Share

Flashback : Menjual diri

Cahaya remang yang ada di club itu mengaburkan pandangannya pada sosok wanita yang ada di depannya saat ini. Siluet dress pendek dan rambut bergelombang panjang meyakinkan Ashana jika sosok di depannya ini adalah wanita.

Kurangnya cahaya di dalam club ini memang membuat ia tak bisa melihat jelas wajah wanita itu, tapi untunglah suara lembut wanita ini masih bisa ia dengar dengan jelas.

Untuk beberapa saat Ashana bergeming di tempatnya, seakan syok dengan perkataan yang baru saja masuk ke telinganya.

Menatap lurus pada wanita yang ada di depannya, bibirnya tergagap ingin mengatakan sesuatu, tapi seakan ragu mulutnya tertutup kembali.

“Apa kamu mendengar perkataan saya barusan?” suara dari wanita ini datang kembali terdengar indah di telinga menyadarkannya bahwa telinganya masih berfungsi normal, tak ada yang salah sedikitpun.

Bergerak gelisah seolah tak yakin, Ashana akhirnya mengeluarkan suara, “Apa maksud perkataan anda barusan?” tanyanya pelan tak bertenaga.

Wanita itu tampak menoleh pada sekitar, mungkin mencermati lingkungan yang tak tepat untuk membahas hal penting seperti itu.

Beberapa detik matanya kembali menatap ke Ashana, “Sebaiknya kita keluar terlebih dulu dari sini. Ini bukan tempat yang cocok untuk bicara” ucapnya yang kemudian berbalik ingin pergi.

Tapi sebelum itu, ia sempat menoleh pada Ashana yang masih berdiri diam di tempatnya, “Kenapa kamu masih diam? Ikut saya!” ucapnya lagi terdengar tegas kali ini.

Tak ada pilihan karena ia juga tak terlalu tau tempat ini. Jadilah Ashana berjalan mengikuti wanita yang ada di depannya, hingga mereka akhirnya keluar dari Club itu. Merasa lega berhasil menghirup udara segar, dan mendapati pasokan cahaya yang banyak.

Ia kembali mendengar nada perintah yang sama, “Masuk ke dalam mobil. Saya ingin bicara dengan kamu” ucap wanita itu yang masih saja pelan tapi jelas.

Untuk sesaat Ashana tertegun di tempatnya, menyadari seberapa cantik wanita di depannya ini. Wanita ini tinggi langsing, dengan dress pendek memperjelas lekukan sempurna di tubuhnya. Wajahnya yang di pahat sempurna, walaupun di tutupi kacamata. Ashana masih bisa melihat jika wanita ini seperti artis korea dengan kulit bening, mata besar, hidung kecil yang mancung, dan bibir berisi layaknya model.

Terdiam menghayati wajah di depannya, hingga suara kembali menariknya.

“Apa yang kamu pikirkan? Saya nggak punya banyak waktu jadi cepat masuk!” ucap wanita itu yang mulai agak kesal melihat Asha yang tidak bergerak sama sekali.

Menyadari kesalahannya, karena telah telah tidak sopan menatap seseorang begitu lama hingga membuat orang itu kesal. Asha menunduk seolah bersalah, “Ah maaf” ucapnya pelan yang kemudian mengikuti gerakan wanita itu masuk ke dalam mobil.

Hanya berdua di dalam mobil, Ashana tak bisa berhenti untuk tak menatap wajah cantik disebelahnya. Side profilnya begitu luar biasa sungguh berbeda jauh dari wajahnya.

Menyadari lirikan itu, wanita itu mendengus tak suka, “Biar saya katakan sekali lagi, saya akan membayar 1 Miliar asal kamu mau meminjamkan rahimmu”

Deg

Walaupun sudah dua kali ia mendengarnya, Ashana masih saja bergetar merespon perkataan itu. Belum lagi ketika wanita ini melepas kacamatanya, Ashana seolah tertegun merasakan perasaan familiar luar biasa.

“Kamu hanya perlu melahirkan anak untuk saya dan suami saya.”

Kemudian wanita itu menoleh untuk menatap wajah di sampingnya, “Kamu tidak perlu takut, suami saya hanya akan tidur dengan kamu beberapa kali hingga kamu hamil. Dan setelahnya uang 1 Miliar akan ada di tangan kamu.”

Ashana masih diam tak menjawab, ia hanya terdiam sambil terus mendengarkan.

“Tugas kamu hanya mengandung dan melahirkan. Setelah bayi itu lahir, dia akan menjadi anak saya.”

Wanita itu beralih menyalakan cerutu yang ada di dekatnya, membuat asap mulai memenuhi mobil, “Kamu tidak perlu tau, kenapa saya melakukan itu. Yang harus kamu tau hanya uang 1 Miliar akan saya langsung kirimkan begitu anak itu lahir.”

