Share

Bab 55 - Gadis kecil dari Orleans, Part 5: Pengkhianatan.

Setelah Montmorency membawa Jeanne d'Arc kembali ke Istana Wil. Jeanne d'Arc mulai marah-marah kepadanya karena sudah membawanya pulang. Tapi Montmorency menjelaskan kalau Muhanov itu orangnya berbahaya dan bukan orang yang baik. Hanya saja Jeanne tambah marah dan mulai melemparkan apapun benda yang di dekatnya kepada Montmorency.

Montmorency menangkis sambil menghindari apapun yang dilempari oleh Jeanne d’Arc.

“Tenanglah, Jeanne!”

“Aku ingin bertemu dengan Muhanov lagi, aku ingin!!!”

“Aku sudah bilang kalau—”

“Berisik kamu Montmorency!” 

Hanya saja saat mereka berdua masih bertengkar. Pintu ruangan mereka tiba-tiba didobrak oleh seseorang. Saat pintu terbuka, masuklah pasukan Orc dari Kerajaan WIl mulai masuk ke dalam ruangan dan mulai mengacungkan senjata mereka kepada mereka berdua.

Jeanne d’Arc berhenti melempari Montmorency. Mereka berdua terdiam saat pasukan mulai mengepungi mereka.

“Hei, ada apa ini?” tanya Montmorency sambil menghampiri pasukan.

Tapi pertanyaan Montmorency malah justru dapat pukulan dari salah satu prajurit dan memberi isyarat untuk mundur.

“Apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan ada apa ini?” tanya Jeanne d’Arc.

Saat pertanyaan itu dilontarkan, masuklah seorang Ogre dengan tubuh kekar dan kulit hijaunya. Dia memandangi tajam kepada Jeanne d’Arc di depannya. 

“Soal itu, mungkin Ratu bisa menjelaskan,” Jawab Ogre tersebut, “Ikat dan bawa mereka menghadap Yang Mulia Ratu!” perintahnya.

Pasukan Orc itu lalu menangkapi Jeanne d’Arc dan Montmorency. Tubuh mereka dihempaskan ke lantai dan tangan mereka mulai diikat. Setelah itu mereka mulai dibawa ke ruangan Ratu Anastasia.

Sesampainya di sana. Mereka berdua sudah ditunggui oleh Ratu Anastasia bersama pasukan Ksatria Kudus yang ikut bersama Jeanne d’Arc dan Montmorency saat menjalani pengawasan kepada Kerajaan Warsawa. Terlihat juga Ratu Anastasia yang sedang duduk di tangga singgasananya sambil memainkan tubuh pria Ksatria Kudus yang ada di depannya dengan pengendalian darahnya. 

Tubuh Ksatria Kudus itu dipilintir tangan dan kakinya sampai kulitnya terkoyak dan mengalami pendarahan di dalam kulit.

Jeanne d’Arc dan Montmorency lalu dibawa ke depan Ratu Anastasia yang masih memainkan tubuh Ksatria Kudus yang malang tersebut. Setelah itu mereka disuruh berlutut dan menunduk.

“Yang Mulia, aku sudah membawa mereka berdua.” Jawab Ogre itu.

“Terima kasih, Arnold.” Jawab Ratu Anastasia.

Ogre bernama Arnold itu lalu menundukkan kepalanya, setelah itu dia mundur dan meninggalkan Jeanne d’Arc dan Montmorency. 

"Jadi, bagaimana kabar kalian?" tanya Ratu Anastasia. 

Jeanne d'Arc dan Montmorency lalu mengangkat kepala mereka. Hanya saja pemandangan mengerikan terpampang di depan mereka. 

Ksatria Kudus yang ada di depan mereka sekarang tubuhnya dipelintir semua. Tidak hanya tangan dan kaki, tapi semua tubuhnya. Kedua matanya bahkan keluar air mata darah dan bola matanya terlihat melotot, seperti mau keluar. Anehnya tidak ada suara rintihan kesakitan darinya membuat pemandangan itu jadi lebih sadis. 

Saat Ratu Anastasia menggerakkan tangannya lagi. Tubuhnya mulai dipelintir lebih parah sampai darah yang di kulitnya langsung muncrat keluar dan meremukkan semua tulangnya. 

