Share

Wasiat Abah

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2025-06-05 22:16:44

Menjelang waktu Dzuhur, suasana pondok menjadi lebih hidup dengan kedatangan Ibu Nisa. Wanita paruh baya yang menjadi seorang single parent itu tiba bersama adik lelakinya dan sang istri. Mereka membawa nasi tumpeng, lengkap dengan lauk pauk khas, sebagai bentuk rasa syukur atas kelulusan Nisa dari pondok. Hal ini adalah tradisi yang umum dilakukan santri ketika boyong, seperti yang di lakukan orang tua Aisyah kemarin lusa. Hanya papanya Zahra lah yang mengabaikan hal itu.

Setelah sholat Dzuhur, para santri berkumpul di aula utama pondok. Nasi tumpeng itu diletakkan di atas meja, dikelilingi Abah Kiai, Umi Nyai, dan para santri. Doa bersama dipimpin oleh Abah Kiai dengan penuh khidmat, memohon keberkahan dan kesuksesan bagi Nisa di masa depan.

Setelah acara makan bersama selesai, Ibu Nisa mendekati Abah Kiai dan Umi Nyai. Ia tersenyum lembut, lalu menundukkan kepala dengan penuh hormat.

"Abah, Umi, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ancaman Ustadz Mahfud

    Suasana malam di rumah duka Abah Kiyai Zubair dan Umi Kulsum masih dipenuhi oleh para pelayat yang datang silih berganti dari berbagai penjuru kota. Meski jenazah keduanya telah dimakamkan, duka mendalam tetap menyelimuti keluarga dan masyarakat yang selama ini menjadikan Abah Kiyai dan Umi Kulsum sebagai panutan.Doa-doa terus bergema, mengiringi kepergian sang kiyai dan istrinya dengan lantunan kalimat suci yang penuh haru, menciptakan suasana yang syahdu namun penuh kesedihan.Di tengah kerumunan pelayat, terdengar bisik-bisik yang mencerminkan kekhawatiran banyak orang."Pemimpin pesantren telah tiada. Lalu bagaimana nasib para santri? Apakah mereka harus pindah karena pesantren ini tak punya pemimpin lagi?""Ya, beginilah jadinya kalau pesantren tak memiliki penerus," sahut yang lain dengan nada khawatir."Kan masih ada keluarga kiyai, juga ustaz dan ustazah yang bisa mengurus pesantren ini," ucap seseorang mencoba menenangkan.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Abah Kecelakaan

    Ali menatap Abah dengan mata terbelalak, sulit percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Suaranya nyaris tercekat. “A-apa maksud Abah? Abah... Abah sedang bercanda, kan?”Umi Kulsum, yang sejak tadi duduk di samping sang suami sambil mendengarkan, akhirnya angkat bicara. Suaranya lembut, tetapi sarat dengan keyakinan.“Ali, ini bukan candaan,” Umi memulai. “Kami sudah membicarakan ini sebelum berbicara denganmu, Nak. Beberapa minggu terakhir, Umi dan Abah bermimpi. Dalam mimpi itu, kami pergi jauh, meninggalkan pesantren ini. Di belakang kami, pesantren dilanda konflik besar, perebutan hak waris, dan bahkan terancam dihancurkan untuk menghindari perselisihan.”Ali tertegun. Matanya kini berpindah ke arah Umi, mencari penjelasan lebih jauh.“Dan dalam mimpi itu, Nak,” lanjut Umi dengan suara yang sedikit bergetar, “hanya kamulah yang mampu menyelamatkan pesantren ini. Kamulah yang berdiri di garda terdepan, mempertahankan nama baik pondok dan