Menghisap cerutunya lagi, “Tapi tentu saya tau kamu sedang kesulitan uang sekarang. Jadi saya bisa memberikan setengahnya di awal.”

“Berapa yang kamu mau?” tanya wanita itu yang kali ini menatap wajah Ashana.

Sedangkan Ashana masih diam tak tau harus menjawab apa, ia tau ini salah. Tapi setiap kali ia ingin menolak, akal sehatnya selalu di ingatkan dengan pesan Ayahnya.

“Berbahagia lah bersama Ibumu”

“Ayah titip Ibu ya. Jaga Ibu untuk Ayah ya sayang”

Memejamkan mata, mencoba mengusir kewarasannya, “Saya butuh 150 juta sekarang” ucapnya pelan tapi menimbulkan seringai di wajah wanita itu.

“Tentu jika kamu setuju, saya akan langsung transfer 200 juta pada rekeningmu sekarang juga. Jadi, apa kamu setuju?” tanya wanita itu meminta kepastian.

Menelan rasa pahit di tenggorokannya, Ashana mengangguk, “Saya setuju”

Tawa dari wanita itu pecah seketika, “Bagus.”

Ashana bergidik sejenak merasa ngeri mendengarnya tapi kemudian ia teringat hal penting lainnya, “Lalu kapan saya akan menikah?”

Tawa wanita itu langsung sirna saat itu juga, “Menikah? Siapa yang akan menikah?”

Ashana terbengong sesaat, “A-apakah saya tidak akan menikah dulu sebelum saya hamil?” tanya nya mulai terbata.

Hening sejenak dan tawa mulai menggema dari wanita di sampingnya, bahkan bahu wanita cantik itu mulai bergetar.

“Hah, apa kamu bilang? Kamu ingin menikah dengan suami saya? Dengan wajah jelek seperti ini, jangankan menikah melihatnya saja suami saya tak akan mau” ucapnya dengan tangan yang sudah mengibas-ngibas merasa lucu.

Mendengar itu Ashana memucat di tempatnya, “K-kalau begitu anak itu akan jadi anak haram. Saya tidak mau anak saya lahir di luar nikah” ucapnya mulai gugup.

Wanita itu langsung membuang cerutunya, menatap dengan wajah gelap pada Ashana dan detik berikutnya jambakan langsung mendarat di rambut hitam Ashana, “Akhhh” pekiknya.

Menarik kepala itu mendekat padanya, wanita cantik itu menekan setiap katanya, “Jangan bermimpi bisa menikah dengan suami saya. Kamu hanya akan menjual diri, bukan menjadi istri kedua suami saya mengerti?”

Ashana yang merasakan sakit di rambutnya mulai terisak melepas pun tak bisa.

“Dan lihat wajah jelek mu ini, kamu bahkan lebih rendah dari jalang yang cantik dan punya badan bagus. Jadi berterima kasih lah, karena saya sudah membantu hidupmu” tekannya mengejek.

“Kamu hanya perlu berbaring di kasur dan suami saya yang akan menyelesaikan semuanya. Jangan pernah bermimpi untuk jatuh cinta pada suami saya. Yah, lagi pula kamu juga bukan tipe nya sama sekali” ucapnya yang langsung menyentak rambut Ashana hingga terlepas dari tangannya.

Hiks hiks isak sakit sudah mulai keluar dari mulut Ashana, merasakan perih di akar rambutnya.

Menatap pada Ashana yang tampak kesakitan, wajahnya justru bahagia, “ Dan ingat pesan saya jangan pernah jatuh cinta dengan suami saya. Kamu harus tau diri”

Dan beberapa detik diam, hpnya bergetar. Ashana selalu menyalakan dering hpnya, kalau-kalau itu dari pihak rumah sakit.

Tapi saat melihat layar, matanya melebar menatap angka yang fantastis 200 juta sudah di transfer oleh wanita cantik itu. Itu artinya ia sudah mulai menjual dirinya dari hari ini, napasnya langsung sesak menyadari itu.

Mendongak mengusir air mata yang mulai ingin turun jatuh ke pipi. Ia menegarkan hati, mencoba ikhlas dengan semua ini, mengusir perasaan rendah diri yang mulai muncul tak terkendali.

Itu artinya pula ia akan segera tidur dengan suami wanita ini, dengan bergetar Ashana bertanya, “Kalau boleh tau siapa suami anda?”

Bellanca terdiam dan menoleh untuk menatap Ashana, saat mata mereka bertemu, “Caraka Daniswira, CEO dari Daniwira Group” ucapnya terselip nada bangga.

Tapi Ashana langsung membeku, jantungnya berdetak cepat saat mendengar nama itu.

Caraka Daniswira?

Itu CEO tempatnya bekerja

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status