Leon langsung mengangkat kepalanya, mencari asal suara letusan senapan api yang baru saja didengarnya. Perasaannya seketika tak nyaman, ada firasat yang mengatakan Audrey dalam bahaya.
Leon berlari mencari Audrey. Tak lama kemudian, dilihatnya Audrey sedang duduk meringkuk, menutup kedua telinganya, dan Lody sedang berdiri di depannya memegang sebuah senapan api.
“Lody!”
“Tuan Muda Leon, cukup berdiri di situ, jangan pernah selangkah pun maju mendekat,” ucap Lody datar. Lody memunggungi Leon, menutupi sosoknya. Wajah Lody kali ini benar-benar bukan seperti Lody yang biasanya. Di balik kacamata ada tatapan tajam membunuh, yang tak bisa dimengerti orang lain. Kedua matanya berkilat.
Sebuah batang pohon yang tak jauh dari mereka berada mengeluarkan sedikit asap karena terkena hunjaman peluru dari pistol milik Lody.
Leon tak berani mendekat, jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya, dia tak ingin Audrey terluka. Leon tahu
Lody mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian memukul setir, ada rasa sesal di dalam dadanya.Sungguh, dia tak berniat melakukan hal seperti tadi pada Audrey. Entah kenapa, emosinya terpancing begitu saja sesaat dia mendengar Audrey seakan ‘melawan’ melalui setiap kalimat yang terlontar dari bibir tipisnya.“Aku tahu, tak seharusnya aku melakukan hal seperti yang kulakukan pada Audrey. Aku hanya membuatnya semakin takut dan tertekan!” maki Lody pada dirinya sendiri.Lody menunggu di sebuah danau yang tak jauh dari tempatnya semula menemui Audrey. Dia turun dari dalam mobil, dan berjalan ke arah jembatan kayu dan duduk di tepi. Seperti biasa, Lody menyalakan sebatang rokok dan bersandar pada tiang jembatan.Kedua matanya menerawang jauh, pikirannya melayang entah ke mana. Air danau yang tenang, embusan angin yang mempermainkan rambut-rambut halus Lody, membuatnya seakan membeku di tempat. Tak ada yang tahu apa yang berada di dalam p
Lody tak peduli ketika Audrey terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Lody.“Apa kau tak bisa bersikap lebih tenang, dengan kelakuanmu seperti itu, sebentar-sebentar mengeluarkan sumpah serapah dari bibirmu, lalu berontak berusaha melepas genggamanku, kau tahu kalau kita terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar!” sungut Lody tak tahan dengan kalimat-kalimat kasar yang keluar dari mulut Audrey.“Lody, lepas! Aku benar-benar tak mengerti kenapa kau dan Chris begitu keras kepala. Sekarang, kau mau membawaku ke mana?!”Lody menarik paksa Audrey, lalu membuka pintu mobil dan mendorong bahu Audrey masuk ke dalam mobil tanpa memberikan Audrey kesempatan lebih banyak untuk memakinya.Kemudian Lody masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.“Sekarang kumohon, jangan terlalu banyak mengeluarkan sumpah serapah. Aku benar-benar jengkel mendengar suaramu!”Audrey terdiam. Kedua matanya b
Lody terbelalak melihat apa yang dilakukan Chris pada Audrey. Kedua tangannya mengepal di samping tubuhnya, membenamkan kuku-kukunya hingga kulit telapaknya memerah. Chris sepertinya masih belum puas melampiaskan kemarahannya pada Audrey. Dia menoleh ke arah Lody yang memunggungi keduanya. “Lody, panggil dua orang pengawal di luar, seret Nona Logan ke bukit. Aku akan membuatnya menyerahkan Jack padaku, dan akan kubuktikan, aku bisa membuat satu kota melangkahi mayatnya kapan pun dia mau!” Lody tak langsung menggerakkan tubuhnya untuk memanggil kedua pengawal yang berada di luar. Dia hanya diam, bergeming tanpa mengatakan apa pun. Membuat Chris heran. “Kau dengar apa yang kukatakan?” tanya Chris memberi penekanan. Audrey sendiri merasakan sakit di sekujur tubuhnya, seakan seluruh tulang yang berada di dalam tubuhnya dipatahkan hanya dengan sekali sentak. Audrey mengusap bibirnya yang terluka dengan ujung kemeja yan
Lody berlutut di atas tanah kering, satu tangannya terangkat memberi aba-aba pada kedua pengawal itu untuk berhenti melakukan aksinya. “Aku yang akan bertanggungjawab, kalian paham?” ucap Lody datar. Satu tangannya mengangkat kepala Audrey yang tergeletak lemah di atas tanah, kulit wajahnya yang putih begitu kontras dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya, di bawah pantulan cahaya bulan di atas bukit. Saat ini Audrey benar-benar tak lagi bergerak seperti sebelumnya. Dia diam, tak ada gerakan kecil apa pun yang dibuatnya. “Audrey, bangun. Kau bisa mendengarku?” Lody menepuk kedua pipi Audrey, lalu meletakkan telinganya dekat pada bibir Audrey. Masih ada embusan napas yang terasa mengenai kulit wajah Lody saat itu, dia yakin Audrey masih hidup. “Kalian kembali ke villa! Aku akan membawa Audrey ke rumah sakit! Tinggalkan mobil itu di sini, kalian berdua jalan kembali ke tempat Chris!” maki Lody. Apa yang bisa dikatakannya?
