“Akan ada walikota, beberapa selebriti papan atas, model, dan tentu saja pengusaha yang dipilih secara selektif.”“Selektif?” tanya Ariston menatap sekretarinya bingung.“Kalau kita mengundang semua pengusaha yang ingin hadir, kemungkinan keinginanmu untuk mengadakan pesta privat tidak akan tercapai, Ariston. Kau mau itu terjadi? Aku sudah menyeleksinya dengan ketat dan tentu saja dengan susah payah.”“Bagaimana kau menentukan mana yang harus diundang dan mana yang tidak, White?”White—wanita berambut pirang sebahu—tersenyum lebar. “Tentu saja dengan melihat manfaat dan potensi perusahaan mereka. Kita tidak membutuhkan pecundang yang hanya tahu bagaimana menjilat tentunya? Dan ini pesta perusahaan, tamu yang hadir harus orang-orang yang berpotensi.”“Dan sejak kapan model dan selebriti memiliki potensi dalam perusahaanku?”White memutar mata mendengarnya. “Mereka bisa menjadi ikon dalam mengiklankan yacht-yacht mewahmu itu, Ariston. Jangan mengabaikan kekuatan pesona seorang wanita.”
Hamil, bunuh diri, surat, telepon, diikuti dan terakhir kematian.Presley mengamati pola yang dia bentuk di dinding kamar apartemennya. Sepasang visual tajamnya mengamati setiap kata dengan lekat, seakan ingin mencari misteri dibalik setiap kata yang tertera.Presley mengetuk-ngetuk spidol yang dia pegang di bawah dagunya.“Apa yang kulewatkan?” gumamnya sendiri.Jika adiknya bunuh diri karena putus asa, tidak mungkin wanita yang ingin menemuinya secara kebetulan mati saat wanita itu ingin memberikan informasi tentang adiknya. Apa mungkin selama ini ada yang mengikutinya? Siapa yang begitu gigih ingin membungkam misteri kematian adiknya? Dan wanita itu mengatakan kalau adiknya terlibat dalam masalah serius?Presley mengigit bibirnya sementara pandangannya sekarang menatap figura foto di mana adiknya tersenyum lebar ke arahnya.“Apa yang terjadi sebenarnya?”Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Ariston? Sejauh ini, Presley hanya tahu jika Ariston laki-laki yang bersama dengan adiknya
‘Tidurlah denganku?’Presley tidak tahu bagaimana dia masih bisa tetap berdiri bukannya menerjang Ariston dan menampar mulut pria itu. Mungkinkah kebencian yang dia rasakan membuat tubuhnya mati rasa? Jika seperti itu mungkin itulah satu-satunya alasan kenapa dia tetap berjalan seolah tidak mendengar kalimat Ariston.Presley menyiapkan anggur terbaik yang mereka miliki, menahan godaan untuk meletakkan racun mematikan di dalam botolnya. Ketika dia berbalik dan berjalan ke tempat Ariston, laki-laki itu sudah tidak sendirian. Dia bersama dengan seorang wanita cantik berambut pirang menyala.“Ada lagi yang Anda butuhkan?” tanyanya sesopan mungkin.“Duduk!”“Maaf, sa—““Jangan membantahku, Presley. Kau tahu sama baiknya denganku kalau kemarahanku tidak pernah berkahir dengan baik.”Presley mencengkram kedua tangannya dengan erat sampai membuat buku-buku tangannya memutih. Meski dongkol, Presley tahu dia tidak punya pilihan. Dia mengambil tempat duduk sejauh mungkin dari Ariston, menjulurka
Presley melompat dari kursinya. Fakta kalau mereka baru saja berciuman segera terlupakan. Udara meningkat dalam sekejap.“Apa maksudmu, Ariston. Bagaimana kau tahu tentang wanita itu? Kau memata-mataiku? Atau kau yang melakukannya?” lontarnya marah.“Maksudmu membunuh wanita malang itu? Kau tahu kesukaanku bukan darah, meski mungkin itu pertunjukan menarik.”“Kau sinting.”“Sama sintingnya dengan tuduhanmu.”Presley mencoba membaca ekspresi Ariston, meski itu bukan hal mudah.“Apa kau memata-mataiku?” tanyanya curiga. Hanya itu alasan masuk akal kenapa Ariston tahu tentang wanita itu.“Itu membuatmu terkejut?”“Kenapa kau melakukannya? Untuk melihat seperti apa aku melanjutkna hidup atau untuk melihat sejauh mana kemampuanku dalam menyelidiki kematian adikku?” bisiknya sinis. Matanya menyipit saat bertemu pandang dengan Ariston.“Rahasia mengerikan apa yang sangat ingin kau sembunyikan sampai kau harus melakukan tindakan kotor ini? Apa nyawa manusia benar-benar tidak berharga bagimu,
