Risa hanya terdiam ketika Dion meminta keluar dengannya, "Saya harus selesaikan pekerjaan saya dulu. Bisakah bapak menunggu sebentar? "Kata-kata Risa tentu saja membuat Leon terkejut, Risa terlihat mudah sekali menerima ajakan dari Dion. Sedangkan dia selalu mendapat penolakan dari Risa.Leon tentu saja curiga dengan hubungan mereka. Begitu juga dengan Lisa, dia langsung melirik ke arah Leon. Namun mereka tidak bisa memaksa Risa untuk mengikuti kemauan mereka.Risa dengan profesional menyelesaikan tugasnya, Dion menatap istrinya tanpa henti. Baru kali ini dia menyaksikan bagaimana pekerjaan istrinya dan menurutnya itu sangat melelahkan.Pantas saja jika sudah sampai rumah Risa lebih suka langsung tidur karena terlalu lelah. Kini dia bisa memahami bagaimana dia harus bersikap kepada Risa. Dion juga harus memaklumi karena istrinya bekerja sebagai seorang designer.Dion masih belum mengetahui jika istrinyalah pemilik butik ini, sehingga diapun tidak berani meminta Risa untuk segera meme
Daniar benar-benar kecewa dengan sikap Daren, akhirnya dia meminta ijin pada Risa untuk bergabung makan siang dengan mereka. Risa cukup terkejut dengan keinginan Daniar, bahkan dia tidak peduli dengan kepergian Daren.Dion yang masih tidak mempedulikan kehadiran Daniar hanya bisa menggerutu dalam hatinya, "Ngapain sih Daniar malah mengganggu makan siangnya dengan Risa."Risa sendiri tidak ambil pusing, dia segera menyelesaikan makannya karena harus segera kembali ke butik. Sedangkan Daniar justru memperlambat makannya agar bisa berlama-lama menatap Dion.Risa kemudian mengakhiri makan siangnya dan segera bersiap kembali ke butiknya. Begitupun Dion, melihat istrinya bangkit dari tempat duduknya dia segera mengikuti istrinya. Tinggallah Daniar yang tercengang melihat mereka meninggalkannya."Loh, kalian sudah selesai. Bagaimana dengan aku? Apakah kak Dion mau menemaniku disini? " Dion menyipitkan matanya mendengar permintaan Daniar. "Aku tidak punya waktu, karena aku harus segera mengan
"Ini gila! Aku tidak menyangka sama sekali jika aku sudah melakukan kesalahan besar selama ini. Bahkan aku tidak menyadari siapa tunanganku yang sebenarnya. Hhh..benar-benar bodoh!"Daren terhenyak mengetahui kenyataan tentang Daniar yang sebenarnya. Daren ingin sekali melampiaskan kemarahannya, namun dia masih bingung dengan kenyataan yang sekarang sedang dihadapinya.Vanesa dan Regina hanya saling berpandangan, Regina baru mengetahui jika ternyata kakaknya selama ini dalam tekanan yang luar biasa. Cintanya malah dia abaikan demi dirinya, pantas saja selama ini Regina sering melihat Vanesa termenung sendirian."Sudahlah mas, aku sudah mengikhlaskan kamu dengan Daniar. Mungkin kita tidak berjodoh." Mata Daniar menatap tajam pada Vanesa, "Tidak, aku tidak akan melanjutkan pertunanganku dengan seorang perempuan yang tidak punya hati! "Vanesa tersentak kaget, "Maksudnya, mas mau melakukan apa setelah tau perbuatan Daniar. Mas tidak mengenal Daniar rupanya? " Kini gantian Daren yang mera
Daniar kini dilanda kecemasan yang luar biasa, tidak disangka Bara mantan suaminya sudah keluar dari penjara. Bukankah seharusnya 2 tahun lagi dia baru dibebaskan? Daniar segera menghubungi Daren, namun sudah berkali-kali dirinya menelfon tunangannya namun tidak diangkat.Di sebuah rumah kosan yang sempit, seorang laki-laki sedang tersenyum jahat. Dia adalah Bara, mantan suami Daniar yang ingin memeras dan membalas dendam karena gara-gara Daniar dia bisa mendekam dipenjara.Bara divonis hukuman penjara selama 5 tahun karena perbuatannya, termasuk terlibat kasus membantu menghilangkan nyawa orang lain. Bara tidak mau hanya dia yang menanggung derita, dia akan membuat perhitungan dengan Daniar."Vanesa, aku minta maaf ternyata selama ini aku mengira kamu meninggalkan aku karena menikahi laki-laki lain! " Tatapan sendu Daren membuat Vanesa akhirnya luluh juga, ternyata selama ini Daren juga menjadi korban dari keserakahan Daniar."Iya mas, aku percaya. Mungkin Daniar sudah menceritakan t
