Disekolah Oza banyak melamun sendiri hingga membuat teman-temannya merasa kasian, gadis itu tak banyak mengobrol dan juga tak banyak. Bahrain mencoba untuk mengatakan semua yang ia ketahui selama ini, namun jika suatu saat nanti gadis itu tak mau menemuinya lagi pemuda itu harus siap. Pemuda itu datang memasuki gerbang sekolah dan menunggu Oza yang baru saja selesai jam ketiga, ... Gadis itu tengah bersama Vera dan juga Puri. “Weh, kak Bahrain tuh,” cewek itu menoleh ke arah parkiran lalu tersenyum kecil.
“Kak, long time no see.” Sapa Vera yang berjalan di belakang mereka, Puri mencibirnya karena perempuan itu berlagak seperti orang Inggris, namun hal itu disambut dengan tawa oleh sang pemuda.
“Sok British loe,” hardik Oza yang langsung berjalan melewati kedua perempuan dibelakangnya itu. Gadis itu tau jika kedatangan pemuda tersebut pasti ingin membahas sesuatu yang penting, itu kenapa Oza menarik lengan kemeja Bahrain dan menjauhkannya dari dua g
Hari ini Oza tau arti dari sebuah harapan, hari ini ia tau jika tidak ada harapan adalah sesuatu yang orang-orang inginkan. Gadis itu memandang wajah sang kakak perempuannya dengan tatapan sulit dipercaya, lantas apa yang salah dengan sikapnya selama ini. Kakaknya sendiripun sibuk dengan urusan pribadinya, tak ada yang akan mendengarkan semua keluhannya, sampai Bahrain datang dan mengulurkan tangannya. Badra saja seolah-olah tak peduli padanya lalu sekarang? Kenapa semua orang terlihat begitu care padanya? “Ini, ... ada apa?” Ujarnya seraya memandangi satu persatu wajah keluarganya. Tak ada satu orangpun yang menjawabnya beberapa menit kemudian seseorang datang dari arah belakang sambil tersenyum kecil padanya, alangkah terkejutnya gadis itu dengan kedatangan sang pemuda yang bahkan pemuda itu mengatakan jika dirinya tidak bisa kembali untuk waktu yang lama.Oza menatap manik itu tak percaya tidak terasa air matanya luruh berjatuhan, “hey, kok nangis.” Gadis itu semakin te
Jam keempatnya itu Oza gunakan berselancar di internet meskipun demikian ia tak begitu mengikuti pergerakan bibir orang-orang di Twitter maupun Instagram, gadis itu cukup membatasinya dalam jumlah yang cukup. Bagi Oza kuotanya mahal jika digunakan untuk hal tak berfaedah seperti ini, ... Namun entah mengapa ia tiba-tiba sangat ingin mencari informasi terkait aktivitas Badra yang berada diluar negeri, ucapan Bahrain seolah terngiang di dalam benaknya. Jam yang biasanya digunakan untuk ke kantin sekolah dan berburu makanan kecil, itu ia gunakan untuk membuka sosial media. Gadis itu menyipitkan matanya saat membuka akun Instagram Badra, biasanya pemuda itu tak akan membuat akunnya menjadi pribadi dan dikunci tapi mengapa tiba-tiba perasaannya tidak enak, ... Puri yang baru saja sampai dan melihat sosok Oza yang masih sibuk dengan ponselnya berinisiatif untuk mengerjainya.Puri berjalan dengan termindik-mindik kemudian mengejutkan gadis cantik itu, “Oza!!” Kejut
Setelah memberikan suguhan pada para tamu, Oza menatap wajah kedua pemuda itu dengan bingungnya. Perempuan itu bahkan tak mengetahui alasan jelas mengapa tiba-tiba perasaannya menjadi gelisah seperti ini, Oza menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskan nafas secara teratur. Gadis cantik itu terlihat hampir menegurnya karena terlalu lama mendiamkan lelaki tersebut akan tetapi dirinya juga tak mau terlalu banyak bicara pada pemuda yang jarang ia lihat disebelahnya itu, ... Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap ke arah Bahrain agak sedikit menjauh ketika wajah keduanya mendekat secara bersamaan. Tak seperti biasanya pemuda itu yang akan memulai pembicaraan mereka berdua kini gadis itu semakin menarik perhatian pada sang pemuda yang terus menatapnya dengan pandangan sulit, Bahrain menggenggam tangan perempuan itu erat-erat. Lalu melangkah menuju pintu keluar meninggalkan tanda tanya pada sang gadis. "Ada apa kak?" Ujar Oza memberanikan dirinya."Kamu uda
