Hari yang paling di tunggu oleh Darren datang juga. Semua hal untuk pesta pernikahannya bersama Maria sudah di buat semewah mungkin. Namun Maria tidak pernah sekali pun menanyakan segala persiapan untuk pernikahannya. Tidak masalah untuk Darren, yang penting Maria tetap berada di sisinya.
Pesta pernikahan di adakan di rumahnya. Hanya untuk berjaga – jaga, agar tidak ada kejadian buruk yang menimpanya atau pun Maria. Semua ke mungkinan yang akan menghambat prosesi acara, sudah di pertimbangkannya.
Penjagaan di luar rumahnya jangan di tanya lagi. Darren khusus menambah penjagaan besar – besaran hanya untuk acara pernikahannya. Walau pun acara itu hanya untuk satu hari satu malam saja.
Orang tua Maria dan Darren sudah datang dan duduk di meja terdepan yang sudah di tata serapih mungkin. Tamu undangan dari bangsawan sampai pemimpin daerah tetangga sudah mulai berdatangan.
Darren yang sudah siap sejak tadi, tidak dapat merasa tenang. Dia takut ada
“Kau bisa mencobanya,” ucap Maria. Perlahan dia mengusap leher Darren lalu ke dahinya. Menelusuri urat yang menghitam.Darren belum menyadari yang terjadi kepada Maria. Dia memandangnya dengan tatapan memohon. Memohon agar rasa panas itu di hilangkan saja.Darren melihat bola mata Maria yang berubah, dia hanya berpikir itu adalah reaksi dari penelitian yang Maria lakukan kepadanya.“Kau boleh mencobanya!” perintah Maria, namun matanya tertuju kepada beberapa tamu yang ada di lantai bawah. Dagu Maria menunjuk ke lantai bawah.Darren tidak menjawab, pikirannya sudah buntu. Di pikirannya hanya ada pertanyaan bagaimana mengendalikan dirinya yang mulai bereaksi sendiri.“Pergilah,” ucap Maria lagi. mendorong perlahan agar Darren segera turun dari lantai atas.Insting Darren langsung tertuju kepada salah seorang perempuan di dekatnya. Dia bisa mencium bau amis dari dirinya. Darren terus menatapnya dengan l
Semakin hari keadaan semakin memburuk. Orang yang Maria rubah menjadi drakula mulai berulah. Lebih parah dari Darren yang sudah bisa mengontrol dirinya sendiri.Kadang mereka bisa sewenang-wenang kepada manusia. Bahkan ada beberapa keluarga bangsawan yang menjadikan manusia sebagai kantong darah, di beri makan dengan layak, kamar yang nyaman. Lalu di ambil darahnya.“Darren, apa kau sudah puas?” tanya Maria.“Apa maksudmu?” Dar
Pikiran Maria sudah di penuhi oleh rencana. Saat ini, kehidupan manusia di pertaruhkan. Sedangkan Maria sendiri tidak di ijinkan untuk memasuki ruang penelitiannya. Dia ingin menghentikan semua ini. Bagaimana caranya?Maria mengeluarkan sebuah photo yang selalu dia simpan. Photo Albert, kenangan terakhirnya bersama Albert. Ketika dia kebingungan dia akan memandang photo itu dan berbicara sendiri, layaknya dia mengobrol dengan Albert.“Albert, apa yang harus aku lakukan? beri aku jawaban Albert,” racau Maria tidak karuan.Pintu kamarnya terbuka, Darren melangkah mendekati Maria. Darren membaringkan kepalanya di pangkuan Maria. dia menatap wajah Maria yang juga sedang menatapnya.“Kau masih kesal? Apa kau ingin jalan – jalan?” tanya Darren dengan suara lembut. dia mengusap wajah Maria.“Jika aku mau, aku akan jalan – jalan sendiri.” Wajah acuh Maria masih terpasang. Tidak ada senyum yang biasanya menghi
Aku kembali ke kehidupanku yang membosankan. Setelah berlibur bersama Seward dan Torrance, aku tidak memiliki aktivitas apapun. Seharian berada di rumah, kadang aku bertukar pesan dengan Hary.Hary sangat senang mengetahui aku tidak jadi pergi ke Greendland. Sama sepertiku yang tidak menduganya. Aku sangat berterima kasih kepada Torrance, walaupun dia pengangguran tapi dia tetap hebat di mataku.Lupakan soal Torrance. Dia tidak keluar dari rumahnya, aku yang ingin masuk ke rumahnya tidak pernah di ijinkannya. Dia memang mahluk yang paling egois yang pernah aku temui.