Bara mulai meneror Daniar, dia terus-menerus minta uang pada Daniar. Akhirnya karena sudah pusing menerima cacian dan umpatan dari Bara, Daniar menyewa seseorang untuk melenyapkan nyawa mantan suaminya.Meskipun akhirnya Daniar harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari kantongnya. Daren sampai kini tidak pernah menemuinya lagi, padahal Daniar sudah berusaha mencarinya kemana-mana.Semakin lama sikap Daniar semakin agresif, bahkan kini mengeluarkan kata-kata kotor dan makian menjadi kebiasaannya. Akhirnya Daren menemui Daniar juga, kini mereka bertemu di caffe tempat awal mereka bertemu."Apa kabar sayang, kemana saja kamu selama ini. Aku sudah sangat merindukanmu! " Daren mendelik mendengar kata-kata Daniar, dia sudah muak melihat wajah Daniar yang bermuka manis padanya."Aku kesini bukan untuk kangen-kangenan, langsung saja ya Daniar. Aku ingin kita putus, karena hubungan kita memang tidak sehat! " Duarrrr...!! Daniar seperti disambar petir ketika mendengar permintaan Daren.Ti
Kini Daniar sedang mencari orang yang akan mengeksekusi Bara, dia tidak mau mengambil resiko lagi dengan membiarkan Bara mengganggu ketenangan hidupnya.Setelah mencari informasi kesana kemari akhirnya didapatlah nama Baron, seorang pembunuh bayaran yang bisa menjaga rahasianya tetap aman. Dia sudah terkenal sangat rapi dalam melakukan pekerjaannya.Meskipun tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk membayar Baron namun Daniar tidak peduli. Dia masih memiliki sedikit uang simpanan yang dia tabung selama menjadi tunangan Daren.Baron menyanggupi permintaan Daniar sesuai perjanjian meskipun awalnya dia menolak. Tapi Daniar terus memaksanya, bahkan berkali-kali memintanya untuk membantunya."Baiklah aku akan membantumu dengan catatan aku dibayar lunas diawal karena aku tidak mau tertipu." Baron sudah memahami sikap orang-orang seperti Daniar. Dia tidak mau dirinya nanti yang dijadikan tumbal dan harus menanggung akibatnya."Ya aku akan transfer uangnya sesuai dengan permintaanmu! "
Kening Dion langsung berkerut saat melihat Daren datang ke perusahaan. Dia merasa heran karena tidak biasa-biasanya Daren sengaja ingin bertemu dengannya.Kembarannya ini bukan tipe laki-laki yang perhatian dalam urusan perusahaan. Namun Dion hanya menunggu apa yang akan dilakukan saudara kembarnya."Sorry, ada waktu ngga Yon? Aku ada berita tentang Vanesa." Alis mata Dion langsung terangkat mendengar kata-kata Daren. Seingat Dion, Vanesa adalah orang yang pernah Daren cintai namun menghilang saat Daren ingin serius dengannya."Vanesa! Ada apa memangnya dengan dia?" Daren menelan ludahnya dengan kasar, "Aku baru saja bertemu dengannya tanpa sengaja." Dion yang dari tadi masih menandatangani berkasnya langsung berhenti dan menatap wajah kembarannya."Maksudmu Vanesa ada disini? " Dion mengangguk, kemudian duduk di sofa sambil menyelonjorkan kakinya. "Aku senang bertemu dengannya, setelah itu aku memutuskan Daniar! "Kata-kata yang baru saja Dion dengar membuatnya bernafas dengan lega.
Peluh Daniar sudah mengucur dipelipisnya, padahal Ac dimobilnya sangat dingin. Daniar benar-benar terpaku karena melihat seringai menakutkan dari orang yang mirip dengan Bara diatas motor yang menyalipnya."Tiiin...tiiin..tiin, bunyi klakson dibelakang Daniar mulai bersahutan dan mengagetkan dirinya. Tangannya langsung bergerak menuju setirnya dan Daniar menjalankan mobilnya perlahan.Terdengar caci maki dan sumpah serapah orang-orang dibelakangnya yang sudah tidak sabar ingin segera meninggalkan tempat tersebut. Daniar mencoba menenangkan dirinya dan melihat kembali orang yang tadi membuatnya ketakutan.Sambil matanya mulai mencari sosok tadi, Daniar memikirkan kembali foto-foto yang sudah dia terima dari Baron beberapa jam yang lalu. "Ah..tidak mungkin itu Bara, bukankan Baron sudah melenyapkannya? "Daniar masih terus bertanya-tanya dalam hatinya. Meskipun tadi dia sempat ketakutan namun dia mencoba mengingatkan dirinya jika Bara sudah berbeda alam dengannya kini.Saat ini Daniar k