Share

Bab 2 - Pilihan Menjadi Rahim Pengganti

Happy Reading Semuanya!

“Jika memang aku enggak bisa hamil dan membutuhkan pengganti rahim agar bisa meneruskan perusahaan keluarga Laksamana, aku ingin Irene menjadi orang itu. Adik madu aku dan orang yang akan memberikan rahimnya untuk memberikan keturunan untuk mas Rangga,”

CTAR!

Rasanya Irene seperti tersambar petir di siang bolong, telinganya tidak salah dengar. Kenapa sekarang ia menjadi korban dari kakaknya. Rahim pengganti? Pengganti rahim? Konyol. Itu hanya ada di novel yang sering ia baca, tidak terjadi di kehidupan nyata.

Bahkan sampai sekarang lidahnya terasa kelu. Perempuan cantik bernama Irene, ingin sekali berontak pada sang kakak saat ini.

“Jangan gila Mira! Aku cinta kamu apa adanya, kita tetap bersama apapun yang terjadi. Kita bisa mengadopsi anak atau pancing anak, itu hanya akal-akalan Mami saja! Dia berusaha buat memisahkan kita sayang. Aku enggak mau!”

Irene mengangguk setuju dengan kakak iparnya kali ini, ia juga masih mencintai seseorang dan menginginkan dia sebagai suaminya. Bukan kakak iparnya.

“Mas, kalau dipikir-pikir... itu mungkin saja, Mas. Bagaimana kalau aku memang mandul seperti yang dikatakan oleh Mami? Buktinya kita menikah selama dua tahun, sampai sekarang belum memiliki momongan. Aku enggak enak sama kamu, Mas.” Suara Mira tampak sedih disana.

“Kita belum cek sayang! Jangan mendengarkan berita hoax seperti itu!! Kita cek ke rumah sakit sekarang! Ayo sekarang kita pergi dan kasih pembuktian pada Mami,” ajak Rangga dengan nada suara marah.

Mira melepas cengkraman tangan sang suami di depannya, tatapannya tidak bisa dibohongi kalau ada perasaan sakit disana.

“Mas, Kalau aku memang mandul bagaimana Mas? Yang di bilang sama Mami benar juga, kalau kamu enggak punya keturunan bagaimana dengan perusahaan ke depannya? Ini demi nama baik kamu Mas. Aku enggak mau dengar rumor tentang berita konyol Mas,” ucap Mira pelan.

Rahang Rangga tampak mengeras dan menatap kedua orang tuanya tampak bersikap angkuh, memang buah tidak jauh dari pohonnya. Rangga memang duplikat kedua orang tuanya.

Pandangannya berdalih pada Irene terlihat menunduk, adiknya menjadi korban dari mereka. Dia tidak salah apapun dan sekarang harus menjadi rahim pengganti. Ini gila bagi Rangga.

“Mira, kita enggak boleh putus asa. Itu hanya kesalahan omong kosong dokter yang sama sekali enggak pernah cek keadaan kamu sesungguhnya, dia hanya melakukan observasi dan membuat kesimpulan sendiri. Ayo kita cek ke dokter sekarang! Mas akan menyuruh rekan Mas untuk memeriksanya.”

Mira sama sekali tidak menjawab, hatinya berusaha untuk sekuat mungkin meskipun kenyataannya itu sangat sukar untuk dilakukannya. Tatapannya mendadak kosong, orang yang dipercayai sebagai rahim pengganti adalah adiknya sendiri, Irene. Ia paham lahir dan batin sang adik.

Jika Irene menjadi rahim pengganti maka ia tidak perlu berjauhan dengan suaminya sendiri dan ia tidak perlu takut kehilangan.

“Mas, aku sudah sangat yakin jika Irene yang akan menjadi rahim pengganti untuk melahirkan anak untuk kamu.”

“KAK! JANGAN GILA! MEMANG SEJAK KAPAN AKU SEPAKAT?!!” Irene murka pada sang kakak. Ia sudah dalam posisi begitu lelah dalam bekerja dan sekarang dihdapkan dengan sesuatu hal gila lainnya.

“Kakak mohon, jika kakak memang mandul. Kakak rela kalau kamu menjadi adik madu kakak,” Mira menatap suaminya yang hanya mengeraskan rahangnya tanda tidak setuju dengan perkatannya saat ini. “Kalau aku memang mandul dan itu sesuai dengan hipotesa dokter... aku siap dipoligami Mas, kalau kenyataannya aku bisa hamil. Kita harus bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama,” pinta Mira.

