Share

Bab 5

"Pergilah dari sini!" pinta wanita paruh baya yang tak lain adalah Lena.

"S-Siapa?"

"Akulah istri Atek," jelas Lena.

Ana terdiam, sementara Thanos gagal fokus setelah menatap kedua pergelangan kaki Lena yang terluka. Luka itu terlihat masih baru, tetapi Thanos tidak tahu dan tidak bisa memprediksi kira-kira bagaimana bisa luka itu didapatkan.

"Bentuknya melingkar," batin Thanos. Tangannya pun kini direnggut Ana yang mulai berlari menjauh dan melanjutkan perjalanannya.

"Mau ke mana kalian? Pergi dan pulanglah!" ujar Lena.

"Kami ingin melanjutkan perjalanan, kami ingin mengetahui markas Nyai Lenox," ujar Ana.

Disaat Lena berbicara dengan Ana maupun Thanos, disaat itu pulalah Nyai Lenox menyembuhkan lukanya. Penyihir memiliki ribuan cara untuk bisa menyembuhkan dirinya. Semakin banyak diterjang badai, semakin hebat pula ia dalam memiliki cara baru. Cara-cara baru tersebutlah yang pada akhirnya membuat Nyai Lenox memiliki banyak ilmu sihir.

Ia perlahan bangun dan merenggut seluruh panah yang dibawa Lena. Dengan kekuatan angin magis, panah itu berputar-putar di awang-awang, setelah berputar-putar, panah itu pun mulai saling bertabrakan. Hawanya semakin panas, anginnya pun semakin kencang, dan blumb, meledak. Panah itu seketika menjadi serpihan. Serpihan kecil yang tak bisa digunakan menjadi apapun. Sementara alat panahnya masih berada di genggaman Lena.

Nyai Lenox sengaja menyisihkan alat panahnya saja, karena alat panah tanpa busur panah, tidak akan bisa menjatuhkan lawan.

"Hahahaha. Lena, Lena. Dendamku semakin besar dan hari ini, maukah kamu menjadi mainan kecil untukku? Hah?" tantang Nyai Lenox.

Ia pun perlahan merubah wujud menjadi Nyai yang memiliki postur tiga meter, atau bisa dikatakan dua kalinya manusia yang diitumpuk ke atas. Ini mengerikan bagi Ana dan Thanos. Apalagi ini kali pertamanya mengetahui bahwa penyihir itu memang benar-benar ada dan dapat merubah wujud seperti sekarang juga merupakan hal yang nyata adanya.

Setelah tinggi layaknya raksasa, Nyai Lenox mulai mengeluarkan sihir dari tangan kanannya. Seperti biasa, sihirnya identik dengan gas berwarna hijau tosca yang kemudian menyeret Lena ke awang-awang, mencekik lehernya hingga kesulitan bernapas. Kejadian ini mirip yang dialami Ana sebelumnya. Dan Ana tahu, berada di posisi Lena sangatlah sakit. Karena itu, Ana ingin membantu Lena. Thanos juga memiliki pemikiran yang sama. Bedanya, Thanos tidak tahu apakah Lena ini orang yang pantas diselamatkan atau tidak.

Sedari awal, Thanos sudah menaruh curiga kepada Atek, apalagi Lena. Lain halnya dengan Ana yang sangat mempercayai Atek karena awal pertemuannya saat berada di dunia asing ini adalah Atek. Jadi, maklum Ana mempercayai Atek hingga saat ini. Karena, Atek pun membantu Ana dengan meminta Ana bersembunyi.

Kalian tahu? Kesan pertama itu sangatlah penting meskipun banyak juga kesan pertama palsu. Maksudnya adalah, kesan pertama yang dipikirkan terkadang bertolak belakang dengan sikap aslinya. Dan itu adalah kejadian mirisnya. Kejadian yang sebenarnya diluar kontrol manusia juga.

"Thanos, jangan melamun! Ayo kita bantu Nenek Lena," ujar Ana sembari menepuk pundak Thanos. Dan Nyai Lenox pun mulai kewalahan. Sihir yang ia miliki punya beberapa kelemahan. Bahkan sehebat apapun suatu sihir, sebenarnya pasti memiliki kelemahan. Dan kelemahan sihir Nyai Lenox adalah, ia tidak bisa jalan bersamaan, karena itulah konsentrasi Nyai Lenox harus fokus. Ketika ia diserang dari berbagai sisi, maka konsentrasinya akan menurun dan bisa menurun drastis.

