Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya

Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya

last updateLast Updated : 2025-09-09
By:  SarangheoUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
54Chapters
21views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kupikir setelah menikah segalanya akan mengubah hidupku layaknya puteri-puteri di negeri dongeng. Ternyata Aku salah justru pernikahan yang selalu ku impikan menjadi bumerang yang sulit sekali ku hindari! Dari cobaan hidup yang menerpa sampai memiliki seorang suami yang posesif, menekan dan kasar. Hidupku bagai di neraka! Kadang ku berpikir bagaimana kalau ku akhiri saja hidupku? Aku dijual suamiku sendiri hanya karena perekonomian keluarga kami yang sulit dan sialnya lelaki yang membeliku adalah Dion Pratama.

View More

Chapter 1

1. Suami Kasar

Gubrak!

Pintu tiba-tiba didorong dengan sangat keras, Aku yang sedang tidur langsung terkejut dan buru-buru bangun. Suamiku tampak berdiri di depan pintu, wajahnya marah lalu di tangannya ia membawa sebuah gayung.

"Dasar isteri pemalas!"

Tanpa adanya belas kasihan Awan segera menyiram wajahku dengan segayung air, Aku yang masih setengah sadar tentu saja kaget bukan main, itu karena hidungku di masuki air. Aku terdiam sambil mengelap wajahku pelan.

Dia berjalan mendekatiku dan tanpa ku duga tamparan keras tiba-tiba mendarat di wajahku. Refleks ku pegang pipiku. Tamparan ini sungguh perih bahkan bibirku sampai berdarah, kerap kali aku mendapat pukulan dari pria kejam di hadapanku ini, jika saja ada sesuatu yang tak sesuai keinginannya.

Aku tak bisa berkata-kata merasakan rasa sakit itu. Dan airmata ku pun mulai mengalir.

"Apa kesalahan yang kamu lakukan hari ini? Hah!" Bentaknya.

Aku menggeleng pelan, Aku tak bisa menebak.

"Jawab Asti! Sebelum kemarahanku menghabiskan nyawamu!" Geramnya.

Ku lihat wajah itu semakin merah membara, seakan di rasuki setan tangan kanannya segera meraih ujung rambutku dan menariknya kuat. Aku berteriak, berusaha melepaskan diri tapi dia terlalu kuat. Tiba-tiba aku teringat kalau di meja makan belum ada satu pun makanan yang tersedia, mungkin inilah alasan dia Awan naik pitam.

"Uang yang Abang kasi sudah habis bang." Jawabku gemetaran.

"Habis?" Tanyanya datar.

"Iya, habis dan uang yang abang kasih itu ngak cukup. Uang seratus ribu untuk sebulan cukup sampai kemana Bang?" Ku coba memberanikan diri untuk membantah.

"Ngak cukup kamu bilang? Isteri macam apa dirimu! Dasar boros!"

Aku menggeleng putus asa dan perlahan dia melepaskan cengkraman nya di rambutku, aku sedikit lega tapi sayangnya itu tak bertahan lama.

"Ah, sakit bang! Apa yang abang lakuin?" Tanyaku sambil memegangi tangannya yang mencekik leherku. "Bang, lepaskan! Aku bi-bisa mati!" Ujarku berusaha melepaskan diri darinya.

"Kalau terus-terusan kamu kayak gini aku bisa aja Aku ceraiin kamu!" Awan segera melepaskan tangannya dari leherku.

"Jangan, kumohon Bang maafin Aku, mulai hari ini Aku akan mencari pekerjaan supaya setiap hari Aku bisa siapin makanan buat Abang." Ucapku pelan.

Aku tak tahu kenapa aku bisa bertahan sejauh ini. Tak terasa pernikahan yang ku jalani sudah berjalan hampir lima bulan, selama itu suka duka dan penyiksaan ku lalui tanpa adanya rasa mengeluh. Aku sudah ikhlas menerima setiap perlakuan kasar dari suamiku.

Namun pagi ini ada yang aneh, Aku merasa seperti tak enak badan. Merasa meriang dan bercampur aduk. Di tambah lagi di dapur tidak ada bahan makanan apapun yang bisa di masak.

"Bang, kepalaku pusing aku butuh obat?" Pintaku padanya yang masih berdiri dengan malas.

"Kamu pikir kau siapa! Berani mengeluh padaku urus saja dirimu sendiri! Jangan banyak drama!" Katanya kesal.

