi sama gue doang Adrian," bentak Aruna yang sudah muak mendengar omong kosong yang terus keluar dari mulut Adrian."Terserah apapun yang kamu bilang, yang pasti aku gak rela kalau kamu pergi dari hidup aku," kekeh Adrian.Aruna menghela nafas lelah, ia muak berseteru dengan Adrian tanpa akhir yang jelas, entah apa lagi yang harus Aruna ucapkan agar Adrian mengerti tentang semuanya."Aku mau ke kamar," ucap Aruna pelan."Selesaikan makanan mu sayang, nanti aku antarkan ke kamar," perintah Adrian, ia segera mendorong kursi roda Aruna dan mendorongnya ke dekat kursi makan.Dengan tergesa- gesa Adrian membereskan meja makan yang sedikit berantakan karena ulah Adrian tadi yang mendorong meja makan dengan keras.Selesai merapihkan sedikit kekacauan, Adrian kembali duduk di sebelah Aruna."Ayo makan," ajak Adrian.Adrian menyuapi Aruna, Aruna yang sudah lelah hanya bisa patuh dan mulai memakan makanan yang di suapi oleh Adrian.Aruna mengunyah dengan pelan, matanya mena

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Ruang Makan

    Italia, kediaman Adrian.Malam pun telah tiba, kini Aruna dan Adrian sedang makan malam bersama di ruang makan yang begitu luas dan megah.Meja makan yang sangat panjang, serta kursi-kursi yang berjejer rapih tapi hanya dua orang yang mengisi kursi tersebut sisanya kosong.Aruna makan dengan tidak mood, sesekali hanya mengaduk makanan yang berada di piringnya.Melihat hal itu Adrian menghentikan aktivitas makannya, "Kenapa mau aku suapi?" Tanya Adrian dengan tersenyum lembut.Wanita lain yang melihat Adrian tersenyum seperti itu pasti akan luluh karena ketampanan Adrian menjadi berkali-kali lipat, tapi tidak dengan Aruna dia sudah muak melihat senyum Adrian."Gak! Aku bisa makan sendiri," jawab Aruna ketus."Makan yang banyak, biar kamu cepat sehat," ucap Adrian lagi dengan suara lembut."Percuma badan yang sehat, kalau kaki gak bisa jalan lagi," "Run, jangan bilang kaya gitu aku gak suka," ucap Adrian memperingati Aruna."Kenapa gak suka? Lo kan yang buat gue cacat kaya gini, apa lo

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Titik Terang

    Karena terus di desak oleh Joni, dengan sangat terpaksa Amar menemani Joni untuk mencari makan.Padahal mereka bisa memesan makanan dari dalam kamar tapi tetap saja Joni bersi keras menolak dan ingin makan secara langsung di tempatnya, katanya suasananya berbeda jika ia makan di dalam kamar hanya berdua dengan Amar."Makan di mana?" tanya Joni yang kini mereka berdua sudah berada di dalam lift. "Di tempat makan," jawab Amar malas. "Gue tau kalau itu," kesal Joni. "Mau makan apa?" tanya Joni lagi. "Terserah," jawab Amar. "Lo kaya cewek lama-lama nyebelin," emosi Joni. Amar mengedikkan bahunya acuh tak acuh. TingPintu lift terbuka mereka berdua tiba di lantai dasar, mereka pun berjalan ke luar lift menuju restoran yang berada di dalam hotel. Ketika sudah sampai di restoran, Mereka berjalan untuk mencari meja makan yang masih kosong. Setelah mendapatkan kursi yang kosong mereka pun segera duduk dan memesan menu yang sudah tersedia di daftar menu. Amar memesan soto ayam nasi p

  • Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu   Lily Sang Nyonya Besar

    68Aruna ketakutan ketika melihat tatapan mata Adrian yang begitu liar, apalagi kini Adrian yang sudah telanjang bulat tanpa memakai sehelai benang pun di tubuhnya, membuat badannya terekspos sempurna, dan di bagian bawah Adrian yang sudah mulai mengeras dan membesar siap bertempur kapan saja. "Jangan lakukan itu lagi Dri," mohon Aruna sambil menangkup tangannya memohon pada Adrian. "Kenapa sayang, apa kau tak suka?" tanya Adrian terkekeh pelan, membuat Aruna semakin ketakutan. Aruna terisak ia sungguh tak bisa membayangkan, hal selanjutnya yang akan Adrian lakukan itu sungguh akan sangat menyakitkan bagi Aruna. "Jangan menangis aku tak suka, melihat air mata yang keluar dari mata indah mu itu Aruna," ucap Adrian sambil menghapus air mata Aruna. Aruna menepis tangan Adrian yang berada di pipinya. "Kau begitu kasar sayang," ucap Adrian tak suka. Adrian semakin mendekatkan dirinya ke tubuh Aruna, ia menaiki tubuh Aruna dengan segera agar Aruna tak bisa kabur atau berontak darinya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status