Share

Sesakit Itu

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2024-05-09 18:55:00

"Nikmati harimu. Aku ada di sini. Kau bisa memanggilku kapan saja kau membutuhkanku. Nay. Terima kasih banyak."

"Ya."

"Aku tinggal dulu ya. Ingat ini malam pertamamu aku harap kamu bisa melakukannya."

Naya terdiam.

"Suamiku sangat manis, Naya."

"Terserah."

"Jangan lupa. Aku pergi dulu."

Naya sudah pernah merasakan sakit hati. Berhubungan dengan seseorang Galih yang ia pikir akan menikahinya, Ah rasanya semua itu hanya mimpi, tapi berbeda kini Naya malah terjebak di pernikahan konyol itu. Di tepi ranjang Naya menatap ke arah sekitar, kamar paling mewah yang pernah ia lihat. Dengan tirai halus dan mengkilat, sofa empuk dan meja kokoh dengan ukiran dari kayu jati yang terkesan begitu elegan, dan sebuah ranjang besar berukuran king size berpelitur mengagumkan dengan warna keemasan.

Juga cermin rias yang begitu wah, lemari semua berbahan dari kayu jati.

Naya duduk ditepi ranjang mengamati setiap ruangan yang begitu menakjubkan. Memang sangatlah berbeda antara dirinya dan Han bagaikan langit dan bumi, Naya gugup saat suara derap langkah kaki makin mendekat. Naya memalingkan wajah hingga terdengar suaranya pelan di belakangnya. Naya tak berkutik apakah malam ini malam yang menakutkan baginya.

"Naya Maharani."

Naya terdiam dan menunduk.

"Aku sangat mencintai istriku Hani, tidak tahu bagaimana caranya Hani membujukmu untuk menikah denganku, tapi aku menikahimu hanya untuk membuatnya bahagia saja. Kau akan mendapatkan hak istimewa di rumah ini, tapi tidak untuk hatiku. Aku harap kau berbesar hati dan seiring berjalannya waktu kau akan memaafkanku." Lelaki itu kembali berjalan meninggalkan kamar yang telah dihias dengan indahnya ini.

Naya berbalik menatap punggungnya yang kian menjauh dari balik pintu. "Hina bukan bahkan di malam pernikahannya Naya tak diinginkan suami."

***

Satu minggu setelah pernikahan konyol itu Naya masih bekerja dan masuk siang, masih sama Naya belum pernah melihat lelaki itu yang telah bersetatus sebagai suaminya itu. Rumah yang besar dengan banyak asisten rumah tangga membuat Naya sedikit bingung. Bahkan kamarnya saja besarnya melebihi sepuluh kali lipat kontrakannya. Sore itu selesai menemui Deren, setelah operasi keadaannya makin membaik, Naya memeriksa beberapa pasien, selesai Naya kembali kembali ke ruangan kerja.

Tari mendekati Naya seraya berbisik.

"Gosipnya Dokter Seruni resign dari sini, Nay."

"Resign kenapa?" tanya Naya heran.

"Katanya sih gara-gara disuruh sama calon suaminya tuh, Dokter Galih. Kan sebentar lagi mereka menikah, Nay."

Naya tersenyum getir.

"Kamu kuat, dengar ini?" tanyanya.

"Mau gimana lagi anggap saja bukan jodohku, Tari."

Di tengah-tengan percakapan mereka, Ana datang, menyahut percakapan mereka. "Bukan resign. Hanya cuti. Aku iri deh mereka itu sungguh pasangan yang sempurna."

Naya sadar perkataan Ana begitu karena ia tak megetahui hubungan dirinya dengan Galih selama ini.

"Cuti?" tanya Tari tak percaya.

"Iya, karena mau menikah minggu depan katanya."

Tari menatap Naya dengan sorot mata yang sulit Naya tafsirkan. "Jangan pingsan ya, Nay." Bisiknya.

Naya menggeleng. "Tak ada gunaanya pingsan. Toh kami sudah selesai kan." Lirih Naya.

"Coba lihat ini undangan pernikahannya." Ana memperlihatkan undangan itu lengkap dengan foto prewedding membuat ulu hati Naya bergedik nyeri.

Naya menatapnya sekilas, sungguh pasangan yang serasi. Satunya anak dari pemilik rumah sakit ini dan satunya juga seorang dokter specialis THT muda yang kompeten juga. Ah bukankah itu sempurna. Apalah arti Naya yang hanya seorang perawat yang bahkan saat kuliah selalu menunggak banyak saat pembayaran. Beruntung Naya bisa bekerja disini sebelum lulus karena bantuan Galih merekomendasikan dirinya sehingga dengan mudah untuk Naya bisa bekerja sambil kuliah.

