Torrance membuat kami semua kebingungan. Tapi aku memperhatikan wajahnya yang berfikir serius seperti itu. lucu.
Torrance, Hary dan aku melanjutkan berbincang. Sedangkan Kasloff kembali ke tempat tidur. Namun tidak seperti tadi saat dia hanya memainkan ponselnya. Matanya tertutup seperti orang yang sedang tidur. Aku sangat heran, apakah mahluk seperti mereka juga memerlukan istirahat?
“Kalian istirahatlah! Ini sudah hampir pagi,” Mereka hanya saling pandang seolah perkataanku adalah hal yang salah.
“Hmm. Oh tentu. Hary ikutlah kerumahku. Kau perlu istirahatkan?” Torrance tertawa dengan ucapannya sendiri. Sedangkan Hary hanya merasa aneh dengan ajakan Torrance. Hary hanya mengangguk.
“Istirahatlah dengan tenang. Aku akan selalu menjagamu,” Hary mengelus lembut rambutku. Dia seolah tidak ingin pergi walaupun hanya selangkah dari hadapanku.
“Aku percaya padamu. Tapi di sini sudah ada kakakmu yang menjagaku. Kau tidak perlu khawatir.”
<Seward sepertinya sudah bangun. Suara dari bawah sudah terdengar samar-samar di telingaku. Sepertinya dia sedang memasak. Kasloff segera turun ke lantai bawah untuk membantu Seward. Mereka sudah langsung akrab, padahal baru saja saling mengenal. Ketika aku turun dari kamar. Semua orang sudah ada di meja makan. Ada Torrance, Hary dan John. “Sang koki sudah menyiapkan makanan. Mari kita makan!” Ucap Torrance dengan riangnya. Perasaanku senang melihat orang-orang yang aku sayangi tertawa senang. Kulihat Kasloff dan John beberapa saat hanya memandang makanan yang di buat oleh Seward. Dan Hary seperti biasa hanya memakan buah-buahan. Kasloff sedikit terkejut melihat apa yang Hary lakukan. “Mmm, bagaimana kalau nanti malam kita mengadakan camping? Di belakang rumah saja tidak perlu pergi ke gunung. Sekaligus merayakan Hary dan Yuri yang sudah belajar dengan keras di semester ini,” Ucap Torrance. Seward dan yang lainnya hanya saling memandang
“Yury, kau marah?” Tanya dia ketika aku terus memandang photoku yang sedang makan dengan mengerutkan kening. “Tidak. Aku aneh saja. Kenapa yang ini kau pajang?” Aku menunjuk photo itu. Dia tertawa. Tawa yang sangat lepas, tawa yang tidak pernah aku lihat jika kita sedang berada di luar rumah. “Lucu. Kau sangat menggemaskan.” Aku heran dengan penuturannya. Lalu aku berjalan melihat seluruh ruangan kamarnya. Ada banyak buku yang tertata dengan rapih. Bahkan sudah seperti perpustakaan kecil. Ada beberapaCDfilm yang berjajar di bawah tempat Televisi. Lalu sofa di dekat jendela denganviewmengarah ke perkebunan bunga milik warga di sana. Aku duduk di sofa dan Hary mengikuti duduk. Tanganku terus ada dalam genggamannya, sesekali dia mengecup tanganku. Aku menyandarkan kepalaku di pundak Hary. “Boleh aku bertanya?” Ujarku setelah hening beberapa saat. Dan jantungku berdetak dengan cepat. “Tentu saja.”
“Yuri. kau meninggalkan aku?! Kenapa tidak mengajakku?” Torrance berkata dengan wajah kesalnya. “Ayolah Torrance, aku tidak bermaksud meninggalkanmu. Tadi kami buru-buru, benarkan Hary? lagian kami Cuma pergi sebentar.” Ucapku menahan tawa. “Kau bilang sebentar. Seharian penuh kalian pergi. Sedangkan aku dan Seward sibuk menyiapkan semua perlengkapan untuk nanti malam,” Omel Torrance. Untung saja Seward menghampiri kami. Aku langsung masuk kedalam rumah dan pergi ke dalam kamarku. Kupikir aku harus mandi dulu. Namun ketika melihat laptop aku langsung teringat dengan email yang dikirimkan oleh Darren. Aku menghampiri laptopku, namun perasaanku tidak tenang. Seperti ada orang yang sedang memperhatikan aku. Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling. Ketika aku melihat kearah rumah Torrance, di balkon kamarnya ada seseorang yang sedang berdiri. Aku sangat kenal dengan postur tubuh itu. dia menatapku dengan wajah marah namun masih ada senyum yang me
