Home / Romansa / Rain Sound / Cuci piring

Share

Cuci piring

last update Huling Na-update: 2020-12-17 20:12:28

Rain Sound


Oza tak bisa berhenti mengukir senyuman manisnya saat tau bahwa pemuda itu bos tempatnya magang. Gadis itu berguling-guling di atas kasur sambil mengembangkan senyumnya itu yang tak berhenti terbayang.

Rasanya seperti ingin berteriak dan langsung memeluk tubuh pemuda itu dengan erat. Namun apa daya dia hanya seutas makhluk mikroba. 

Suara pintu yang terketuk membuat kepala gadis itu menoleh dan berhenti bertingkah konyol. Oza masih menganga ketika menatap wajah orang yang selalu ingin membuatnya teriak-teriak mengamuk. "Lo ngapain di kamar gue?!" Galaknya yang menaruh kedua tangannya di samping.

Badra menukik satu alisnya heran kemudian mendengus dingin. "Bilang kakak lo, gue pulang." Ucap, Badra tanpa memberikan penjelasan lebih.

Oza menipiskan bibir lalu berlari ke arah jendela kamar. Gadis itu menatap wajah Badra yang sedang mengeluarkan motornya dari pekarangan rumah. Oza hampir tersedak ludah saat cowok itu membalas pandangan matanya. Dengan gugup dia mengalihkan pandangannya ke jendela rumah depan.

Arasya menarik satu kursi meja makan saat berada di ruang makan. Cewek tomboy itu tau jika temannya sudah pulang dan menemui adiknya untuk berpamitan. Namun yang dia tau Badra tak pernah mau repot-repot mencari orang jika ingin pergi meninggalkan tempat itu. "Bun, biasanya tuh kalo cowok mau repot-repot cari orang buat pamitan kenapa ya?" Tanya Arasya yang lagi menyantap makanannya.

"Biasanya, ada something si kak, kenapa?" Arasya mengalihkan perhatiannya ke arah kamar adiknya. Lalu manggut-manggut paham, rasanya tidak pas jika dia bahas tentang apa yang belum tahu kebenarannya.

"Hng ... Nggak si, Bun. Tanya ajh, kaya aneh ajh liat teman kakak kaya gitu. Bukan dia banget," bunda mengangguk lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju tempat cucian piring.

"Kalo udah selesai makan, cuci piring." Tukas bunda yang mematikan keran air.

Arasya menghela nafasnya panjang dan menyahut apa adanya. "Hm," gadis itu langsung membereskan sisa makanan yang ada di meja.

Oza turun dari kasur lalu menggoyangkan tangannya riang. Dia menyeringai lebar melihat kakaknya yang sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. "Sekalian pel juga, terus itu jangan lupa kamar mandi kosrek sampai bersih." Katanya memberi perintah. Putri sulung dari dua bersaudara itu mengabaikan celetukan adiknya.

"Gak ada niat bantu gitu?" Balas, Arasya menawarkan bantuan pada gadis itu. Oza terlihat berpikir tentang hal itu. Namun bukannya menerima, gadis itu malah berkata pongah dan melenggang pergi meninggalkan kakaknya yang tak bisa mengejarnya.

"Gak ah, nanti tangan cecan kasar. Bwahaha," tawa Oza pecah melihat penderitaan sang kakak yang tak bisa berkutik sama sekali.

Arasya mendengus sebal lalu melanjutkan aktivitasnya yang sedang mencuci piring. "Apanya yang lucu sampai gitu banget ketawanya," keluh, Arasya yang hampir menyelesaikan tugas dari bunda.

Anak itu berlari sambil membawa alat makan stainless steel yang biasa bunda pakai buat kue. Saat anak itu terpeleset di dekat pintu depan, karena ingin membeli jajanan pasar. Bunda yang mendengar suara ribut-ribut langsung saja keluar. Tapi bunda tak mengkhawatirkan keadaan putrinya malahan keadaan alat makannya yang lumayan mahal. "Aduh, ini gak apa-apakan?" Oza menggeleng pelan sambil melemas. Bunda merebut alat makan itu dan membawanya kebelakang sehingga Arasya yang melihat tak bisa menahan rasa untuk tak tertawa.

"Bwahaha, ... Aduh, perut gue ... Hahahaha. Ya Allah, kasian banget lu neng." Arasya menghapus air matanya yang mengalir karena tak bisa menahan rasa gelinya.