Darah yang muncrat tadi mengenai Ratu Anastasia dan dua orang yang ada di depannya. Tapi kebanyakan darahnya muncrat lebih banyak kepada Ratu Anastasia. 

Ratu Anastasia lalu menjilati bagian tangannya yang berlumuran Ksatria Kudus itu. 

"Rasanya tidak jauh berbeda dengan darahnya manusia dari Dewi Narrum," Komentar Ratu Anastasia, "Bagaimana? Apa ada yang tidak mau menjawab pertanyaanku?" 

Jeanne d'Arc lalu mencoba menjawab dengan sedikit gemetaran, "Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak mengerti dengan—" 

Kalimat Jeanne d'Arc terhenti ketika mayat Ksatria Kudus yang tadi dipelintir oleh Ratu Anastasia dilemparkan ke depannya. 

"Siapa yang menyuruhmu untuk tidak mengerti?” ucap Ratu Anastasia sambil berdiri dan menghampiri Jeanne d’Arc. Setelah itu, dia mengambil tangan mayat Ksatria Kudus di depannya, dia tahan tubuhnya dengan kakinya dan tangan itu ditarik hingga putus. “Aku akan bertanya sekali. Bagaimana kabarmu?”

“Sa-saya, umm…” kalimat Jeanne sedikit tertahan melihat Ratu Anastasia mulai memakan tangan mayat Ksatria Kudus.

“Hmmm?” 

“Sa-saya—” kalimat Jeanne terhenti ketika darah dari tangan mayat itu terciprat ke wajahnya.

Ratu Anastasia masih menikmati memakan tangan mayat tersebut. 

“Aku tidak dengar.”

“Saya baik-baik saja…. Yang Mulia.” Jeanne d’Arc lalu menunduk. 

“Itu baru jawaban.” 

Ratu Anastasia lalu membuang tangan mayat Ksatria Kudus itu ke arah pasukan Orc dan mereka langsung berebutan untuk memakannya. Setelah itu Ratu Anastasia menarik lagi tangan satunya dari mayat tersebut hingga putus. Lalu dia menoleh kepada pelayannya seorang gadis anjing. 

“Ven, berikan daging ini kepada mereka.” perintahnya.

“Baik, Yang Mulia.”

Ven lalu menghampiri mayat tersebut. Dia angkat mayat itu dan dibawa ke pasukan Orc yang sedang rebutan tangan. Saat Ven menghampiri mereka, pasukan itu berhenti rebutan dan mulai melihat mayat yang dibawa Ven. wajah mereka mulai bernafsu dan air liur mereka mulai menetes.

“Itu hadiah dariku karena kalian sudah membawa para bajingan ini didepanku.” ucap Ratu Anastasia.

Pasukan Orc itu langsung bergembira.

“Terima kasih,Yang Mulia.”

“Terima kasih!”

“Kami berhutang kepadamu!”

“Yang Mulia Ratu Anastasia. Yang Mulia Ratu Anastasia. Yang Mulia Ratu Anastasia!”

Pasukan Orc itu juga meneriaki namanya sekarang dengan nada gembira.

Saat Ven memberikan mayat itu kepada Pasukan Orc, Ven langsung lari menjauhi mereka. Karena Mereka akan langsung ribut lagi untuk merebutkan setiap inci daging dari mayak Ksatria Kudus itu.

Jeanne d’Arc, Montmorency, dan Ksatria Kudus lainnya mulai ketakutan dan gemetaran. Mereka seperti melihat seorang Rusa yang sekarang diperebutkan oleh para singa yang lapar. Mereka mulai membayangkan apa mereka juga akan dimakan oleh mereka hidup-hidup nanti?

Ratu Anastasia lalu duduk lagi di tangga singgasananya sambil memakan tangan mayat Ksatria Kudus tersebut.

“Meskipun rasa daging Templar itu aneh, tapi lumayan enak.” ucap Ratu Anastasia. “Jadi, Jeanne d’Arc dan Montmorency. Berhubung kalian adalah perwakilan dari Templar, bisa kalian jelaskan sekarang?”

Montmorency hanya bisa menunduk ketakutan dan bisa menjawab. Bahkan para Ksatria Kudus juga terlihat sangat pasrah. 

“Tidak ada yang mau menjawab?”

Melihat semuanya mulai ketakutan. Jeanne d’Arc lalu memberanikan dirinya dan mengangkat kepalanya.

“Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak paham apa yang harus saya jelaskan dan ada apa, serta apa yang sudah saya—kami lakukan kepadamu?” 

“Kau tidak tahu, apa kau tidak mau tahu jadinya tidak tahu?”

“Saya tidak tahu, Yang Mulia. Benar-benar tidak tahu.”

Ratu Anastasia lalu memberikan tangan yang tadi dimakan kepada Ven dan menyuruhnya untuk memberikannya kepada pasukan Orc, “Baiklah jika kamu tidak mengerti. Apa kamu tahu, kalau sekarang Bismarck melanggar aturan gencatan senjata dengan Kerajaan Warsawa? Dan sekarang Kota Wisia ini mau dikepung oleh pasukan Templar? Apa kau juga tahu kalau orang bangsat tadi ingin membunuhku? Dan apa kau tahu kalau salah satu temanmu itu ingin mengambil kembali Ella?”

Jeanne bingung dengan semua pertanyaan dan informasi yang sekarang dia dapatkan dari Ratu Anastasia. 

“Maafkan saya Yang Mulia, saya benar-benar tidak tahu.” jawab Jeanne d'Arc. 

Ratu Anastasia memandang Jeanne d'Arc dengan tajam dan Jeanne d'Arc hanya bisa menunduk ketakutan. 

"Kau tahu kalian Templar bajingan!" teriak Ratu Anastasia. "Aku sudah menerima segala persyaratan yang kalian berikan. Aku bahkan memberikan kalian transparansi yang kalian butuhkan hanya karena kalian berpikir, kami hanyalah sekumpulan monster yang diciptakan Dewi Narrum. Monster yang tidak bisa berpikir, tidak bisa berlogika, bahkan tidak bisa diajak untuk berdiskusi. Bahkan aku sudah jujur dengan apa tujuanku dalam perang ini. Aku menolak untuk mencurigai kalian meskipun para penasehatku memaksaku untuk mencurigai kalian. Sepertinya nilai kejujuranku tidak ada harganya di mata kalian ya? Hanya karena aku ciptaan Dewi Narrum? Seorang iblis seperti yang entah yang kitab kalian tulis?”

Jeanne d’Arc tidak tahu harus menjawab apa. Karena, salah saja dia menjawab, nyawanya akan langsung dicabut. Meskipun dia tahu kalau dia hanya bertugas untuk mengawasi Kerajaan Warsawa karena dicurigai Kerajaan ini beraliansi dengan Kerajaan Vangarian. Nyatanya, Ratu Anastasia memegang janji dan semua rakyatnya mematuhinya.

“Kau tidak mau menjawab, Jeanne d’Arc?” tanya Ratu Anastasia, “Baiklah.”

Ratu Anastasia lalu mengangkat tangannya. Dia mulai menggerakan jarinya perlahan-lahan. Lalu salah satu pria Ksatria Kudus yang ada di belakang Jeanne d’Arc mulai melayang keatas. Dia terlihat ketakutan dan ingin menangis ketika matanya bertemu dengan mata Ratu Anastasia.

Ratu Anastasia lalu mengepalkan tangannya. Seketika tubuh pria Ksatria Kudus itu langsung remuk seakan-akan diremas oleh sesuatu yang tak terlihat. Darah tubuhnya juga muncrat dan jatuh ke pasukan Ksatria Kudus seperti hujan. Setelah itu dia melemparkan tubuh pria itu ke pasukan Orc yang dari tadi bersiap-siap menangkapi mayat Templar yang baru. 

Saat mayat itu ditangkap oleh Pasukan Orc. mereka mulai merebutkan dan memakannya. 

“Jika kau masih kelamaan menjawab, aku akan membunuh satu orang lagi. Mungkin kali ini yang perempuan—tidak akan kubunuh. Tapi, aku akan memberikannya kepada pasukan Orc untuk diperkosa dan dijadikan budak pembuat anak untuk melahirkan lebih banyak pasukan imut seperti mereka. Meskipun aku tidak yakin, apa Templar bisa hamil atau tidak.” Ratu Anastasia lalu menoleh kepada pasukan Orcnya, “Ada yang mau gadis perawan dari Templar ini Orcku yang manis?” tanyanya.

Pasukan Orc mulai bersorak gaduh.