Lody bisa bernapas dengan lega ketika dokter menyatakan keadaan Audrey dalam kondisi stabil. Luka-luka di tubuh Audrey pun telah ditangani dengan baik. Hanya saja Audrey mengalami luka dalam akibat pukulan yang diterimanya di bagian punggung.Chris yang tadi sempat berperang dingin dengan Lody saat berada di koridor rumah sakit, akhirnya mengalah dan pergi dengan perasaan dongkol.Audrey telah dipindahkan di ruang kelas I. Lody memutuskan untuk tak langsung kembali ke villa milik Chris, dia memilih untuk diam di rumah sakit dan menemani Audrey sampai dia siuman.“Pasti Jack dan pengasuhnya bingung, karena Audrey belum juga kembali ke rumah. Tapi ... bagaimana aku bisa menghubungi mereka?” ujar Lody sendiri tanpa mengharapkan jawaban apa pun.Lody masih menunggu di luar ruangan sampai Audrey benar-benar siuman, kepalanya terus berdenyut memikirkan apa yang harus dilakukan setelahnya. Pasti keadaan akan menjadi sangat canggung saat nanti dia kem
Nicole masih menatap Lody dengan tatapan curiga. Dia merasa ada yang disembunyikan laki-laki di hadapannya. “Kau tak percaya?” tanya Lody. Gadis muda yang sedang berdiri di depannya dan terus menatap dengan tatapan penuh selidik pun menggelengkan kepalanya. Jelas Nicole merasa ada yang tak beres. Nicole sesekali melirik ke dalam, Jack sedang tertidur di sofa. Pria kecil dan tampan itu berkali-kali bertanya pada Nicole kapa Audrey akan pulang, tapi Nicole tak bisa menjawab apa pun. Berkali-kali dia menghubungi ponsel Audrey, tapi tak ada yang mengangkat. Tidak seperti biasanya, Audrey tak pernah mengacuhkan panggilan telepon darinya. Pasti ada yang salah, pikir Nicole saat itu. Apalagi tiba-tiba saja kedatangan seorang laki-laki yang mengaku jika dia adalah asisten pribadi dari tempat Audrey bekerja, memperkuat dugaan Nicole jika Lody sedang berbohong padanya. “Kami tak mengenalmu. Jadi katakan apa maksud kedatangan Anda k
Chris tertawa kencang mendengar apa yang baru saja dikatakan Lody padanya. Lelucon barusan benar-benar berhasil bagi Chris membuatnya tertawa tanpa henti. “Aku hampir memperkosa tunangan Gerald Wilson? Kau bercanda, bukan?” Sayangnya Lody tak menjawab ‘ya’ melainkan jawaban yang membuat kepala Chris mendadak sakit. “Tidak, aku tidak sedang bercanda denganmu, Tuan Muda Chris. Kau benar-benar hampir melakukannya, dan aku hampir memecahkan kepalanya dengan colt yang kumiliki. Kau sungguh-sungguh tak mengingat apa pun?” Dia telah bekerja lama dengan Chris, dan memahami betul, setiap kali Chris mabuk berat, laki-laki bengis nan tampan itu pasti akan melupakan segala hal, dan mengubah menjadi sosok yang tak memiliki otak dan hati. Bukan hanya sekali atau dua kali Chris bertindak di luar batas saat alkohol menguasai kesadarannya. Itu terbukti dari apa yang telah menimpa Audrey. Di seberang sana, ada tatapan yang mengerikan keluar dari
Elliot terhenyak dengan jawaban yang diberikan Brent padanya. Seberharganyakah saputangan lusuh itu? Kaya, tampan, berkuasa, tak kekurangan sesuatu apa pun. Bahkan Brent mampu membeli lebih dari ribuan saputangan yang sejenis, tapi kenapa justru dia begitu mengagung-agungkan saputangan yang warnanya sendiri sudah hampir memudar? “Benarkah?” tanya Elliot seakan tak percaya yang baru saja didengarnya. Brent mengangguk. “Pemilik saputangan ini telah mencuri segalanya dariku,” kata Brent membuat Elliot semakin penasaran. “Maksudmu?” “Dia telah mencuri masa lalu dan hatiku,” jawab Brent singkat. Masa lalu yang selalu membuatnya teringat dengan paras lembut, polos, milik gadis itu. Beberapa kali dia telah mencoba untuk membuka hati, tapi sosok gadis di masa lalunya itu terlalu kuat untuk dilupakan begitu saja. “Sutradara East, sepertinya kalau kisahku diangkat menjadi sebuah film, akan menjadi box office. Judulnya ‘le