Aku tak kuasa menyahut tapi rasanya badanku sudah tidak kuat lagi, badanku menggigil hebat. Dan mataku mulai kabur serta berat sekali rasanya, sehingga Aku tak kuasa lagi untuk membuka mataku.

"Gimana keadaan isteri saya?"

Samar-samar ku dengar suara suami, tapi kesadaran ku sepenuhnya belum pulih, Aku masih bingung apa yang terjadi denganku? Perlahan segera ku buka mataku dan astaga di mana Aku? Ini bukan kamar kontrakan ku. Aku bisa mengingat jelas, ruangan ini memang bukan kamarku.

"Isteri kamu baik-baik saja, dia cuma kelelahan. Maka dari itu di jaga dulu ya pak isteri nya, takutnya nanti berpengaruh sama janinnya." Jelas orang yang suamiku tanyai.

Ku lirik Awan dan pria paruh baya yang berdiri disampingku, pria itu ternyata adalah seorang dokter. Dia tersenyum dan segera berjalan keluar.

Merasa sepertinya Aku sudah sadar, Mas Awan pun menoleh.

"Tadi kamu pingsan!" Ucapnya langsung.

"Pingsan? Hanya pingsan? Mengapa bisa?" Tanyaku pelan

"Kamu pingsan karena kamu hamil."

'Hamil? Ya Tuhan sebegitu cepatnya kah? Padahal sebenarnya Aku masih belum siap. Aku tidak yakin jika semua ini akan baik-baik saja tapi ternyata Allah lebih percaya padaku.' Batinku sedih.

Aku sedih karena sikap kasarnya Awan sehingga membuatku hampir-hampir saja memilih untuk kembali kepada kedua orangtuaku tapi nyatanya sekarang aku justru hamil.

"Kamu cuma kecapean jadi nanti kalau di rumah jangan terlalu di porsir tenaganya, lagian kerjaan mu cuma di rumah." Jelas Awan tidak suka.

"Beban ya kalau ternyata Aku hamil?"

"Ngak juga sih."

"Lalu kenapa wajah abang kayak ngak bahagia?"

"Ngak penting buat kamu tahu." Jawab Awan tegas.

Aku tak menjawab dan coba bersikap tenang. Semua yang terjadi ternyata tak seperti film yang biasa ku tonton, dimana seorang suami akan bahagia jika mendengar isteri nya hamil. Aku tertawa sendiri dalam hati, menertawakan kebodohanku yang terlalu naif.

Aku bangun dari ranjang sakit itu, menahan sesak di dadaku, biarlah aku tak perduli!

"Pelan-pelan." Katanya.

Kupikir Awan tak memperhatikan saat Aku yang bangun sembarangan.

"Apa perduli mu?" Tanyaku.

"Karena kamu isteriku! lagian ni ya kalau kamu tambah sakit, siapa juga yang bakalan susah dan kerepotan, Aku jugakan."

"Udahlah bang ngak usah sok perduli, aku ngak butuh perhatian khusus dari abang, toh aku cuma status di buku nikah! Bukan sampai ke hati abang."

Awan tak menggubris omelanku dia malah memegangi lenganku dengan hati-hati, menuntunku agar bisa berdiri.

'Ya Tuhan, kenapa waktu pingsan tadi ngak langsung bablas aja ke akhirat biar dia tahu gimana sakitnya ditinggal. Ah bodoh sudah pasti dia tidak akan sedih, toh dia tidak mencintaiku kan?'

"Kita akan langsung pulang, biaya pengobatan tadi sudah ku bayar!" Katanya mengalihkan pembicaraan ku tadi.

"Dari mana abang dapat uang?"

"Itu tanggung jawabku dan kamu ngak perlu tahu."

"Aku ini siapa sih bang? Kenapa semuanya harus rahasia?"

"Udahlah jangan bawel! Kita sedang di rumah sakit, ngak malu apa dari tadi ngomel terus."

Aku tak menjawab dan terdiam seribu basa dibuatnya. Lucunya hidup ini, harus pasrah oleh keadaan. Rasanya Aku tak ingin pulang, Aku enggan untuk pergi dari sini, tapi melihat ku yang tak ada respon Awan tiba-tiba menyentak tanganku.

"A-aduh bang sakit!"

"Aku paling ngak suka jika ada orang yang diam-diam melawan! Jadi cukup sekali Aku bicara dan kamu harus peka."

Dia terus menarik tanganku dan menyeret ku untuk segera keluar dari ruangan itu. Tanganku sungguh sakit tapi apa gunanya berteriak memohon agar dia mengasihi ku, nyatanya pria yang bersamaku ini kejam.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
54 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status