"Lihat calonnya Dokter Galih masih cantikan kamu sih, Nay." Jelas Tari memperlihatkan foto frewedding.

"Ya sih cantikan Naya, meskipun jarang pakai make up tetap cantik, tapi lebih beruntung Dokter Jihan ya gak sih. Mendapatkan Dokter Galih yang tampan itu." Jelas Ana menatap Naya seraya tersenyum.

"Sudahlah, jangan gosip terus." Sahut Tari.

"Eh ngomong-ngomong kalian berdua, tak diundang?"

Naya dan Tari saling tatap dan kemudian menatap Ana dan menggeleng bersamaan.

"Kok, padahal semuanya diundang, lo." Jelas Ana.

Naya sedikit syok, akhirnya Naya benar-benar kehilangan lelaki baik itu. Bayang-bayang itu tergambar kembali dalam lembaran ingatan, tak bisa dipungkiri jika Galih begitu manis. Galih terlalu sulit untuk menjadi nyata, nyatanya Naya kalah beradu dengan harapan. Sehingga Galih tercipta hanya sebagai ilusi yang tak henti menghantui.

***

Selesai pulang kerja tak lupa Naya menjenguk adiknya. Disana ada Mak Tini yang selalu setia menemani, beliau bekerja di rumah Naya sudah puluhan tahun sebelum Ayahnya meninggal.

"Mak pulang dulu saja biar, aku yang jagain Daren."

"Ngak usah Mbak, besok katanya Mas Daren sudah boleh pulang kok."

"Ya sudah."

"Bagaimana kabar kamu?" tanya Naya seraya tersenyum.

"Baik alhamdulillah, Mbak."

"Makan ya Mbak suapi."

Daren mengangguk. "Boleh."

Naya menangis bahagia, hampir dua minggu adiknya koma karena penyakitnya. Dan sekarang ia masih bisa melihat senyum itu lagi.

"Apa ada keluhan mungkin ada yang sakit?"

"Tidak, Mbak."

"Syukurlah."

Selesai Naya pamit pada adiknya. Dan saatnya Naya kembali pulang di rumah besar itu. Naya membelokkan kendaraan menuju komplek perumahan elite. Berhenti di sebuah rumah besar di sana, lalu masuk ke dalam. Sampai di sana Asisten rumah tangga menyambut dan membawakan makan malam.

"Non makan dulu. Tuan pesan jika Non Naya harus makan."

Naya tersenyum miring sok perhatian. "Taruh saja disitu, Mbak."

"Tuan pesan katanya aku harus pastikan makanan ini habis Non?"

"Tidak usah. Aku mandi dulu."

"Sudah saya siapkan handuk juga air hangatnya, Non."

Naya mengangguk. "Makasih, Mbak."

Selama seminggu wanita itu yang mengurus kebutuhan Naya, dari makanan pakaian dan semuanya. Entah mengapa Naya seperti masih gadis saja, lucu sekali sebuah pernikahan yang sakral layaknya sebuah drama. Dan dalangnya adalah Hani malah berlibur entah kemana. Naya mengguyur tubuhnya dengan air hangat, rasanya segar sekali. Menghilangkan penat setelah bekerja beberpa jam.

Selesai Naya menganti baju lalu Solat Isya selesai merebahkan tubuh, tanpa menyentuh makanan itu. Suara ketukan pintu membangunkan Naya, ia kaget karena jam sudah menunjukkan pukul lima pagi.

"Non sarapan dulu. Jangan membuat saya dimarahi sama, Tuan." Jelasnya.

Naya menatapnya tak tega. "Aku sudah telat, Mbak."

"Non."

"Ya baiklah." Naya meneguk segelas susu dan berjalan seraya memakan roti. Sampai di bawah aku melihat Hani yang sudah kembali dengan senyum diwajahnya.

"Nay."

"Maaf aku buru-buru, Han."

Dia tersenyum. "Ya sudah hati-hati. Nanti oleh-olehnya aku taruh dikamarmu."

"Ya."

"Nay sudah?"

"Apa?"

"Itu." Sebelah alis Hani terangkat.

"Apaan sih aku buru-buru, Han."

"Itu." Kedua tangan Hani menggambarkan dua orang sedang berciuman.

Naya menggelengkan kepala.

"What!"

"Tau ah aku kerja dulu keburu telat."

"Tapi Nay. Astaga maesk belom itu." Hani tak percaya dengan suami dan sababatnya itu.

Naya sudah berlari, berjalan menuju parkiran dan mengambil motornya.

