ホーム / Romansa / Rain Sound / Master cinta berbicara

共有

Master cinta berbicara

last update 最終更新日: 2020-12-17 20:08:16

Rain Sound

jomblo relatif yang gak relatif itu rasa nyaman

Hari ini maksud dari perginya Oza adalah mencari tempat PKL. namun siapa tau kalau dirinya akan menimba ilmu di tempat calon mertuanya. Tentunya itu dalam mimpi gadis itu pastinya. "Lo yakin ini tempatnya?" tanya Oza agak ragu. Karena tempat ini tak seperti kantor kecil melainkan perusahaan besar seperti kantor yang ada di perumahan elite.

"Ya yakinlah!" ujar Puri terlihat meyakini Oza. "Mau dapat tempat PKL kan? udah di sini ajh." Oza masih belum terlalu yakin dengan pilihan Puri. Tapi gadis itu sudah menghubungi dua temannya untuk ke sini.

Bahrain menunggu sampai orang yang akan dipekerjakan oleh ayahnya datang. Dalam hal ini dia tak mau banyak ada perdebatan tentang bagaimana watak sang ayah. "Nanti kalo ada cari saya, panggil di ajh di ruangan itu," tunjuk Bahrain mengarahkan tangannya pada ruangan yang tertutup.

Mirna mengangguk sambil tersenyum pada atasannya. Sejak awal dia tidak ingin meneruskan usaha orang tuanya. Karena paksaan dari sang ayah, dia terpaksa harus menguasai dunia bisnis.

"Udah lama nunggunya? Mari saya antar ke ruang pak Rain." Ajak pegawai itu dan berjalan mendahului mereka berempat.

"Siapa pak Rain?" bisik Nida yang penasaran dengan bos di sana. Vera mengedik bahu tak tau lalu Nida menoleh ke arah Puri yang langsung mendapat sambutan hangat dari tangannya. "Sakit, Pur!" keluhnya merasa kesakitan. Oza menggeleng cepat kepalanya heran.

Arasya berteriak memanggil nama sang adik yang saat ini tak berada di rumah. "Oza!!!!!!" pekiknya dan langsung disapa oleh angin kencang serta jangkrik. Krik. Krik. "Bunda! Ke mana si bontot?" teriak Arasya tak selow.

"Apa sih kamu teriak-teriak?" tegur bunda yang pusing mendengar suara teriakan Arasya. Namun gadis itu hanya tersenyu malu.

"Abis rumah sepi sih ... Emang bunda abis dari mana?"  Bunda memutar bola matanya malas dan melengos masuk ke dalam rumah.

"Eh, rumah gak ada orang? Kok sepi?" ujar bunda yang ikut bingung.

Arasya menatap wajah bundanya kesal dan langsung menuju dapur. Tadi juga dia bertanya seperti itu kan? Kenapa bundanya loading sekali. "Bun aku bawa teman, dia mau ada perlu bentar di sini gak apa-apa kan?" Arasya meminta izin pada bunda.

Bunda tak begitu mendengar izin dari anak sulungnya itu. Saat dirinya ingin menjemput temannya itu, "eh mau ke mana?" tanya bunda yang baru ngeh kalau anak pertamanya itu ingin keluar lagi.

Oza masih menganga atas keterkejutannya yang belum juga sadar. "Za? Za!" gadis itu merapatkan bibirnya lalu menyunggingkan senyumnya dengan manis.

Puri yang melihat langsung mengulum bibir masam. Dia bisa menebak akan reaksi yang terjadi pada cewek disampingnya itu. Tak mungkin berhenti begitu saja kali ini, dan akan dipastikan bahwa pemuda itu langsung meloloskannya tanpa tes apapun.

"Kalian bisa PKL di sini besok, dan kalian bisa pakai panggilan normal kaya disekolah." ucap,  Bahrain seraya tersenyum manis sekali.

Oza menahan jeritannya yang terlampau senang dan mencengkeram erat kaitannya pada Puri. Sedangkan Puri menahan diri agar berteriak keras di depan mata teman sebangkunya itu. Ketika Bahrain pergi meninggalkan ruangan yang masih tersisa keempat gadis itu.

Puri langsung mencekik leher Oza dengan secara spontan. "Uhuk! Uhuk!" Nida hanya menonton aksi Puri yang hampir membunuh temanya itu.