Hari ini dengan malas aku membereskan semua perlengkapanku untuk ke Greendland. Tidak banyak baju yang aku masukan kedalam koper. Aku yakin baju yang disana masih muat ditubuhku. Besok keberangkatanku kesana. Seward sudah membelikan tiket, termasuk tiket untuk dirinya. Dia akan ikut ke Greendland. Beberapa kali aku menarik napas dengan berat. Ya, berat untuk kembali kesana. Aku sudah terlalu nyaman dengan tempat ini. “Ri! Riri ...” Terdengar panggilan dari lantai bawah. Suara ini langsung membuatku semangat untuk bergegas. “Oke ... aku turun Hary.” Dengan tidak sabaran aku berlari kearahnya. Memeluknya dengan erat. “Aku merindukanmu,” Ujarnya ditelingaku. “Aku juga sangattt merindukanmu.” “Maaf, besok aku tidak bisa berangkat bersamamu. Aku mendadak ada kegiatan yang harus diselesaikan,” Aku menggeleng, seolah mengerti apa yang menjadi kegiatan untuk Hary. Tentu saja berburu. “Oke, aku akan menun
Aku terus memperhatikan sekelilingku, perasaanku tidak tenang. Seperti ada seseorang yang terus memperhatikan gerak gerik kami dari jauh. “Kau tidak merasakan apa pun, Torrance?” Tanyaku penasaran. “Kau merasakannya juga?” Torrance malah balik bertanya. “Aku kira hanya perasaanku saja. Bukankah kita sudah di perhatikan sejak datang ke sini?” “Kau benar, ada seseorang yang memperhatikan kita.” Perkataan Torrance membuatku langsung mendekat ke arahnya. bagaimana jika itu Darren? tapi jika itu Darren pasti akan langsung menyerang. Tidak akan hanya melihat kami seperti itu. “Apakah berbahaya?” Tanyaku sedikit takut. “Tidak, dia tidak akan berani mendekatiku ... mahluk rendahan.” Desisnya. Setelah Torrance berbicara, orang itu hilang dari penglihatanku. Perasaanku sedikit lega, ada untungnya juga aku berteman dengan orang hebat seperti Torrance. “Bosan? Kau ingin mencoba hal baru?” Aku langsung menatapnya cur
“Memangnya kenapa? Aku dan Seward sudah bersiap untuk pergi.” Mommy menelepon pagi sekali. Dia mengabari jika aku tidak perlu datang ke Greendland. Aku menahan rasa senang di dalam hatiku. “Mommy ada urusan di Alaska. Mungkin, Mommy yang akan datang ke rumah Seward,” ucap Mommy. “Oke, kalau begitu semoga urusan kalian segera selasai.” “Semoga saja. Kalian jaga kesehatan disana.” “Pasti Mommy. See You!” “See you too.” Mommy menutup panggilannya. Aku langsung meloncat dengan senang, baju yang sudah aku masukan ke dalam koper, aku lemparkan satu persatu. Sebegitu senangnya sampai aku tidak menyadari siapa yang masuk ke dalam kamar. Seward menatapku dengan aneh. Matanya terus memperhatikan tingkahku. Bibirnya ikut tersenyum tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. “Ada apa? Kau menang lotere?” Suaranya mengagetkanku. “Mommy tadi mengabariku. Kita tidak perlu ke Greendland, me
De Javu Bukan rahasia lagi. Penampilan selalu nomor satu untuk Seward. Apalah aku yang hanya bisa tampil seadanya. Berkebalikan dengan Seward yang selalu tampil sempurna. Rapih dan tidak suka kotor, walau pun sedikit saja. Torrance beranjak dari duduknya. Tangannya terulur kepadaku. Aku memandangnya sebentar, lalu menggenggam uluran tangannya. Kami berjalan kearah ombak. Genggaman tangan Torrance masih setia. Dinginnya angin laut mengalahkan dinginnya tangan Torrance. Kami berhenti di depan ombak yang menghampiri kami. tanpa sadar aku tersenyum memandang laut luas di depanku. “Kau senang?” tanyanya. Aku menghela napas sebentar, “Tentu saja, kau tahu? Aku dan Seward seperti orang gila tadi pagi.” “Aku mendengar semuanya,” ucapnya dengan geli. Untuk beberapa saat bayangan lain muncul di kepalaku. Dengan jelas bisa kulihat Torrance sedang duduk di pantai memandang langit sore. Senyumnya tidak per
Dua hari ini aku merasa bebas. Bermain sepuasnya, menikmati waktu dengan sebaik yang aku bisa. Hari ini terakhir kami berada di pantai. Besok pagi kami harus kembali ke rumah. Mommy mengabari jika urusannya akan segera selasai dan segera menemuiku. Rencana mendaki gunung yang telah di siapkan kemarin batal begitu saja. Seward merasa kecewa. Sejak tadi dia tidak berselera melakukan apa pun. Torrance sendiri sudah bosan untuk mengajak Seward sekedar berjalan-jalan di pinggir pantai. Akhirnya kami hanya berdiam diri di vila. Aku dan Torrance keluar sebentar untuk mencari makanan, sekalian aku membeli beberapa souvenir untuk Hary dan Kasloff. Walaupun bukan barang mahal, semoga saja dia menyukainya. Perhatianku teralihkan ketika mendengar suara gemerincing dari cangkang kerang. Hiasan untuk di tempatkan di jendela, seperti tirai. Aku membelinya dua. Lalu aku melihat buku untuk menulis diary. Torrance yang melihatku terus menatap diary itu. langsung mengambi