Share

Bab 6. Ada Hubungan Apa?

Christian memaksa Audrey ikut pergi bersamanya di satu mobil. Audrey tak bisa menolak, karena Christian dengan paksa menyeretnya masuk ke dalam mobil. Masih banyak hal yang membuat Chris penasaran padanya, dan dia memaksa Audrey satu mobil dengannya tak lain untuk menginterogasi Audrey.

Audrey menjaga jarak dengan Chris, meski Chris beberapa kali menyuruhnya duduk untuk berdekatan dengannya, Audrey lebih memilih mepet di dekat pintu berjaga-jaga jika Chris melakukan sesuatu maka dengan mudah dia menghancurkan pintu jendela untuk berteriak.

“Kau seperti ketakutan melihatku, apa aku pernah melakukan sesuatu yang buruk padamu?” tanya Chris melihat Audrey melipat kedua kakinya di depan dada, seperti orang yang ketakutan.

Audrey tak mau melihat Chris, bayangan-bayangan itu kembali menyerangnya, tubuhnya dibalut ketakutan yang teramat sangat.

“Hei, wanita! Kau mendadak bisu?!” bentak Chris, membuat Audrey semakin gemetar.

“Tuan Chris, sejak kapan Anda menikah dan punya anak?” tanya Lody dari arah bangku kemudi.

“Entah, coba saja kau tanyakan padanya,” jawab Chris kemudian menunjuk Audrey dengan gerakan kepalanya.

Audrey masih terus mendekap kedua kakinya, rasanya perjalanan dua jam bersama Chris akan seperti berada di neraka. Aroma tubuh Chris membuatnya mual, rasanya ingin berteriak sekuat tenaga. Dia terpaksa meninggalkan mobil miliknya di pelataran parkir karena Chris tak henti-hentinya memaksa dan mengancam tak akan membantu jika dia tak ikut bersamanya.

“Nona, apa benar anak itu anak Tuan Chris?” tanya Lody.

Audrey mengangguk, mulutnya masih membisu. Bagaimana bisa dia duduk dengan tenang bersama pemerkosa brutal yang membuatnya kehilangan segalanya? Benar-benar tersiksa.

Chris benar-benar kehilangan akal untuk membuat Audrey mau berbicara padanya, diacaknya kasar rambut kemudian menatap Audrey. Meski terlihat kurus dan pucat, Chris tak bisa memungkirinya. Perempuan di hadapannya sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Clara. Bibir tipis itu rasanya Chris ingin melumatnya, jika saja Lody tak ada bersamanya di dalam mobil.

Chris terus memperhatikan wajah Audrey. Kedua mata yang menatapnya terlihat begitu bening dan sangat indah, kedua alis tebal, bentuk wajah proporsional, dia tak bisa menyangkal, perempuan ini membangkitkan sesuatu di dalam dirinya.

Chris menjepit dagu Audrey, memaksa Audrey untuk menatapnya. Audrey terpaksa memejamkan kedua matanya, dia tak mau melihat wajah brengsek Chris.

“Kau benar-benar keterlaluan, meminta bantuan padaku, tapi melihatku saja kau tak mau?!” omel Chris.

“Katakan padaku, bagaimana kau bisa mengatakan di hadapan orang banyak kalau itu anakku?!”

Audrey masih saja tak mau berbicara, bahkan menepis tangan Chris dengan kasar dari wajahnya. Audrey terlihat seperti seekor anak kucing yang hendak dibunuh, ketakutannya begitu besar, meski wajah Chris sangat tampan, baginya dia tak lebih seperti iblis di hadapannya.

“Astaga, jangan menjadi bisu seperti ini!”

“K-kau mau aku mengatakan apa?” Audrey akhirnya membuka suara, dia tak mau Chris terus menerus membentaknya lalu melakukan sesuatu kembali pada dirinya. Laki-laki di sampingnya ini tak pernah bisa dipercaya, apalagi dengan reputasinya sebagai Don Juan yang selalu bergonta-ganti perempuan semaunya.

“Katakan padaku, bagaimana kau bisa bilang itu anakku?”

“itu kenyataannya Tuan Chris. Dia benar-benar anakmu,” jawab Audrey dengan pandangan lurus ke depan.

“Ba-bagaimana bisa? Kapan aku tidur denganmu?”

“Kau tak perlu mengingatnya,” jawab Audrey dingin.

“Apa kau mau memerasku?”

Audrey mendengus, lalu tertawa datar. Memeras? Jika dia ingin melakukannya, sejak awal dia bisa memeras Chris, tapi tak pernah dilakukannya. Bertahun-tahun berjuang seorang diri membesarkan Jack, tanpa membuka aib itu, sekarang dia bilang mau memeras?

“Kenapa kau tertawa?”