“Akhirnya wanita. Kami menunggunya Yang Mulia!”

“Berikan langsung semuanya pada kami!”

“Ya, ya, ya! Terutama perempuan berambut oranye itu!”

Jeanne d’Arc tambah takut karena pasukan Orc itu rupanya lebih berfokus kepadanya daripada wanita Ksatria Kudus yang lain. Mata mereka seolah-olah seperti sedang memperkosa seluruh inci tubuhnya hanya dengan tatapan ganas mereka.

Apalagi wajah Jeanne d’Arc juga cantik. Tubuhnya juga montok. Hanya saja ada satu titik yang paling disukai pasukan Orc itu, yaitu sepasang buah dadanya yang besar dan erotis. Hanya dengan itu saja, pasukan Orc semakin tidak sabar ingin mencicipi Jeanne d’Arc

“Sabar kalian semua. Aku bisa membuat perempuan Templar di sini jadi lebih lezat. Tapi pertama, kita harus mengatasi pasukan yang mau mengepung kita kali ini.”

Ern lalu menghampiri Ratu Anastasia sambil memberikan sebuah gulungan surat kepadanya. Ratu Anastasia lalu membukanya sambil menghampiri Jeanne d’Ac. 

“Ehm, ‘Salam Ratu Iblis dan Monster.’ —Sopan sekali untuk sebuah salam dari Templar, ya? ‘Setelah kami menyelidiki tentang Kerajaan penuh dosamu itu. Kalian terbukti bersekongkol dengan Kerajaan Vangarian. Kami memutuskan bahwa kalian telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Kami juga meminta untuk mengembalikan Ella, Ksatria Kudus kami. Jika tidak, Ksatria Kudus yang dianugerahi oleh Grand Master Templar, Andreana Sheffield, yaitu Remulta Tiara, akan membasmi seluruh Kerajaanmu dan membersihkan semua dosa di tanah milik Tuhan kami… dan bla bla bla.’ —Kebanyakan banyak kalimat tidak penting dan terakhir ‘Tertanda, Grand Master Andreana Sheffield.’ Sekarang kau sudah mendengarkannya kan, Jeanne d’Arc? Atas semua yang sudah aku lakukan, mereka tetap membalasnya seperti ini. Dan lagi, yang membuatku marah. Mereka menganggapku beraliansi dengan Kerajaan Vangarian. Aku akan mengatakanmu dengan jelas. Kerajaanku, Rakyatku, tidak akan pernah sekalipun akan beraliansi dengan kerajaan Vangarian.”

Ratu Anastasia lalu kembali ke singgasananya dan duduk. Dia lalu membaca kembali suratnya. 

“Ah, disini tadi ditulis aku harus mengembalikan Ella. Menurutmu bagaimana, Parliman? Apa kita perlu mengembalikannya?” Tanya Ratu Anastsia.

“Tidak, Yang Mulia. Ella sudah menjadi milikku.” balas Parliman dengan nada marah.

“Begitu ya? Aku menyetujui penolalakanmu. Ngomong-ngomong, Bagaimana rasa tubuhnya? Enak?”

“Sangat enak, Yang Mulia.”

“Buah dadanya, pantatnya, bibirnya, enak semua?”

“Semuanya sangat lembut dan segar seperti bayi yang baru lahir. Setiap malam rasanya seperti meminum anggur merah yang terus nikmat di mulutku. Bahkan, ketika aku mengikat tubuhnya dan menikmati seluruh inci tubuhnya, suara jeritan, tangis, dan desahannya bagaikan lagu terindah yang bisa mengalahkan semua lagu dari Rak Maja. Yang Mulia, kalau boleh jujur, aku ingin segera pulang dan menikmati tubuhnya lagi. Aku rindu dengan bibir imut dan buah dadanya yang besar itu. Satu malam saja tidak cukup untuk menenangkan auman singa yang ada di antara dua kakiku ini.” 

“—Pfffttt, HAHAHAHAHAHAHA,” Ratu Anastasia mulai tertawa, “Dengar itu Rak? Lagumu kalah sama desahan seorang perempuan! Perempuan Templar, lagi! HAHAHAHAHAHA.”

Rak Maja yang berdiri di samping singgasana Ratu Anastasia hanya memalingkan matanya dan menghela napas panjang.

