Share

Bertemu

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-29 03:00:06

"Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias.

"Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya.

"Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.

Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya.

"Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil.

"Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tidak Yakin

    Mendengar kabar tersebut, raut wajah Abah Kiyai berubah. Beliau mengangguk pelan, mengerti situasi yang sedang terjadi."Baiklah, kalau begitu Abah akan segera ke puskesmas sekarang. Terima kasih, Nak." Beliau pun segera beranjak, mengambil peci dan tas kecilnya."Assalamualaikum," ucap Abah Kiyai, siap berangkat."Walaikumsalam, Bah," jawab Ali sambil mengikuti Abah ke luar.Ketika Abah Kiyai hendak masuk ke mobil, namun ternyata sopir pribadinya saat ini sedang mengemudikan mobil umum pesantren untuk menuju Puskesmas. Abah Kiyai tampak bingung sejenak, memikirkan cara terbaik untuk segera sampai ke puskesmas.Melihat situasi itu, Ali mendekat, menawarkan diri dengan sigap, "Abah, kalau tidak keberatan, biar saya saja yang menyupiri."Abah Kiyai memandang Ali sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu bisa menyetir, Nak?"Ali tersenyum kecil, menundukkan kepala, dan dengan penuh percaya diri menjawab, "InsyaAllah bisa, Bah."

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tragedi

    "Selamat siang anak-anak. Assalamualaikum." Suasana di kelas tiba-tiba senyap saat seorang guru muda memasuki ruangan, suaranya lembut namun tegas."Selamat siang, Pak Reza. Walaikumsalam," balas semua siswa siswi serempak sembari berhamburan duduk di kursi masing-masing.Kedatangan pak Reza, membuat Nisa menghela napas lega. Ia merasa terselamatkan dari pertanyaan Zahra yang mengimitasinya. Ia menundukkan kepala, pura-pura sibuk mengambil buku catatan di dalam tasnya, sementara Zahra mendengus kesal sebab rasa penasarannya belum tuntas.Kedatangan guru muda itu memberi kesempatan bagi Nisa untuk mengalihkan fokus dan meredakan kegugupannya. Guru yang baru datang itu bernama Pak Reza, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang baru beberapa bulan ini mengajar di sekolah mereka. "Sebelum kita memulai pelajaran, Bapak ingin mengucapkan selamat kepada Nisa atas kemenangannya. Tetap semangat, dan jangan pernah berubah untuk menjadi anak yang rendah hati

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ternyata....

    _Allah hu Akbar Allahu Akbar La ilahhaillah_"Astaghfirullah...!! Udah selesai qomat..!" Pekik Nisa. Ia tak sadar telah larut dalam adzan yang di kumandangkan Ali."Haduh telat aku," ucap Nisa. Ia segera berlari menuju masjid sambil memakai mukena.Nisa tergesa-gesa berlari menuju masjid, tak ingin mendapat hukuman karena telat sholat berjamaah . Hatinya masih bergetar karena adzan yang dikumandangkan Ali tadi begitu menyentuh. Suara Ali yang lembut namun tegas, membuatnya larut hingga tanpa sadar ia hampir saja tertinggal shalat."Suara siapa tadi ya?" gumam Nisa bertanya-tanya.Sesampainya di masjid, Nisa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur napas yang tersengal-sengal. Dengan langkah ringan, ia segera masuk dan mencari tempat di shaf perempuan, menyelip di antara jamaah yang sudah bersiap melaksanakan shalat. Tepat pada saat ia selesai mengatur mukenanya, imam memulai takbir, dan Nisa pun tenggelam dalam kekhusyukan shalat, menc

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suara Emas

    Semua orang sedang menunggu Nisa berbicara dengan cemas, hanya Bapak Aisyah yang nampak acuh."Syaratnya harus menunggu Aisyah lulus sekolah. Biarlah, Ais, menyelesaikan pendidikannya agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Izinkan juga Aisyah untuk mempersiapkan hati berumah tangga Tante, Om," ujar Nisa mengeluarkan pendapatnya.Umi Kulsum menatap Nisa dengan bangga dan tersenyum haru. Ia salut dengan keberanian dan kecerdasan gadis itu. Selain cantik fisik, Nisa juga berhati baik, selalu memikirkan keadaan orang lain."Menurut saya, pendapat Nisa patut dipertimbangkan, Bu, Bapak. Kasihan Aisyah, biarkan dia menyiapkan mental untuk menghadapi hari-hari selanjutnya. Pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua insan, tetapi juga mempertemukan dua keluarga besar, dua pandangan hidup, dan dua jiwa yang harus siap dalam segala hal. Waktu yang cukup akan membuat semua pihak lebih matang dan siap menjalani amanah ini," ujar Umi Kulsum, suaranya penuh ketulusan.Bapak Aisyah tetap ter

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Syarat dari Nisa

    Hari Jum'at pun telah tiba, beruntung Ibunya Nisa tak dapat datang apalagi uang saku Nisa masih cukup membuat dirinya lega. Setidaknya sang Ibu tak mengkuatirkan kondisi luka-lukanya yang belum begitu pulih."Loh, Ais, kenapa kamu mau pulang?" tanya Nisa saat melihat Aisyah memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. Apalagi wajah sahabatnya itu memamerah menahan tangis."A-aku, akan boyong, Nis. Aku juga harus putus sekolah," balas Aisyah semakin terisak."Loh, kenapa? Kamu akan menikah?" desak Zahra.Aisyah tak menjawab, hanya anggukan kepala yang ia berikan sambil terus mengemas baju-bajunya ke dalam tas, setiap lipatan terasa berat, seperti menambah beban di hatinya. Begitu semua pakaian sudah rapi tersusun, Aisyah tak bisa lagi menahan perasaannya. Tubuhnya bergetar, dan akhirnya ia terduduk di lantai. Ia menelangkupkan wajahnya di telapak tangan, membiarkan air mata yang ia tahan sejak tadi mengalir deras.Isakannya terdengar pilu, memenu

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Penyelamatan Nisa dan Zahra

    Para santri berdiri terpaku, menahan napas di tengah keheningan malam. Di sekeliling mereka, hanya terdengar suara angin yang menggoyang dedaunan, membawa hawa dingin yang membuat bulu kuduk meremang.“Eh, tunggu-tunggu. Kalian dengar kan ada yang minta tolong,” ujar salah satu santri dengan nada ragu, sambil memandang teman-temannya.“Tolong…!!” teriak lirih suara wanita dari kejauhan, memecah kesunyian.Para santri saling bertatapan, kecemasan tersirat di mata mereka. Detik berikutnya, mereka serentak menoleh ke arah asal suara, memastikan bahwa mereka tidak salah dengar.“Tuh... Dari sana,” tunjuk seorang santri, wajahnya tegang.Mereka menyoroti senter ke arah gelap, mencoba mengintip apa yang tersembunyi di balik bayang-bayang pohon besar.“Iya, itu suara Zahra,” sahut santri lain, menguatkan dugaannya.Mereka semua semakin waspada, tubuh-tubuh mereka terasa kaku dalam ketegangan yang tak kunjung reda.“Zah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status