Rahasia Panas Cinta Terlarang

Rahasia Panas Cinta Terlarang

last updateLast Updated : 2025-05-31
By:  Sri_EahyuniUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
107Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Cinta lima langkah terdengar begitu indah, tetapi bagi Reva dan Nathan, setiap langkah justru dipenuhi duri. Cinta mereka ditentang oleh kedua orang tua, bukan tanpa alasan. Rahasia masa lalu dan perbedaan prinsip membuat hubungan mereka dianggap mustahil. Namun, Reva dan Nathan percaya bahwa cinta sejati layak diperjuangkan. Mampukah mereka bertahan melewati badai dan membuktikan bahwa cinta lebih kuat dari segalanya? Ataukah mereka harus menyerah dan mengakui bahwa cinta mereka memang sepahit pare? Ikuti kisah Reva dan Nathan dalam "Cjnta Terhalang Mitos Jalan Raya", sebuah perjalanan penuh liku, air mata, dan perjuangan menemukan arti cinta yang sesungguhnya.

View More

Chapter 1

Jalan Raya Pemisah Cinta

Jalan Raya Pemisah Cinta

"Wis mulai belajar nakal, to?!"

Suara Rindi melengking dari ambang pintu kamar Reva. Tangannya mencengkeram daun pintu erat, tubuhnya sedikit bergetar menahan amarah.

"Sudah Ibu bilang, kamu itu nggak boleh hubung-hubungan sama Nathan! Kamu pikir kamu siapa? Dia itu anak orang kaya, Reva! Nduk, Ibu ini nggak mau kamu ngelakoni urip sengsara! Ibu nggak mau kamu dihinak-hinakan keluargane Nathan!"

Napas Rindi mulai tersengal. Suaranya parau karena terlalu banyak berteriak. Tapi kali ini, bukan hanya dia yang menangis. Reva juga sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Isaknya tertahan di balik bantal, tubuhnya gemetar.

Pintu kamar yang tak terkunci membuat Rindi dengan mudah menerobos masuk. Matanya merah, napasnya naik-turun, tanda emosinya sudah di ubun-ubun.

"Wis pirang-pirang wong teko melamar kamu! Tapi kamu nolak kabeh! Ngene iki jebule alesane?!"

Reva semakin menggigit bibirnya, mencoba menahan sesak di dadanya yang makin menjadi-jadi.

Karena aku cinta, Bu! Aku sayang Mas Nathan!

Tapi kata-kata itu hanya berputar di dalam kepalanya. Ia tak berani mengucapkannya.

Sejak masih kelas dua SMA, sudah banyak orang datang melamarnya. Mereka bahkan rela menunggu sampai ia lulus sekolah. Waktu itu, Prabu—bapaknya—menolak dengan alasan Reva harus fokus belajar. Tapi begitu ia lulus, malah makin banyak yang datang.

Giliran Reva yang menolak.

Bukan karena ia tak ingin menikah. Bukan. Tapi karena hatinya sudah penuh oleh satu nama, Nathan.

Saat itu, ibunya masih mendukungnya. Tapi ternyata bukan karena ia memahami perasaan putrinya. Rindi hanya ingin Reva tetap di rumah, tetap bisa mengurus Liana, adiknya, supaya ia bisa lebih leluasa bekerja di kebun.

Namun, semua berubah sejak Rindi tahu Reva menjalin hubungan dengan Nathan.

"Ibu sudah bilang, kamu sama Nathan itu nggak mungkin! Hubungan kalian cuma bakal medot dalan!"

Reva semakin mengepalkan tangan di balik selimut. Hatinya terasa ngilu.

"Reva, Nduk ... dengarkan Ibu, lelakimu itu harus yang jelas! Kamu itu kembang desa, masih ranum, masih seger. Banyak kumbang kepengin nyedot nektarmu!" Rindi menghela napas panjang. "Ibu takut, Nduk ... takut Nathan itu cuma main-main. Lelaki itu nggak bawa aib, tapi perempuan? Sekali jatuh, seumur hidup bakal dicap jelek!"

Reva terisak. Tangannya mengepal, berusaha menahan luka yang makin dalam di hatinya.