"Nak Naya. Mama titip sesuatu boleh?" tanya wanita paruh baya itu.

Naya mengangguk meskipun ragu. "Apa, Ma?"

"File milik Raja ketinggalan sedangkan hari ini ada meeting, mau Mama antar sih tapi Mama sibuk."

"File?"

Wanita paruh baya yang masih begitu cantik itu tersenyum ke arah Naya. "Iya bantu Mama ya."

Naya mengangguk binggung, karena Naya hanya memiliki waktu setengah jam saja. "Emm baiklah ...."

"Gini deh, biar cepat, Pak Edi yang akan mengantarmu."

"Tapi, Ma."

"Ini filenya, Mama enggak mau tahu. Antar kalau enggak Raja sama Papanya nggak bisa meetingnya nanti."

Naya mengangguk pasrah. "Baiklah, Ma

Naya berangkat dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, Hati-hati, Nak."

"Iya, Ma."

Naya berangkat diantar sama Pak Edi, Naya sedikit binggung karena sudah seminggu dirinya juga belom bertemu dengan suaminya itu. Naya hanya bisa tertawa saat pertama kali datang di rumah mewah itu dan ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang bernama Raja itu.

Mobil bergerak di depan kontar perusahaan besar. Naya turun disambut oleh Satpam. Mau tidak mau suka tidak suka dialah suaminya.

Naya harus buru-buru karena waktunya tak banyak. Wanita yang mengantarkan Naya itu menunjuk dimana acara meeting berada, sepertinya akan segera di mulai. Naya mengetuk pintu. Semua orang menoleh ke arahnya, Naya hanya menunduk menunggu ada orang yang akan bertanya padaku.

"Siapa?" Suara dari dalam membuat dada Naya kian bertendak tak karuan.

"Tuan Raja."

Hening, hanya tatapan mereka yang terus mengimidasi Naya.

"Ya, saya. Anda siapa?"

Naya mendongak menatap ke arah suara.

Naya memalingkan muka, lalu tertawa. Oh itu rupanya orangnya suaminya, tapi entah kenapa mendengar langsung dari mulutnya, malah menimbulkan rasa nyeri yang sulit Naya mengerti.

"Saya Naya," jawabnya terbata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Ending. indah Bersamamu

    "Naya.""Ya, Ma.""Ini untukmu, Naya hadiah dari Mama untukmu yang sudah berjuang melahirkan Cucu laki-laki Mama lagi." Naya terkejut. "Cincin.""Iya. Simpanlah jangan melihat harganya. Jika soal harga pasti Raja bisa membelikanmu yang jauh lebih bagus dari ini. Ini hanya hadiah untuk kenang-kenangan dari, Mama."Naya terdiam."Ini untukmu, pakailah." "Ya Allah, ini bagus banget, Mama."Sebuah cincin cantik itu sekarang menyelip di antara jemari manis Naya. Sang Mama meraih jemari menantunya. "Bahagia terus ya, Nak. Selamat sudah melahirkan dengan lancar.""Ya, Ma. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang Mama dan Papa selama ini. Selalu mendukungku apapun itu.""Ya kau tahu, Mama hanya ingin kamu, cucu-cucu Mama dan Raja bahagia, Nak."Naya mengangguk, membiarkan titik-titik bening turun satu-satu dari sudut mata. Bersamaan dengan rasa haru yang kini menyerang Naya tiba-tiba. Perlakuan mertuanya sangat bisa Naya andalkan. "Makasih, Ma.""Sama-sama."Juga Daren juga sudah menikah

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Pregnant

    Tangan Naya bergetar hebat saat benda pipih di genggaman menunjukkan dua garis yang terlihat begitu jelas. Degup di dada terasa kian mengencang, diiringi perasaan yang Naya sendiri tak tahu entah apa namanya. Pandangan kian buram, tertutup selaput bening yang hanya dengan satu kali kedipan saja akan berubah menjadi bulir air mata. Ya Allah, Naya harus apa? Sesaat terlintas bayangan wajah teduh Raja suaminya. Sosok pria dewasa yang dengan segala sikap lembut yang ia miliki, selalu membuatnya merasa nyaman saat bersamanya. Lalu, bagaimana jika Raja tahu akan hal itu? Naya hamil. Ada bayi mereka di dalam perut. Naya bisa membayangkan seperti apa reaksinya nanti. Apa suaminya akan kecewa? Atau menerimanya dengan suka cita? Karena usia mereka tak lagi muda. Perlahan, satu tangan Naya turun menyentuhnya. Ia di sana, bersemayam di dalam perut, Naya mengelusnya lembut. "Anakku. Meski masih berupa segumpal darah, tapi ia ada. Ya, ia benar-benar ada. Desiran halus perlahan memenuhi rongga da