Setelah mendapat serangan itu, Nyai Lenox memutuskan untuk kabur dengan cara menghilang dari pandangan para manusia. Lena pun terjatuh begitu saja dan ia langsung didatangi Ana maupun Thanos.

"Nenek gapapa? Ada yang sakit?" tanya Ana.

"Kaki itu kenapa? Seperti gelang yang mengikat kaki," ujar Thanos langsung menuju poin pentingnya.

"Thanos? Kenapa bertanya itu? Waktunya tidak tepat," tepis Ana.

"Ana stop! Kamu terlalu sempit dan memandang dunia dengan polos!"

"Thanos? Kenapa kamu jadi emosian begitu sih?"

Thanos menatap tajam mata Ana, begitu pula dengan Ana. Awalnya, Thanos pikir ia memang bisa sejalan dengan Ana karena mereka berasal dari tempat yang sama dan memiliki misi yang sama untuk bertahan hidup dan keluar dari tempat asing ini. Tetapi ternyata, hal yang awalnya sama dan memiliki tujuan sama pun tidak dapat dipaksakan bila jalan untuk menuju sananya berbeda.

"Baiklah, dengarkan aku. Kamu mungkin mempercayai Kakek Atek dan istrinya ini. Tetapi, aku rasa aku tidak Ana. Dan dengarkan aku sekali saja. Jangan mudah percaya dengan orang. Apakah tidak cukup bagimu orang-orang yang terlihat baik ternyata memiliki niat jahat dan sebaliknya?" jelas Thanos.

"Ya sudah, kita akhiri saja Thanos! Pergilah! Aku akan berjuang sendirian!" Ana marah. Ia merasa kesal karena Thanos tak pernah sejalan dengan pemikirannya. Sementara itu, Ana juga lelah dan emosinya pun meluap. Thanos seperti bara api yang membakar kayu. Dan Ana kayunya.

"Oke, kita cari jalurnya masing-masing!"

"Oke, siapa takut!" tandas Ana.

Terkadang, yang lebih sulit bukanlah memulai, melainkan mempertahankan. Ana maupun Thanos sama-sama merasa kesulitan untuk mempertahankan misi mereka, jadi, berpisah adalah solusinya. Mencari jalan masing-masing adalah solusinya.

Thanos pergi meninggalkan Ana dengan membawa peta pemberian Atek. Sementara Ana, ia memutuskan membantu merawat Lena dan kembali dulu ke gedung tua tinggi yang menyeramkan.

***

"Dasar perempuan gila! Dia hanya memiliki mental pemberani saja, tetapi logikanya kosong. Bagaimana mungkin dia percaya begitu saja dengan pasangan suami istri yang sudah tua itu?" Thanos berjalan sendirian. Matanya fokus ke arah peta. Meskipun di sepanjang jalan Thanos menggerutu kesal, ia tetap fokus pada misinya dan ia ingin menunjukkan kepada Ana, jalannya lah yang benar.

Hingga akhirnya, Thanos pun sampai di sisi kiri markas Nyai Lenox. Ia menemukan beragam buku tulisan tangan berisi huruf asing yang tidak dipahami oleh Thanos. Meskipun demikian, Thanos tetap memanfaatkan situasi ini dengan mengecek buku lainnya. Hingga, satu petunjuk pun muncul. Thanos menemukan satu buku berisi gambaran tangan. Ada wajah tak asing di dalam buku tersebut.

"Kakek Atek dan Nenek Lena?"

"Gambar palu dan sihir?"

Ada beragam pertanyaan yang bersarang di kepala Thanos dan semakin ia membuka lembar demi lembar selanjutnya, Thanos menyimpulkan pemikirannya lah yang tepat dan Ana dalam bahaya.

"Ana dalam bahaya?" pikir Thanos.

"Hei, apa yang kamu lakukan di sini?" Nyai Lenox muncul tanpa prediksi. Membuat Thanos gelagapan dan tidak sempat sembunyi.

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Aku Nyai Lenox. Kamu sendiri sudah mengenalku, dasar bocah!" sindir Nyai Lenox.Ia mengerahkan kekuatan sihirnya untuk mendorong Thanos hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Rasanya sakit dan nyeri sekujur badan.

"Tunggu, aku ke sini untuk memihakmu, bukan menyerangmu," jelas Thanos.

"Kamu pikir aku percaya? Setelah tadi kamu membantu Lena dengan menyerangku?" Dan sekali lagi, sihir itu ditujukan kepada Thanos, membuat Thanos yang berniat bangun pun gagal dan kembali tersungkur ke lantai.

"Gawat, aku dan Ana sama-sama dalam bahaya sementara jarak kita lumayan jauh," batin Thanos.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status