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Wasiat Abah

    Menjelang waktu Dzuhur, suasana pondok menjadi lebih hidup dengan kedatangan Ibu Nisa. Wanita paruh baya yang menjadi seorang single parent itu tiba bersama adik lelakinya dan sang istri. Mereka membawa nasi tumpeng, lengkap dengan lauk pauk khas, sebagai bentuk rasa syukur atas kelulusan Nisa dari pondok. Hal ini adalah tradisi yang umum dilakukan santri ketika boyong, seperti yang di lakukan orang tua Aisyah kemarin lusa. Hanya papanya Zahra lah yang mengabaikan hal itu.Setelah sholat Dzuhur, para santri berkumpul di aula utama pondok. Nasi tumpeng itu diletakkan di atas meja, dikelilingi Abah Kiai, Umi Nyai, dan para santri. Doa bersama dipimpin oleh Abah Kiai dengan penuh khidmat, memohon keberkahan dan kesuksesan bagi Nisa di masa depan.Setelah acara makan bersama selesai, Ibu Nisa mendekati Abah Kiai dan Umi Nyai. Ia tersenyum lembut, lalu menundukkan kepala dengan penuh hormat."Abah, Umi, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Keluarga Zahra

    "Bukan ganti, Ra. Jadi sebenarnya dari awal yang di jodohin sama aku tuh mas Damar, anak bungsunya pak Karim. Tapi Bapak dan mamak salah tangkap jadinya ya gitu deh," balas Aisyah merasa tak enak hati sembari tertawa kecil."Oohh.... Gitu....!" sahut Zahra dan Nisa bersamaan. Teman-temannya yang laiinya hanya mendengar menyimak sebab mereka tak tahu permasalahan Aisyah."Wah kalau gitu aku enggak jadi galau dong, karena sahabat aku ternyata mendapat suami yang sesuai ekspetasi. Nanti malam saat MP jangan sungkan-sungkan ya, Ais," goda Zahra dengan jail."Apaan sih, Ra. Jangan gitu dong nanti mas Damar malah mikir yang aneh-aneh," jawab Aisyah tersipu malu."Mas Damar, jaga Aisyah ya, jangan pernah sakiti dia. Kalau sampai dia nangis, awas aja, aku bisa datang tengah malam bawa pasukan," ujar Zahra setengah bercanda, tapi dengan nada yang mengisyaratkan keseriusan tanpa merespon Aisyah.Aisyah menoleh ke Zahra dengan pipi memerah. "Ra, ka

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Pernikahan Aisyah

    Umi meraih tangan Aisyah dan menggenggamnya erat. "Dan ingatlah, Nak, pondok ini akan selalu menjadi rumahmu. Ketika kamu rindu atau merasa butuh bimbingan, pintu kami selalu terbuka."Aisyah tidak bisa menahan air matanya. "Terima kasih, Abah, Umi. Doakan saya agar bisa menjaga amanah ini dengan baik."Abah tersenyum, lalu menutup dengan doa panjang untuk keberkahan pernikahan Aisyah. Setelah itu, Aisyah kembali bersalaman dan memeluk mereka dengan penuh haru, menyimpan dalam hati setiap kata nasihat yang diberikan.***Dua hari kemudian, setelah selesai sholat ashar para santri bersiap untuk menghadiri acara pernikahan Aisyah. Mereka mengumpulkan uang untuk memberi amplop sang pengantin dan menjadikannya satu.Para santri menyater bus, Zahra dan Nisa sengaja akan boyong besok pagi dan ingin menempatkan menghadiri pernikahan Aisyah bersama para santri."Nis, aku bayangin suami Ais kok ngeri ya. Terus pas malam pertama....."

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Pesan Umi dan Abah

    Delapan belas bulan kemudian.Setelah malam itu, Nisa dan Ali semakin dekat dan banyak berinteraksi tanpa rasa canggung. Sedikit pun Ali tak pernah menyinggung tentang perasaan lagi membuat Nisa nyaman berteman dengannya.Tidak hanya Nisa saja melainkan juga Aisyah, Zahra, Rafiq dan Abah Kiyai. Iya, Abah kiyai menyukai kesungguhan Ali yang benar-benar serius belajar menjadi manusia lebih baik.Pagi ini menjelang siang kelima santri sedang berunding di dalam perpustakaan. Hubungan mereka terjalin erat sebagai sahabat, Rafiq dan Zahra sudah ikhlas menerima bila orang yang mereka sayangi tidak dapat ia raih, karena sesungguhnya semua itu rahasia Allah SWT."Enggak nyangka ya, sebentar lagi kita akan berpisah. Padahal aku sangat nyaman dan senang bisa ada di sini dan mengenal kalian," ucap Zahra setelah keheningan beberapa saat."Betul, dan setelah ini masa mudaku akan habis. Aku harus menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Kalian semua b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status