"Tolong, Reva. Lepaskan Nathan. Ojo nganti kedhisikan petaka! Ibu nggak pengin kamu ngalami nasib sengsara!"

Semua terasa samar setelah itu. Reva tak lagi mendengar ocehan ibunya. Dadanya sudah terlalu penuh, kepalanya berat. Perlahan, matanya menutup.

---

Saat ia terbangun, jam di ponselnya menunjukkan pukul tiga dini hari.

Reva buru-buru mengecek notifikasi. Hatinya berharap ada pesan dari Nathan—setidaknya menanyakan keadaannya setelah tertangkap basah. Tapi layar ponsel tetap sepi. Tak ada satu pun pesan masuk.

Hatinya mulai sesak.

Mas Nathan nggak nyari aku?

Nggak khawatir aku dimarahi?

Reva menggigit bibirnya. Ada sesuatu yang mulai menyusup ke dalam dadanya. Rasa sakit yang baru, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Jangan-jangan, Mas Nathan memang nggak sekeras itu memperjuangkanku?

Tangannya gemetar saat meletakkan ponsel di samping bantal. Matanya masih sembab, tapi pikirannya justru semakin terang.

Apa ibu benar? Apa aku memang harus mengakhiri semuanya?

Reva menarik napas dalam, tapi dadanya tetap terasa berat. Ia membalikkan badan, menatap langit-langit kamar yang gelap. Di luar, suara jangkrik bersahut-sahutan, sesekali terdengar lolongan anjing dari kejauhan. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya atau mungkin hatinya yang terlalu gaduh?

Ia mengeratkan selimut ke tubuhnya, tapi dinginnya tetap menelusup hingga ke tulang. Matanya menatap lurus ke arah ponsel yang kini tergeletak di sampingnya. Tiba-tiba, muncul keinginan untuk mengirim pesan Nathan.

‘Kalau dia nggak hubungi aku, kenapa aku nggak hubungi dia dulu?’

Tapi jari-jarinya hanya diam, tak berani menekan ikon chatt. Ada rasa gengsi yang menahannya, sekaligus ketakutan kalau Nathan benar-benar tak ingin berbicara dengannya.

Pikiran itu membuat matanya kembali panas.

Ia menarik selimut sampai menutupi wajahnya, berusaha menahan isakan yang hampir lolos.

Kalau aku WA dia, terus dia nggak balas gimana?

Atau malah jawabnya dingin?

Tiba-tiba, ia teringat kejadian tadi sore. Bagaimana ayahnya menyeretnya pulang dengan wajah penuh amarah. Bagaimana ibunya memakinya habis-habisan, seolah ia telah melakukan dosa besar.

"Kamu itu seperti kembang yang baru mekar. Masih ranum, segar. Makanya banyak kumbang datang mendekat, ingin menghisap nektarmu. Ibu takut, Nduk. Takut Nathan hanya ingin menghisapmu lalu pergi…"

Kata-kata ibunya kembali terngiang. Membuat hatinya semakin nyeri.

Jangan-jangan … benar kata Ibu?

Jangan-jangan, aku memang cuma mainan buat Nathan?

Reva menggeleng, menepis pikiran itu. Tapi semakin ia mencoba menolaknya, semakin kuat suara itu menggema di kepalanya.

Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya lagi. Kali ini bukan untuk mengecek pesan, tapi untuk melihat foto Nathan.

Ia membuka galeri, menelusuri foto-foto mereka berdua yang dulu diambil diam-diam. Ada yang di bawah pohon jambu, ada yang di pinggir sawah saat Nathan membawanya naik motor.

Reva tersenyum kecil melihat salah satu foto Nathan yang candid, wajahnya tampak serius saat mengikat tali sepatunya.

Dulu, ia merasa dunia ini hanya milik mereka berdua.

Tapi sekarang?

Dunia terasa terlalu besar.

Dan Nathan terasa terlalu jauh.

Air matanya jatuh tanpa suara.

Di luar, azan Subuh berkumandang. Membelah keheningan.

Reva menutup galeri ponselnya, lalu bangkit dari tempat tidur.

Mungkin, ini pertanda. Mungkin, ini waktunya dia benar-benar melepaskan Nathan.

Tapi, bisakah ia melakukannya?

---

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
107 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status