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Tak Mudah Menduakan Rasa

    Beberapa tahun berlalu Raja berdiri di tepi balkon hotel. Menatap lurus ke arah langit sambil mencengkeram tepian. Alam di keheningan malam. Segala kenangan seolah kembali terputar ulang. Bagaimana wajah istrinya yang terus terbayang meneriakkan kerinduan berulang-ulang, tepat di depan wajah Raja."Aku sudah gila! Ya, aku gila! Karena sangat merindukannya." Bisik Raja pelan. Bukankah cinta memang segila itu saat berada dalam kadar yang sudah tak semestinya. Wanita yang selalu memberikan kenyamanan dan akan menghabiskan seumur hidup dengannya. Setelah mencintai begitu lama, sepenuh jiwa, akhirnya Raja masih menempati cinta di hati yang sedari dulu bersemayam dalam hati. Raja mengusap wajah dengan helaan napas semakin berat."Pak Raja!"Raja menoleh ke arah suara. "Ya, Pak.""Pekerjaan kita telah selesai."Raja tersenyum. "Jadi deal, Pak."Pak Robert mengangguk. "Ya."Raja merasa senang. "Aku sudah tak sabar ingin bertemu, kedua anak kembarku, Pak." Jelasnya. Pak Robert manggut-manggu

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Manis Sekali.

    Guncangan pada bahu Naya sedikit menyadarkannya, Naya tertidur di dalam mobil. "Sudah sampai, Sayang."Kepala Naya terasa masih berat. Lalu ia tersenyum kearah suaminya. "Iya, Mas. Maaf, aku ketiduran.""Tak apa. Hati-hati jalannya licin di hujan di luar, Sayang."Naya mengangguk. "Iya, Mas.""Kamu tetap disini biar aku yang ambil payungnya."Naya tersenyum menatapnya, sesaat Raja mengecup bibirnya. "Mas ...."Raja hanya ngengir kuda seraya keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk istrinya. Hujan menyambut mereka berdua takala Raja sudah berada diparkiran depan rumah. Hujan seperti yang sudah lama ia nantikan menambatkan hati pada Naya Bulir-bulir air yang jatuh seolah beradu dengan kencangnya detak jantung Naya. "Awas hati-hati."Mereka mengenggam payung yang sama berwarna pelangi, sembari berjalan menuju tempat di mana Naya tinggal. Zain dan Amara melambaikan tangan begitu melihat kedatangan kedua orang tuanya, senyum tersungging dari wajah mereka. Mereka berdua berhamb

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Jatuh Cinta Lagi

    Lautan terlihat sangat indah dari kejauhan. Raja yang baru saja pulang meeting dan kini berada di balkon kamar menatap keindahan panorama masih dengan rasa yang sama. Takjub dan merasa luar biasa. Terdengar suara ombak dan juga embusan angin yang segar. Senja sebentar lagi tiba, mengantar mentari ke peraduan. Naya berjalan mendekat dan memeluknya dari belakang. "Jadi, pulang sore ini, Mas.""Besok pagi saja ya.""Tapi, takutnya anak-anak mencari kita, Mas."Raja tersenyum, berbalik dan menikmati setiap senyumannya. "Kangen, mau ditelponin?""Hmm boleh.""Wait."Raja menekan ponselku, tak lama wajah anak-anakku terlihat. Putra-putrinya sedang ditemani sang Mama, terlihat sepertinya mereka sedang berada di sebuah rumah makan. "Assalamu'alaikum, Papa.""Wa'alaikumsalam, lagi apa kalian?""Kami lagi makan mana, Mama?" tanya Zain. Amara sedang makan disuapi oleh Omanya. Amara lebih manja ketimbang kakaknya Zain. "Ini, Mama."Zain terlihat senang. "Mama.""Kalian dimana ini?" tanya Nay