"Kenapa gak sekalian bunuh ajh?" sindir, Vera yang melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Oza terengah-engah mengatur nafasnya yang habis tercekik sama Puri. "KALIAN JAHAT?!! GAK LAIK AKU?!" pekiknya marah dan berlalu begitu saja.

Ketiga temannya mengernyitkan keningnya dan tertawa melihat tingkah Oza yang konyol. Mereka masih tertawa lepas dan tak ingat kalau mereka masih di kantor orang.

Mereka menuju perjalanan pulang ke rumah dan mengambil keputusan untuk mampir sebentar ke cafe dekat sana. Tak biasanya gadis itu akan ingat dengan kakaknya yang sangat menyebalkan menurut gadis itu. Dan tidak biasa juga sore ini Oza memakai tranportasi online.

Saat sampai dirumahnya. Gadis itu terkejut melihat sosok yang selalu membuat dirinya kesal. "Kapan ini berkesudahan?!" geramnya kesal dan langsung melangkah ke arah kamar tidurnya. "Siapa sih itu yang di depan. So cool amat geli?!" teriak Oza.

"He dari mana lo?" tanya sang kakak yang memperhatikan kondisi adiknya agak berantakan. Oza tak menjawab dan malah memincingkan mata tajam lalu bergegas meletakkan ponselnya. "Ditanya juga!" omelnya yang mengikat langkah adiknya itu.

"Bukan urusan lo," jawab, Oza tak santai.

Arasya mengangkat bahu acuh lalu berjalan ke arah pintu.

Dikamar bunda mengeluh sama ayah tentang anak-anak yang tak pernah akur. Namun ayah hanya menjawab sekenanya saja, "nanti juga akur, Bun." jawab, ayah apa adanya.

Bunda mendengus dingin dan melenggang keluar dari kamar. Tanpa menghiraukan panggilan ayah yang akan mengajaknya jalan-jalan.

"Kalian tuh gak malu? Ada tamu juga!" tegur bunda yang bosan mendengar suara pertengkaran kedua anaknya itu. "Kalian harus yang akur, biar kalo nanti terpisah karena sudah bersuami ada yang membawa kalian kenangan bersama nantinya. Jadi kalian gak boleh sesering bertengkar lagi. Kan gak selamanya ayah bunda ada di dunia, umur gak ada yang tau kan?" ayah tersenyum manis pada sang istri lalu merengkuh tubuh bunda ke dalam dekapannya.

"Masternya cinta," sahut, ayah bangga.

Oza dan Arasya saling bertukar pandang dan meminta maaf satu sama lain. "Maaf," ujarnya, lebih dahulu.

"Maaf juga," balas, Oza yang memeluk tubuh kakaknya.

Jika saja bunda tak keluar dari tempat persembunyiannya maka bisa dipastikan kedua kakak beradik itu tak akan damai. Arasya tersenyum simpul pada bunda dan ayah lalu mengucapkan terima kasih.

"Makasih, yah, bun." Ucapnya, seraya menghapus air matanya. Oza ikut menyusul kemudian memeluk ketiganya.

"Kak, itu siapa?" tanya Oza yang menunjuk cowok yang lagi duduk memandang keluarganya.

"Ouh itu, namanya Badra." Oza mengangguk sambil melangkah ke belakang dapur. Walaupun diam-diam mengambil susu kambing untuk tamu kakaknya itu.

Arasya mengobrol dengan ayah sebentar lalu membawa nampan berisi sajian untuk tamu ke depan. Matanya melotot kaget saat melihat susunya tak ada. Arasya menggeram marah dan akan berteriak murka.

Badra sudah langsung menyela dan tak masalahkan hal itu. "gak apa-apa," tukasnya dengan tenang dan ikut terbawa pada Arasya.

"Anak itu, awas ajh!" gerutunya kesal.

Bunda tertawa bersama Oza yang lagi mengerjai sang kakak. Kadang bunda ikut jahil saat anaknya sedang menjahili saudaranya. Ketiganya beradu tos satu sama lain dan jangan lupa ayah dengan tawa recehnya, ... Arasya sepertinya benar-benar  kesal karena selalu mendapat tanggapan seperti itu. 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Rain Sound   Epilog

    3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.

  • Rain Sound   Lamaran

    Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s

  • Rain Sound   Forgive me

    Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit

  • Rain Sound   Be mine?

    Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya

  • Rain Sound   Hati yang baru

    Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza

  • Rain Sound   Memaafkan mereka

    Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status