“Mungkin nanti kau bisa mencoba memakai desahanmu sebagai musik, Rak. HAHAHAHAHAHA. Astaga aku tidak bisa berhenti tertawa! HAHAHAHAHAHAHA.”

Hanya Ratu Anastasia saja yang tertawa. Yang lainnya tidak ikut tertawa. Mereka justru memasang muka agak sedih. Itu karena mereka menghormati musik yang dimainkan oleh Rak Maja. Apalagi Rak Maja juga dikenal sebagai “Ibu Tempat Asal” mereka. Melihat itu, Ratu Anastasia mulai berhenti tertawa karena melihat pasukannya jadi murung.

“Baiklah, baiklah. Aku berhenti. Maafkan aku sudah menghina ibu kalian.” Ratu Anastasia lalu menoleh kepada Rak, “Maafkan aku soal tadi, Rak.”

Rak Maja lalu berjalan ke depan Ratu Anastasia. Dia lalu berlutut dan membungkukkan kepalanya, “Tidak ada kehormatan lain yang lebih besar dari melayani, Yang Mulia Ratu Anastasia Nikolaevna Romanova.”

“Umm, Baiklah. Ya sudah, kuanggap kau memaafkanku. Sekarang menyingkirlah dari hadapanku.”

Rak Maja lalu berdiri dan berjalan kembali ke posisinya.

“Ngomong-ngomong Parliman, dimana sekarang dia?” tanya Ratu Anastsia.

“Sekarang dia aman di rumahku, Yang Mulia. Dalam keadaan terikat, tidak bisa bergerak, dan tidak berdaya dengan posisi telanjang yang sangat memalukan.”

“Hoo, kenapa kamu melakukan itu?”

“Agar nanti saat aku pulang, Saya bisa langsung menikmati tubuhnya tanpa perlawanan dan membuatku menunggu.”

“Begitu rupanya. Tidak salah aku memilihmu untuk mengambilnya. Kau tahu bagaimana caranya memberi pelajaran kepada perempuan Templar. Kalau begitu, sebagai hadiah, aku izinkan kamu pulang hari ini dan juga, aku berikan cuti sebebas yang kamu mau. Siksa dan nikmati dia sampai singa yang di antara dua kakimu itu tenang.”

“Terima kasih, Yang Mulia. Terima kasih banyak.”

“Jangan lupa, jaga dia dengan sangat baik.”

“Tentu saja, Yang Mulia. Saya juga akan membuat jerit, tangis, dan desahannya lebih keras agar bisa didengar oleh Templar bajingan itu dan mempermalukan harga diri mereka.”

“Inilah kenapa aku menyukaimu, Parliman. Aku perbolehkan kamu meninggalkan tempat ini sekarang. Kalau ada kesempatan, aku akan mengunjungi rumahmu untuk melihat bagaimana kau memperlakukan perempuan Templar itu.”

Parliman lalu membungkuk untuk memberi hormat kepada Ratu Anastasia. Setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan Ratu.

“Baiklah, sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghajar pasukan Templar yang akan mengepung kita besok. Bawakan aku peta dan kirim Acra untuk mengintai.” 

Perintah Ratu Anastasia yang singkat itu langsung direspon oleh semuanya. Mereka langsung membawakan meja di depan Ratu Anastasia dan meletakkan peta besar yang mencakup wilayah Kota Wisia.

“Tunggu sebentar, Yang Mulia! Bisakah saya berbicara?” ucap Jeanne d’Arc dengan nada sedikit pasrah.

Ratu Anastasia lalu meliriknya, “Oh, sekarang kau mau berbicara. Aku sibuk sekarang. Tapi jangan khawatir, aku akan menghiasimu lebih cantik agar bisa memuaskan pasukanku. Jadi bersabarlah.”

“Tidak, tapi kumohon Yang Mulia. Bisakah saya membantu pasukan anda untuk melawan Templar?”

“Ide yang bagus. Setelah itu kalian akan menusuk kami dari belakang? Rencana yang jenius sekali. Sayangnya aku tidak ingin jadi pintar untuk aku bisa masuk ke dalam jebakan kalian yang kedua kalinya.”

“Tidak, bukan begitu yang saya maksud. Jika diberi kesempatan, kami semualah yang akan melawan pasukan Templar itu sendiri. Bukan pasukan anda Yang Mulia.”