Omong kosong apa ini! wasiat, kah? Apakah kakaknya akan mati sampai membuat perjanjian dan permintaan lucu seperti ini. Tangan Irene mengepal menahan amarah, ia membenci keadannya saat ini.

Lelaki yang menjadi suami dari Arina memandang bingung sang istri di sebelahnya itu. Poligami? Yang benar saja, bagaimana ia mengatakan pada orang yang bertanya pada dirinya nanti? Meskipun yang menjadi istri mudanya adalah adik iparnya sendiri. Berita ini akan heboh sejagat maya.

“Kakak pikir aku mau? Aku mau menjadi istri mas Rangga? Dalam agama kita enggak boleh dan enggak ada ajaran begitu, dia suami kakak dan kita enggak bisa turun ranjang atau pinjam rahim. Masalah akan semakin rumit,” ucap Irene.

“Tapi kakak mengizinkan! Kakak mengizinkan kamu menikah, untuk sekarang singkirkan tentang agama dulu. Kita sedang dalam keadaan urgent dan sekarang saatnya kamu mengerti! Kakak mohon,” pinta Mira.

Irene menangis, ia tidak ingin melakukan ini.

“Kenapa kamu begitu percaya adik kamu? Jangan dia, selamanya dia akan menjadi adik ipar Mas. Jika kamu ingin melakukan itu, kenapa kamu enggak pilih orang lain? Kita bisa memilihnya nanti saat kebenaran semuanya terungkap,” Ungkap Rangga berusaha menenangkan hati Irene.

Kepala Mira menggeleng tidak setuju, “Aku berani jamin kalau dia bisa menjadi istri kedua kamu Mas, menjadi rahim pengganti, dan bisa memberikan anak untuk kamu Mas, sesuai dengan keinginan Mami.” Irene yang mendengar penuturan dari sang kakak hanya menatap tidak percaya sang kakak.

Kegilaan apa yang baru saja ia dengar. Dirinya? Menikah dengan kakak ipar nya?  Menjadi peminjam rahim? Ini lucu dan hampir membuatnya mendadak GILA. Ayolah ia saja hampir muak bertemu dengan Rangga di kantor,  dan dirumah meskipun interaksi dirinya dengan Rangga terbilang sedikit. Irene tidak bisa melakukan itu. Selama 24 jam dalam seminggu ia harus melihat Rangga dalam kehidupannya.

“Kamu mau, ya?

“Siapa bilang? Siapa yang bilang aku mau? Ini gila dan selamanya anggak saja itu hanya omong kosong belaka!” murka Irene.

“Hanya kali ini saja,” pinta Mira.

“Kak! Jangan gila! Aku enggak mau! Sampai kapan pun bahkan sampai aku mati! Aku enggak mau jadi bagian dari kehidupan Mas Rangga atau pernikahan kalian!” teriak Irene.

“Irene!” teriak Firman.

“Apa! Papa juga mau aku menjadi istri pengganti atau pengganti rahim?! Kenapa kalian enggak pernah ada di pihak aku? Disini aku adalah korban dan enggak mau menjadi perusak. Papa enggak memikirkan bagaimana kedepannya? Selamanya aku bakalan di cap jelek. Persetan dengan semuanya! Bahkan sampai DNA pun aku enggak mau.”

Semua tampak terdiam mendengar perkataan dari Irene barusan, baru kali ini mereka melihat kemarahan dari Irene.

Keras kepala. Hanya itu yang bisa Mira lakukan agar sang adik luluh.

“Dek dengar kakak dulu! Kamu harus mau... kamu harus mau menjadi adik madu Kakak dan peminjam rahim untuk melahirkan anak mas rangga. Aku sebagai kakak kamu memohon kamu untuk menjadi adik madu,”

“Kak! Irene enggak mau! Bahkan sampai mati pun Irene enggak mau! Ada 250 juta lebih perempuan di dunia. Kenapa harus aku? Kenapa? Aku enggak mau! Kita belum cek ke dokter! Pokoknya aku enggak mau!” rengek Irene

Mira menatap sang adik dengan tatapan memohon, hanya perempuan muda yang menjadi adiknya itu di dalam pikirannya untuk mengabulkan segala keinginannya. Mira percaya dengan Irene bisa memberikan anak untuk suami yang paling ia cintai, dirinya sangat yakin.

“Kakak mohon, maaf dan terima kasih Irene.”

To be continued...

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status