Pekara masalah telur harusnya Bahrain banyak mengalah dengan gadis yang lagi mengomelinya agar memberikan sedikit saja pada anak itu, Bahrain mendengkus panjang saat mencapai titik kesabarannya itu. Bukan karena ia telah mengenal lama gadis cantik yang lagi mengurus tugas sebagai Tante yang baik, bukan, karena itu. Akan tetapi dirinya juga tak bisa menahan diri agar tak melepaskan apa yang seharusnya menjadi miliknya lagi. Sudah tiga tahun berlalu melewati batas pertemanan yang telah mereka lakukan hingga kini perasaannya masih saja sama tanpa kepastian dari sang gadis, merasa jengkel ketika pria lain disebutkan terus menerus dalam perbincangan hangat mereka membuat Bahrain mencoba untuk selalu memahami maksud gadis cantik itu yang selalu mengalihkan perhatiannya dari topik pembicaraan keduanya. “Gimana kuliah?” Ujar lelaki itu yang sedikit tersenyum pada sang bayi.“Ha? Hm, gitu aja sih. Gak ada yang spesial ...” Bisiknya pelan.“Kamu kaya malas-malasan ambil
Pagi ini gadis itu mengulas senyum bahagia karena yang ia tunggu selama ini telah kembali, pemuda itu telah kembali. Gadis itu berdiri dan melangkah keluar dari kamar lalu menuruni tangga menuju lantai bawah, Oza tersenyum pada setiap anggota keluarganya yang sedang menatap wajah sang gadis dengan bingungnya. Oza bahkan melakukan hobinya kembali yaitu menggoda sang kakak perempuannya, “heleh, ... Masih pagi udah bikin orang lain keracunan. Ingatlah wahai kaum muslimin diatas langit masih ada kaum jomblo, ...” Arasya hampir saja melempar spatula masak ke arah kepala sang adik.“Ya makanya jangan kebanyakan nungguin yang gak pasti, move on dong!” Arasya menanggapinya dengan tatapan tak santai, perempuan yang tengah memasak sarapan untuk keluarga kecilnya itu melengos dari hadapan sang adik dan segera memasuki kamarnya.Bunda menggeleng kepalanya heran, kedua putrinya tak pernah berubah dari dulu sama saja. Kelakuan anak perempuannya tetap saja seperti dua a
Oza tak bisa mengerti demi letak kesalahannya selama ini, perempuan itu selalu mengikuti keinginan pemuda yang kini tengah merajut kasih dengan wanita lain, perempuan itu menatap lurus dirinya yang juga tak berubah dari hari sebelumnya. Namun keadaannya begitu berantakan karena patah hati pertamanya kemarin, ia akui itu adalah patah hati pertamanya yang paling hebat hingga membuat dirinya tak bisa terlelap dalam tidurnya. Arasya dan keluarganya telah pergi meninggalkan rumahnya— rumah orang tua mereka, beberapa hari lalu ketika gadis itu sedang dalam keadaan tak baik. Oza tak bisa mengantarkan sang kakak perempuannya pergi ke rumah baru dengan benar, ... Namun perempuan itu berjanji akan datang jika ia memiliki banyak waktu senggang. “Kamu tuh jangan ngegalau aja kerjaannya! Bantu bunda sini!” Omel bunda yang melihat sang bungsu terpaku dalam lamunannya.“Gak mood, Bun.” Lengosnya yang menaikki tangga rumah menuju kamarnya, ... Gadis
Puri mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh sang dosen ketika mendengar penuturan sang dosen tentu saja ia tak begitu fokus pada apa yang dijelaskan sang dosen dan pastinya ia sendirian, karena terlalu malas untuk berurusan dengan dosen hukum membuat sang teman memilih setia diluar. Oza menunggunya dengan bosan selama berada diluar ruangan tersebut bukan apa-apa, tetapi dirinya berdiri di sana sejak jam mata kuliah ketiga selesai dan lebih parahnya lagi ketika Puri mengajaknya untuk mengantar ke ruang dosen perempuan tersebut mengiyakan tanpa berpikir panjang, ... Setelah selesai melakukan perdebatan tersebut di dalam Puri keluar dengan wajah kesalnya. Ah ya perempuan itu juga langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu dan tak menolehkan kepalanya pada Oza, itu cukup membuat gadis cantik itu terkejut dengan sikap acuh Puri. “Buat apa loe ajak gue kalo gue dikacangin kaya gini Pur?” “Ya biar loe gak bosen,” ujar sang lawan bicara. Oza mendengkus panjang
Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap ke arah jendela merupakan hal lumrah baginya ketika sedang melamun sendiri dikamar, perempuan itu agak tersenyum memaksa ketika kedua orang tuanya mendadak harus keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Sendirian di rumah bukanlah kegiatan lama setelah sepeninggalan Arasya memiliki keluarga sendiri, namun bukannya sudah waktunya juga bagi Oza untuk mencari pengganti Badra? Perempuan itu tak memunafikan dirinya sendiri, jika ia sudah bisa melepas semua masa lalunya bersama pemuda itu. Akan tetapi dirinya juga perlu untuk berbahagia dengan masa depannya sendiri, mungkin. Puri yang sudah ribut meminta agar diberikan keponakan dari perempuan tersebut tidak mau menghentikan aksinya yang sudah terjadi sejak beberapa hari lalu. Ponselnya bergetar ketika mendengar suara sang penelepon berbicara, perempuan itu agak mengerutkan keningnya heran. “Hallo?” Ujarnya. Tak ada suara atau balasan dari sang penelepon