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Kasmaran

    Sentuhan lembut itu membuat tubuh Naya menjadi lemas tak berdaya. Ia memejamkan mata saat perlahan tangan Raja mulai menusup masuk. "Mas ini diluar lo." Tolak Naya. Raja tertawa. "Oh iya aku lupa. Kita ke dalam ya."Raja menggendong tubuh Naya menuju kamar Villa lalu membaringkannya. Raja melepas kancing piama Naya, rindu yang selama ini Raja tahan tersalurkan, hingga mereka berdua tenggelam dalam balutan cinta tanpa benang sehelaipun kini mereka bercinta. Raja menari di atas raga Naya dengan lembut. "Terima kasih, Sayang sudah menerimaku lagi." Ucap Raja setelah selesai menyalurkan hasratnya. "Emmm."Raja mendekapnya dengan erat. "Tidurlah aku akan menjagamu." "Ya.""Sini aku peluk."Naya terdiam tak menjawab, Raja tahu pasti ia sudah terlelap karena kelelahan. Raja hanya bisa berharap kali ini mereka benar-benar mereka bisa bersatu selamanya. Sebenarnya, itulah kehidupan yang diinginkan, sederhana saja asal bisa hidup bersama Naya selamanya. ***Hawa dingin menyeruak masuk mel

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Honeymoon

    "Raja. Mama ikut bahagia atas pernikahanmu. Alhamdulillah kamu telah menemukan Naya dan putrimu lagi.""Ya, terima kasih untuk restu dan mengizinkan aku menikahi Naya lagi, Ma."Wanita itu mengangguk seraya menyeka ujung mata. "Mama bangga padamu. Penantian dan pencarianmu selama ini membuahkan hasil. Kamu bisa berkumpul lagi dengan anak juga istrimu." Raja melengkungkan senyum. "Iya. Aku bahagia, Ma." "Samawa ya. Jaga anak-anak juga istrimu.""Pasti, Ma."Mereka berpelukan, haru, bahagia menyelimuti mereka. Acara selesai kini makan bersama Ustadz juga para santri dan tetangga dan keluarga selesai mereka izin meninggalkan masjid. ***Daren datang menemui Raja yang sedang berbincang dengan anak-anaknya di ruang tamu. "Selamat atas pernikahannya. Tolong jaga, Mbak Naya ya, Mas."Raja mengangguk. "Iya. Terima kasih sudah menerimaku. Karena kamu yang mempertemukan aku lagi dengan Naya juga Amara."Daren tersenyum. "Ya semuanya sudah takdir, Mas."Raja menepuk pundaknya. "Hati-hati di

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Sah

    "Raja." Tiba-tiba suara sang Mama mengagetkan Raja. "Ya, ada apa, Ma." "Harusnya pernikahan kalian di percepat?" "Kenapa, Ma?" tanya balik Raja." "Ya lebih cepat lebih baik, kan." Raja mencerna setiap kata demi kata yang di lontarkan. "Maksudnya, Ma?" "Mama khawatir saja, anak-anak kamu khawatir soal keadaan ini. Mama ngak mau lagi pisah sama Naya juga cucu-cucu, Mama." Mamanya benar bahwa Raja tak boleh membuang waktu. Dan akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Apalagi Naya sudah memberikan kesempatan kedua padanya. "Terus bagaimana baiknya, Ma?" "Ya, tinggal datang ke rumah, Pak Kyai. Minta tolong buat di nikahin secara agama lagi. Meskipun kalian masih sah sebagai suami istri tapi menurut agama kan kalian lama sudah lama berpisah." Bibir Raja tak bisa menahan senyum. "Iya, Mama benar. Akan aku urus." "Secepatnya. Biar, Mama yang ajak Naya usrus soal baju. Untuk catering serahkan pada teman Mama." "Iya, Ma." Pada akhirnya kesepakatan kedua itu pun terjadi. Bahwa pernikah

  • Rahim Pengganti CEO Arogan   Di Terima

    Naya sadar ia langsung mendorong tubuh Raja menjauh. "Maaf Nay aku...."Naya diam. "Maaf." Ucap Raja lagi. Mereka saling diam. Tak lama Raja menjalankan mobilnya kembali. Kini mobil sudah berada di depan rumah Naya. Di depan teras sudah berkumpul ada si kembar juga mertuanya. Juga Mak Tini yang menyiapkan minuman. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Eh, Naya baru pulang kerja?" Mama mertuanya bertanya. "Iya, Ma.""Banyak pasien ya?Kelihatan capek banget. Sudah sana mandi dulu. Habis itu kita makan bersama ya."Naya melengkungkan senyum. "Iya, Ma." Naya menjawab singkat. Seraya menjabat tangan Mama juga Papa Danuarta. "Aku masuk dulu, Ma.""Iya Sayang."Tampak sekali kehangatan mereka berkumpul. Pemandangan yang selama ini Raja rindukan, anak-anaknya butuh sosoknya, Raja senang bisa bermanja dengan kesua anaknya. "Ih, Mara kok cantik begini, sih?" "Oma juga cantik." sahut Amara. Semua tertawa, sedangkan Zain berada dipangkuan Naya yang baru saja ikut bergabung. Raja merasak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status