Raut muka Ratu Anastasia berubah. Dia terlihat sangat marah. Dia lalu menyuruh untuk menyingkirkan sebentar apa yang ada di depannya. Setelah itu dia menghampiri Jeanne d’Arc.

“Kau menghina kekuatan rakyat dan pasukanku? Kau pikir kami lemah?” ucap Ratu Anastasia sambil menggerakkan tangannya ke arah Jeanne d’Arc.

Tubuh Jeanne d’Arc mulai terbang, “—Ahhkkk!” jeritnya dengan keras.

“Apa kau tahu bahwa aku sama sekali tidak takut dengan kalian, Templar? Apa kalian tahu kenapa kalian masih susah melawan Kerajaanku? Itu karena kalian tahu kerajaanku kuat! Sayangnya Grand Master kalian terlalu meremehkan kami."

Jeanne d'Arc tidak bisa menjawab karena lehernya dicekik dengan keras oleh Ratu Anastasia. Bahkan mata dan mulutnya mau membiru ketika dia sudah merasa dekat dengan ajalnya. 

"Sudah cukup, Ratuku. Dia mau mati." ucap Rak Maja mencoba menghentikannya. 

"Oh, aku memang ingin membunuhnya kok." balas Ratu Anastasia. 

"Dia masih kita butuhkan."

"Maksudmu, kau yang membutuhkan kan? Aku tidak butuh Templar."

"Iya deh, Yang Mulia bisa berkata kalau saya yang membutuhkannya. Bisakah lepaskan dia, Yang Mulia?" 

Ratu Anastasia lalu menoleh kepada Rak. Mereka saling menatap satu sama lain sesaat. Setelah itu dia melemparkan Jeanne d'Arc kepada Rak. 

Jeanne d'Arc jatuh di depan kaki Rak Maja. Rak Maja lalu membantunya berdiri dan melepaskan ikatan tangannya. 

"Baiklah terserah apa yang kamu inginkan kepadanya Rak. Lagipula apa yang kau inginkan kepadanya?" tanya Ratu Anastasia. 

"Saya akan menggunakannya untuk melawan Templar." jawab Rak.

"Ide yang bagus. Setelah itu dia akan bergabung dengan Templar dan menghancurkan kita."

"Jangan khawatir. Saya bisa menjaminnya."

"'Jangan khawatir. Saya bisa menjaminnya'." Ratu Anastasia menirukan kalimat Rak Maja dengan nada mengejek, "Apa yang kau rencanakan memangnya?" 

"Seperti yang saya katakan, Yang Mulia. Saya akan menggunakan mereka untuk melawan Templar. Pasukan kita tidak perlu diturunkan untuk melawannya."

"Kau juga ikut-ikutan meremehkan, Rak?" 

"Dengan hormat, tidak Yang Mulia. Saya melakukan ini untuk menghemat korban dari pasukan kita. Lagipula pasukan kita lebih baik digunakan untuk perang yang lebih besar. Bukan untuk melawan Templar."

"Jadi kamu mau bilang, Pasukanku tidak pantas untuk turun perang melawan Templar sekarang?" 

"Sebenarnya bukan begitu. Tapi Yang Mulia bisa menganggap begitu. Pasukan kita lebih baik melawan yang lebih kuat. Kalau lawannya tikus seperti mereka, lebih baik kita gunakan tikus. Bukan kucing."

"Kau menggunakan kalimat bagus. Baiklah, aku izinkan mereka yang melawan Templar. Hanya saja, aku masih tidak percaya kepada mereka. Aku akan tetap menurunkan pasukanku."

"Tidak apa-apa Yang Mulia. Tapi saya mohon untuk pasukan anda tidak perlu menyerang. Cukup bersiaga saja."

"Baiklah. Tapi kau bawa sendiri ini Templar bangsat bersamamu. Aku tidak mau mengurusnya."

"Baik Ratuku. Apa saya boleh membawa Acra?"

"Ya. Bawalah anak itu.”

"Terima kasih Yang Mulia."

Rak Maja membungkuk sebagai isyarat menerima perintah tersebut. Dia lalu menyuruh beberapa tentara Ratu Anastasia untuk melepaskan Ksatria Kudus lainnya. Setelah itu dia keluar sambil diikuti oleh Jeanne d'Arc dan Ksatria Kudusnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status