Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 1. Rahim 200 Juta

Share

Rahim Dua Ratus Juta
Rahim Dua Ratus Juta
Author: Syatizha

Bab 1. Rahim 200 Juta

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2024-12-27 10:48:18

"Enggak sia-sia, aku menyewa rahimmu 200 juta. Ternyata kamu masih p3r4w4n dan .... " Mata lelaki itu menelisik sekujur tubuh gadis yang malam ini telah kehilangan kegadisannya. "... Cukup memuaskan," sambungnya sambil menyeringai. 

Baru kali ini, Darren merasakan berc1nt4 dengan wanita yang masih p3r4wan. Meski terlahir dari keluarga kaya raya, lelaki itu tak suka melakukan hubungan suami istri dengan banyak wanita. Dia tidak mau mengambil resiko. Takut tertular penyakit mematikan. Darren lebih memilih nikah sirri daripada berz1n4. 

Istri pertama Darren bernama Angelica, berasal dari keluarga pengusaha sudah hilang mahkotanya ketika melakukan malam pertama dengannya. Dan sudah lima tahun pernikahan, Angelica tak juga hamil. Oleh karena itu, kedua orang tua Darren menyarankan anak semata wayangnya untuk menikah lagi. Tentunya dengan gadis baik-baik. 

Sabrina menyeka lelehan air mata. Gadis malang yang dipaksa ayahnya untuk menyewakan rahim pada Darren, tak kuasa menahan isak tangis. Masih teringat jelas, permintaan ayah kandung Darren ketika menyambangi rumah mereka. 

"Kalau kamu mau menikah dengan anak saya dan memberinya keturunan, tidak hanya utang ayahmu yang lunas tapi kami juga akan memberimu uang dua ratus juta asalkan kamu terbukti masih per4wan dan bisa memberikan keturunan. Jika salah satu atau keduanya tidak ada, maka utang kalian menjadi berlipat-lipat. Kami tidak akan segan-segan menyeret kamu dan ayahmu ke penjara," ancam Sugeng Wirawan saat pertama kali bertemu dengan Sabrina. Sabrina tidak punya pilihan lain, selain meng-iya-kan permintaan Pak Sugeng. 

"Ba-baik, Tuan. Saya mau menyewakan rahim ini." Dengan berlinang air mata, Sabrina mengambil keputusan. 

"Sekarang tanda tangani surat perjanjian itu, lalu lusa kamu harus menikah dengan Darren." Pak Sugeng memberi perintah. 

Entah berapa jumlah utang Sudarso -ayah kandung Sabrina- sehingga merelakan rahim anak semata wayangnya untuk disewakan pada anak pengusaha itu. 

Pernikahan Darren dengan Angelica belum juga dikaruniai keturunan. Hal itu yang membuat pak Sugeng rela mengeluarkan dua ratus juta untuk menyewa rahim Sabrina, gadis yang dia temui di daerah perkebunan teh Bogor. 

Dua ratus juta, bagi Sabrina uang yang sangat banyak tetapi bagi keluarga Wirawan, uang segitu tidak seberapa, mengingat Jumlah kekayaan mereka mencapai trilliun-an 

"Aku ingin main lagi. Aku mau kamu yang pegang kendali. Aku ingin segera punya anak dari rahimmu." Sabrina tergagap, mendengar suara Darren. 

Sabrina tak menanggapi ucapan Darren, hanya merunduk sembari meremas selimut dengan kuat. Percintaan yang tidak didasari cinta terasa menyakitkan. Meski perlakuan dan s3ntuhan Darren sangat lembut. Namun sungguh, Sabrina tak merasakan kenikm4tan seperti yang dirasakan lelaki itu. 

"Kamu gak denger aku, Sabrina?" 

Darren mengangkat dagu Sabrina. Menyuruh memandangnya. 

"Dengar, Tuan. Ta-tapi, itu saya masih sakit," jawab Sabrina lirih. 

Darren melepaskan cekalan pada dagu gadis yang dinikahi hanya untuk mengandung dan melahirkan anaknya saja. 

"Ya sudah, kamu sekarang tidur. Besok pagi, baru kita main lagi sebelum ke rumah utama."

Sabrina bernapas lega. Paling tidak, menjelang pagi, ia bisa beristirahat tanpa gangguan Darren. 

---

"Tuan, boleh saya bertanya?" ucap Sabrina ketika mereka berada di dalam mobil mewah yang mengantarkan ke rumah utama. 

"Boleh. Tanya saja," jawab Darren santai. Hatinya begitu bahagia. Beban di kepala seolah terlepas jika selesai meny3ntuh tubuh Sabrina. 

"Ka-kalau saya udah hamil, udah melahirkan, pernikahan ini akan berakhir?" 

Sabrina sangat berhati-hati. Dia takut pertanyaannya menyinggung perasaan Darren. 

"Menurut orang tuaku begitu. Bukannya kamu udah tanda tangani surat kontrak perjanjian?" 

Darren menoleh, menatap wanita yang telah sah menjadi istri keduanya. 

Sabrina mengangguk, "Iya." Sebulir air mata lolos membasahi wajah. 

Mereka memang belum bisa saling mencintai. 

Kesedihan Sabrina bukan karena berakhir pernikahan mereka akan tetapi Sabrina merasa berdosa sudah mempermainkan ikatan pernikahan. 

Darren merangkul pundak Sabrina. "Apa yang membuatmu menangis, Sabrina?"

Sabrina menyeka lelehan air mata. Menarik napas panjang. 

"Saya ... Saya gak mau mempermainkan pernikahan ini. Saya tau, pernikahan ini terpaksa dan dipaksa. Tapi, apa enggak bisa pernikahan ini tetap bertahan walaupun saya sudah memberimu keturunan?" 

Darren tidak langsung menjawab. Ia menelan saliva. Menghela napas berat. 

"Apa yang membuatmu ingin tetap mempertahankan pernikahan kita? Apa kamu ... kamu udah jatuh cinta padaku?" 

Darren mengerlingkan sebelah mata, senyum manis terlihat di wajah tampannya. Ia berusaha menggoda Sabrina. 

"Bukan. Bukan begitu, Tuan." Sabrina menggelengkan kepala berulang kali. 

"Lalu?" Sebelah alis Darren terangkat. 

"Saya ... saya gak mau pernikahan kontrak. Dalam keyakinan saya, pernikahan kontrak hukumnya haram. Maafkan saya, sebelumnya gak baca dulu surat perjanjian itu. Baru tadi saya membaca dengan teliti. Saya minta maaf, Tuan."

Sabrina menyeka lelehan air mata dengan ujung jilbab dikenakan. 

"Oh begitu. It's oke. Kita akan mempertahankan rumah tangga ini. Tapi bagaimana dengan dua ratus juta? Bukannya dua ratus juta itu untuk menyewa rahimmu? Apa kamu akan mengembalikan uang itu kalau pernikahan kita tetap bertahan selamanya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status