“Jika kau berpikir aku mau memerasmu, itu adalah hakmu. Untuk memerasmu sangat mudah, mungkin sejak lama kulakukan. Tapi aku tak sejahat dan sekejam dirimu, Tuan Chris,” jawab Audrey sekali lagi.

Entah kenapa Chris merasa terhina dengan kata-kata Audrey barusan. Seandainya saja Lody tak bersamanya, habis sudah Audrey di dalam mobil.

Chris benar-benar gergetan berbicara dengan Audrey yang hanya mau mengeluarkan kalimat sepatah demi sepatah.

“Kau memberikanku teka-teki yang membuat otakku berpikir keras. Siapa dirimu, apakah aku pernah berhubungan denganmu sebelumnya?”

“Kau cukup menolong anakmu, tak perlu bertanya lebih banyak,” jawab Audrey ketus.

Lody sendiri merasa wajah Audrey sangat tak asing. Banyak wanita yang dibawanya untuk menjadi santapan hangat Chris selama bertahun-tahun, tapi dia yakin dia tak pernah menyewa Audrey di tempat pelacuran mana pun. Dia selalu ingat rupa perempuan-perempuan yang dibayarnya untuk melayani nafsu Chris.

“Kau kira mencari identitasmu dan anakmu perkara sulit, hm?” tanya Chris seraya mengangkat satu alisnya. Didekatkan wajahnya pada Audrey, membuat Audrey membelalakkan kedua matanya, napasnya menjadi cepat, diiringi irama debaran jantungnya yang kacau tak beraturan.

Dia lupa, sangat lupa. Chris mampu melakukan segalanya. Audrey meremas kedua tangannya yang berkeringat. Jangan sampai Chris menyuruh orang dan mencari tahu tentang dirinya dan Jack. Dia tak akan pernah mau menyerahkan putera satu-satunya pada bajingan seperti Chris, tak akan pernah.

“Kau tak perlu banyak bertanya. Tugasmu hanya menyelamatkan anakmu. Selebihnya kau anggap saja sebuah kesialan diriku karena harus memohon padamu,” ucap Audrey lagi, membuat Chris berdecak kesal.

“Tak pernah ada yang bermain-main denganku, Nona. Jika sampai aku tahu siapa kau, dan benar anak itu anakku, bersiaplah kau akan kehilangan segalanya,” ancam Chris kemudian tersenyum ketir.

Semoga saja hanya sebuah ancaman, jika Chris memang berniat mencari tahu segalanya, dia harus pergi dari kota kecil itu sesegera mungkin. Dia tak akan pernah bisa hidup tenang jika Chris berusaha mencari tahu kebenaran selama 7 tahun yang telah disembunyikannya selama ini.

“Bisakah kau tak terlalu banyak bertanya? Sebentar lagi kita sampai, kau donorkan darahmu, setelah itu aku tak akan mengganggu kehidupanmu,” kata Audrey pelan.

Tak lama kemudian ketiganya sampai di rumah sakit. Audrey bergegas menghambur keluar dari dalam mobil, benar-benar mual dan muak berada dalam satu mobil bersama Chris. Audrey berlari masuk ke dalam gedung, dibiarkannya Lody dan Chris mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di depan ruang rawat, dilihatnya gadis dari daycare masih berada di sana menunggunya sampai ketiduran.

“Hei, bangunlah,” panggil Audrey serapa menepuk pelan bahu gadis muda itu.

Gadis itu membuka kedua matanya, lega rasanya dia melihat Audrey sudah tiba.

“Syukurlah kau sudah tiba. Dokter sudah beberapa kali balik menanyakan apa sudah ada kabar dari Anda.”

“Tolong katakan pada dokter, aku sudah menemukan pendonor untuk Jack.”

Gadis itu bangkit berdiri dari kursi, kemudian berjalan ke ruang perawat menyampaikan yang baru saja Audrey katakan padanya. Chris dan Lody tampak seperti orang bodoh, mereka berdua berdiri di depan ruangan di mana Jack dirawat tanpa diajak bicara oleh Audrey.

“Cari tahu apa benar anak itu anakku,” bisik Chris pada Lody.

“Bagaimana caranya?”

“Aku akan berpikir caranya nanti,” balas Chris.

“Lalu?”

“Jika dia benar anakku, aku akan mengambilnya. Sekalian cari tahu siapa perempuan yang tak mau menyebutkan namanya daritadi,” kata Chris sekali lagi.

“Baiklah,” jawab Lody menyanggupi permintaan Chris.

“Lakukan secepatnya, karena jika semua benar. Perempuan ini memiliki sesuatu yang lebih berharga dari uang yang kumiliki. Aku mau kau berbicara dengan dokter setelah acara donor darah ini selesai.”

Lody mengangguk meninggalkan Audrey dan Chris berdua.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Noor Azreena Ayin
cerita sangat menarik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status