“Setelah kecelakaan hebat yang dialaminya Ariston menjadi sosok yang lebih misterius dari sebelumnya. Calon pewaris Kavakos itu bahkan tidak bersedia di wawancara untuk alasan apa pun.”Presley kembali membaca informasi yang tertera di layar ponselnya. Tangannya dengan cekatan mengetik kalimat di mesin pencarian dan hanya butuh waktu sekejap informasi yang dia inginkan sudah tersedia.“Dan meski sudah memiliki pulau prbadi ternyata Ariston merasa hal itu tidak cukup. Kembali miliuner Yunani itu membeli sebuah hunian pribadi di pulau Naxos dan sekali …”Presley menghentikan kegiatannya saat merasa ada yang salah. Kenapa tidak ada bahasan tentang orang tua Ariston? Apa yang terjadi dengannya? Dengan masa kecil Ariston? Hanya ada informasi tentang Ariston di asuh oleh pengasuh. Lalu … apa yang terjadi dengan orang tuanya?Presley yang frustrasi menjambak rmabutnya sendiri. pasti ada yang disembunyikan Ariston, tapi apa? Kenapa menemukan informasi tentang Ariston sama sulitnya melihat pri
Tidak ada apa pun. Kosong. Presley mengangkat kepalanya, menatap Ariston yang berdiri di ujung pintu sambil bersedekap. Apa pria ini sedang mempermainkannya?“Apa maksudmu dengan memberikan kotak kosong ini?”Ariston berjalan, sama sekali tidak terpengaruh dengan suara Presley yang meninggi.“Kau mau tahu bukan kenapa adikmu memutuskan bunuh diri?”“Apa?”Ariston meraih gelas minumnya dan meneguk isinya. Pandangannya sekarang terarah pada Presley.“Hadiahnya ada padaku, Presley.”“Jangan main-main denganku, Arsiton katakan apa maksudmu dengan memberikan kotak kosong ini padaku.”“Aku akan menjawab satu pertanyaanmu. Satu. Sebagai hadiah untukmu.”Kebingungan adalah apa yang mendominasi Presley. Dia tahu Ariston bukan orang yang mudah ditebak, tapi memberi hadiah dengan cara seperti ini?“Dan bagaimana aku yakin kalau kau berkata jujur dengan jawaban yang kau berikan?”Wajah Ariston mengeras mendengarnya. “Karena aku orang yang berpendirian, Presley. Aku benci ketika orang-orang berboh
Presley tidak pernah merasa seburuk ini saat bekerja menjadi pelayan. Pandangan menghina dan merendahkan bisa dia atasi, hal itu sudah biasa baginya, tapi bisik-bisik dan ucapan sinis ditujukan secara terang-terangan? Orang-orang yang melihatnya bahkan tidak segan-segan menunjuk dirinya hanya untuk membuktikan keberadaannya.Presley sekali lagi berusaha mengabaikan tatapan penuh minat dari wajah-wajah para tamu undangan Ariston. Dia berjalan mengitari setiap meja dan mulai mengisi gelas yang kosong.“Siapa sangka menjadi kekasih seorang miliuner ternyata tidak menjamin hidupmu.”Tangan yang sedang mengisi gelas panjang membeku mendengar ucapan yang sengaja dilakukan agar dia dengar.“Tunangan? Wawancaranya pasti berjalan buruk. Sejak kapan selera Ariston berubah? Seorang pelayan? Yang benar saja!”Presley memejamkan mata, berusaha mengabaikannya. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya, seolah tidak mendengarnya. Pesta ini semewah yang bisa dia bayangkan. Semua tamu datang mengenakan pak
Ariston menghempas tubuh Presley kasar begitu mereka berada di kamarnya.“Kau pikir apa yang kau lakukan? Kau baru saja mempermalukan dirimu sendiri!” teriak Ariston marah, berhasil membuat Presley berjengit.“Itu bukan urusanmu! Apa yang kulakukan tidak ada hubungannya denganmu,” salak Presley sama marahnya. “Sekarang, jika kau sudah selesai biarkan aku pergi,” tukas Presley berapi-api. Air mata membuat pandangannya mengabur tapi Presley bahkan tidak berusaha mencegahnya.“Jangan berani-beraninya kau …”Tapi Presley mengabaikannya. Dia tetap melangkah dan bersiap membuka pintu.“Brengsek!”Tangan yang sudah memegang daun pintu berhenti saat Ariston menarik tubuhnya dan mendorongnya ke dinding, menciumnya buas. Saat bibir mereka bertemu gairahpun membara diantara mereka. Ledakan gairah itu begitu primitif hingga terasa bagai terperangkap di pusaran air.Presley hanyut, pikirannya kacau balau tak sanggup menghadapi ledakan yang terjadi pada dirinya. Bibir Presley terbuka menerima desak