Seperti dugaanku, Torrance membuang bawaannya begitu saja. Dia tidak membawa apapun selain dompet dan ponselnya. Sedangkan Hary, dia hanya membawa jaket dan tas punyaku.Sejak tadi aku hanya memperhatikan ke terdiaman Hary. Aku tahu dia sedang memikirkan sesuatu. Sadar karena aku terus menatapnya, Hary tersenyum hangat ke padaku.“Apa kau sangat merindukanku? Dari tadi kau terus menatapku dengan lekat,” ucap Hary, aku tersipu malu mendengar pertanyaan Hary.“Tentu saja, aku sangat merindukanmu. Kalau bisa jangan pergi jauh lagi, semeterpun jangan pernah.”“Kau bisa saja.”Begitu kentarakah? Aku hanya memalingkan wajahku sambil menahan senyum, dan aku malah melihat Torrance yang terlihat sebal. Aku langsung merubah ekspresi wajahku. Lalu berdeham.“Aku tidak mau menjadi cicak di antara kalian, jadi selama liburan jaga sikap kalian! Di sini aku lebih tua dari kalian,” perintah Torrance.&l
Detik demi detik sudah terlewati, dan aku yakin dia orang serupa denganku. Tanpa sadar aku mundur dan hampir terjatuh, jika saja Hary tidak memegangku.“Aku ....” ucapku tidak jelas. Masih terkejut dengan apa yang aku lihat.“Kau kenapa? Apakah kau melihat ikan paus?” tanya Torrance bercanda.“Aku ... itu ... aku ...”“Apakah Darren ke sini lagi?” tanya Hary mengerutkan keningnya curiga.“Bukan, aku melihat ... aku?!” ucapku sekaligus bertanya kepada Hary.Hary yang mendengar pertanyaanku tidak mengerti. Apakah aku sudah linglung? Hary memegang dahiku. Dia masih menatapku dengan bingung.“Kau tidak apa – apa?” tanya Hary khawatir.Aku melepaskan tangannya. “Aku tidak sakit, aku melihat orang yang sangat mirip denganku. Tapi dia lebih cantik ...”“Tentu saja, kau tidak ada apa – apanya,” ucap Torrance mengejek
Ucapan selamat ulang tahun dari Maria membuat aku terdiam beberapa saat. Kenapa dia bisa mengetahuinya? Kenapa aku sendiri melupakan ulang tahunku?“Tadinya aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya, tapi yasudah lagipula dia lebih mengejutkanmu dari pada hadiah apapun kan?”Torrance benar, kehadiran Maria di tengah mereka membuat keadaan menjadi canggung seketika. Apalagi Hary, dia kadang memperhatikan antara aku dan Maria dengan seksama.Sama sepertiku yang terus mencari perbedaan di antara kami. Namun hanya sikapnya saja yang berbeda. Aku menghela napas, ingin untuk tidak percaya tapi sudah ada di depan mataku.“Kau ingin hadiah apa?” matanya yang dingin menatapku.“Aku? Aku tidak ingin apapun.”Dia mendekat ke arahku, duduk di sebelahku lalu memegang tanganku. Aku merinding seketika, tangannya memang sangat lembut. tapi lebih dingin dari tangan Hary.“Tentu saja, aku berbed
Sesaat sebelum tengah malam, Torrance pergi entah kemana. Dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Tinggal aku dan Hary di sini, di temani oleh orang – orang yang masih ramai bernyanyi di iringi gitar. Ada yang masih makan dan sesekali becanda bersama temannya.Sedangkan aku, di tengah dinginya malam. Masih terpaku dengan sosok Maria yang entah pergi kemana. Jika dia keluargaku lalu siapa orang tuaku sebenarnya? Aku kira karena sikapku sedikit sama dengan Daddy, dia adalah orang tuaku kandungku.Pikiranku di penuhi oleh banyak hal. Tapi perasaanku seperti tidk peduli akan kenyataan yang ada. Hanya sedikit kesal saja, kenapa tidak sejak dulu aku mengetahui kenyataan ini.“Kau belum mengantuk, Riry?” panggilan itu terdengar manis di telingaku.“Aku tidak merasakan kantuk sama sekali.” lalu tersenyum menatap ke manik matanya.Hary memberiku selimut yang lumayan tebal. Cuaca di pegunungan memang sangat ekstrim, tapi jangan lu