Oza ingin menangis saja mempunyai keluarga yang seperti ini. Dengan terpincang-pincang gadis itu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamarnya marah. Brakk. 

Arasya terperanjat dan langsung diam melihat adiknya yang marah. Cewek cantik itu mengulum bibirnya basah dan melangkah menuju ke arah kamar anak itu. Sang kakak mencoba mengetuk pintunya agar mau dibukakan oleh Oza. Namun tak ada sahutan dari dalam.

Oza menangis tersedu memegang bagian tubuhnya yang sakit. Dia mengobatinya dengan pelan tapi tetap saja sakitnya masih terasa. Gadis itu mengambil jaket dan memesan taksi online untuk pergi ke rumah Vera. Sepertinya ia ingin menginap gratis malam ini di rumah Vera.

Arasya masih mengetuk pintunya. Namun saat pintunya sudah dibuka cewek itu diam saja dan tak bertanya apapun pada anak itu. Oza melangkah begitu saja tanpa mau mendengarkan sang kakak dulu. "Za," teguran itu tak digubris oleh Oza yang masih marah.

Sang kakak menghembuskan nafasnya berat dan langsung melangkah menjauh. 

Oza diam saja sesampai di rumah Vera. Dia juga tak memberi tau maksud dari kedatangannya. "Per, gue nginap ya, semalam doang." Vera terkejut, belum membalas ucapannya Oza sudah melanjutkan kata-katanya. "Kalo lo gak mau juga gak apa-apa." Lanjutnya yang berdiri.

"Ih, bukan gak boleh. Ya bolehlah, justru gue gak ada temennya!" Omelnya dan Oza mengulas senyum tipis.

Vera dan Oza menghabiskan waktunya berdua di kamar. Orang tua Vera juga mengizinkan gadis itu menginap semalam. Terlalu banyak obrolan yang tak dimengerti oleh orang tua temannya itu. Akhirnya mereka berdua disuruh masuk ke dalam kamar.

Pagi ini. Bahrain cukup terkesima dengan sikap baru ayahnya yang tak pernah membuat sarapan dan mengajaknya makan bersama secara langsung ke kamarnya. 

Namun itu tak bertahan lama. Saat istri baru ayahnya keluar dan menggendong bayi yang baru beberapa bulan. Bahrain memutuskan untuk pergi ke sekolah lebih cepat. Sampai sang ayah berteriak, tak dia dengar. 

Vera yang awalnya melakukan siasat untuk menelpon Arasya, kakak dari Oza. Itu dia urungkan karena gadis itu lebih dulu masuk ke dalam mobil bersama papahnya. Papah Vera sangat senang kalau anaknya mendapatkan teman yang bisa menginap setiap hari dirumah. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah orang tua Oza. 

Saat berada di dalam perjalanan menuju sekolah sebuah mobil memberhentikan mereka. Bunda keluar dan memeluk Oza yang juga keluar dari mobil. Bunda menangis lalu meminta maaf atas sikapnya itu. 

Oza mengangguk dan tersenyum. Gadis itu menggerakkan tangannya mengusap air mata ibunya itu. "Bunda minta maaf," lirih bunda.

"Gak apa-apa, Bun." 

Vera dan Oza masuk ke dalam mobil lagi dan berangkat bersama menggunakan mobil gadis itu. Ketika sampai, Nida berteriak memanggil nama kedua-duanya. Puri mengernyitkan dahi saat melihat kedua temannya berangkat bersama secara berbarengan. "Lho, kalian berangkat bareng gak ngajak?" Tanya Puri yang ngedumel sendiri.

Vera dan Oza tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan tak penting dari teman mereka. "Gue tuh nginep di rumah, Pera." Jelas Oza yang melengos ke arah kelas.

Vera mengangguk sambil tersenyum jahil. "Kalian iri ya..." Ledek Vera pada Puri. Nida memutar bola matanya malas lalu merangkul tubuh Vera dengan santai.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rain Sound   Epilog

    3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.

  • Rain Sound   Lamaran

    Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s

  • Rain Sound   Forgive me

    Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit

  • Rain Sound   Be mine?

    Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya

  • Rain Sound   Hati yang baru

    Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza

  • Rain Sound   Memaafkan mereka

    Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status