Share

Bab 57 - Gadis kecil dari Orleans, Part 7: Ksatria Kudus Sion

Jeanne langsung terkejut mendengar pertanyaan dari Rak Maja. Jadi apakah benar kalau Rak Maja sudah mengetahui kalau dirinya adalah Andreana. Bagaimana Rak Maja bisa mengetahuinya? Jeanne d’Arc sampai tidak bisa menjawab pertanyaan Rak karena pertanyaan yang ada di kepalanya sekarang.

“Kenapa kamu tidak menjawab? Kamu Andreana kan? Aku bisa mendengar lagumu. Kau mirip—bukan! Memang seperti dia. Sama tapi…. Tidak identik! Kamu sebenarnya siapa?”

Jeanne d’Arc berpikir sebentar apakah dia harus memberitahunya atau tidak. Tapi dia merasa kalau jujur mungkin akan lebih baik. Terutama kepada Rak Maja yang dijuluki oleh Elf Legendaris. 

“Iya, benar. Aku Andreana. Tapi aku bukan Andreana Sheffield yang ada di sini. Aku bisa menjelaskan—”

“Begitu rupanya. Aku paham sekarang. Jadi kau adalah Eastran."

"Eastran?"

"Orang yang berasal dari semesta lain." 

“Eh—Ya, iya begitulah.”

“Dasar, Dewi aneh ini masih suka mengirim orang lain kemari. Setelah Yang Mulia, sekarang kamu.”

“Tunggu, Ratu Anastasia bukan berasal dari dunia ini?"

"Bukan. Yang Mulia adalah Eastran. Tapi ini pertama kalinya aku bertemu dengan Eastran yang masih sama dengan orang di dunia ini. Ya sudahlah, aku tidak ingin tahu apa yang ingin kamu lakukan di sini. Tapi seperti saranku, jangan mengambil jalan yang sama seperti Andreana di dunia ini.”

“Ya. itu rencanaku. Aku akan memenuhi saranmu. Tapi bisakah aku bertanya kepadamu?”

“Apa itu?”

“Cara memanggil Dewi Narrum bagaimana?”

Rak Maja terdiam sebentar dengan wajah kecut, “Aku rasa tadi aku sudah bilang untuk tidak meminta bantuan ke Dewi Aneh itu.” ucapnya.

“Tapi itu bukannya ‘jalan yang tidak sama’ untuk Andreana, kan? Berhubung Andreana adalah Templar dan tidak mungkin menemui Dewi Narrum?”

Wajah Rak Maja terlihat kecewa dan kesal secara bersamaan. Jawaban yang diberikan Jeanne memang benar sih. “Kalau begitu panggil saja,” ucapnya.

“Aku tidak paham.”

“Panggil saja Dia.”

Jeanne masih kebingungan dan dia hanya menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.

“Dia bukan pencipta yang butuh bait atau sesajen hanya agar mau datang. Dia cukup dipanggil namanya saja, dia akan datang.” jelas Rak Maja, “Aku berikan contohnya. Dewi Narrum!”

Sebuah cahaya langsung muncul di sebelah mereka dan muncullah Dewi Narrum. Dia berdiri dengan membusungkan dadanya, sehingga buah dadanya yang besar jadi terlihat indah. Meskipun begitu, tidak ada hiasan apa-apa saat dia muncul. Jadinya dia hanya muncul biasa dari udara yang kosong. Meskipun begitu, gaunnya yang berwarna ungu dan senyumnya yang indah cukup membuat Jeanne d’Arc terpana. Sangat berbeda dengan tampilannya yang biasa dipakai saat dia masih jadi Andreana di dunia sebelumnya. 

“Halo Rak Maja.” sapa Dewi Narrum.

“Hai.” balas Rak Maja dengan nada malas. 

“Dan halo Jeanne d’Arc, lama tidak jumpa.” 

“Apanya yang ‘lama tidak jumpa’? Aku dari dulu sudah menunggumu! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kau harus membantuku!”

“Untuk apa aku membantumu? Bukannya aku sudah memberikan kekuatan Muhanov kepadamu?”

“Aku bahkan tidak tahu cara menggunakannya!”

“Itu karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasanku.”

“Hah? Kapan kamu bilang? Kumohon bantulah aku, Narrum!”

“Tidak. Kau harus melakukan masalahmu sendiri.”

“Aku pergi ya, aku tidak mau dengar soal ini.” ucap Rak Maja berjalan meninggalkan mereka berdua.

“Tunggu Rak,” Jeanne menangkap tangan Rak, “Bisakah kamu membantuku. Dia tidak mau membantuku!”

“Aku kan sudah bilang tadi jangan minta bantuan ke Dia tadi.”

“Baiklah aku akan mendengarkanmu, kumohon bantu aku.” pinta Jeanne d’Arc sambil berlutut kepada Rak Maja.

“Kalau begitu, aku bertanya kepadamu. Apakah ada Rak Maja di duniamu yang dulu?”

“Yang aku tahu hanya pernah mendengar namanya. Dia seperti legenda. Tapi aku tidak tahu dia nyata atau tidak.”

“Berarti dia tidak pernah bertemu denganmu?”

“Tidak, tidak pernah sama sekali.”

“Begitu ya? Berarti diriku di duniamu itu orang bodoh atau dia masih tidur dan belum ada yang membangunkannya. Setidaknya sekarang kamu tahu kalau aku ini nyata, bukan legenda. Baiklah, aku akan membantumu. Andreana di dunia ini tidak mau mendengarkanku. Kalau begitu aku berharap kamu mendengarkanku, ok? Jika kamu tidak menurutiku, aku tidak akan membantumu.”

Jeanne d’Arc mengangguk-angguk berkali-kali kepadanya.

Rak Maja lalu  mulai menyusun rencana. Pertama dia melihat-melihat kondisi pasukan Ksatria Kudus yang bersama Jeanne d’Arc. Dia mengajak ngobrol mereka satu persatu untuk melihat bagaimana perasaan mereka. Untungnya Rak Maja sendiri juga bukanlah makhluk yang diciptakan oleh Dewi Narrum, dia jadi mudah mengobrol dengan mereka. Ini juga menjadi alasan Rak Maja bisa berbicara ke berbagai negara apapun tanpa ada yang melarang.

Dari hasil penelusurannya, semangat pasukan Ksatria Kudus sekarang turun. Alasan mereka sederhana: mereka sudah dianggap bukan Templar lagi. Mereka juga dipastikan bahwa 100% akan masuk neraka. Beberapa dari mereka berencana untuk hanya lari saja dan dibunuh oleh mereka secara terhormat daripada menyerang mereka.

Rak Maja lalu membuat ide yang sungguh unik bagi Ksatria Kudus yang bersama Jeanne d’Arc, yaitu membuat agama baru. Dia juga berencana untuk menggunakan Dewi Narrum sebagai “mainan” dan media penyemangat mereka dan sebagai penopang agama baru tersebut. 

“Apakah mereka bisa dibuat seperti itu?” tanya Jeanne d’Arc.

“Tentu saja. Kau pikir bagaimana Templar dibuat? Aku sudah pernah melihat bagaimana garis kerasnya mereka kalau sudah menyangkut orang yang memiliki hubungan erat dengan Sang Pencipta—Atau nabi kalau dalam istilah kalian. Mereka bisa dibodohi dan melakukan apapun demi nama agama tersebut. Tentu saja agama barumu ini nantinya akan membuatmu sebagai perempuan terpilih. Perempuan terpilih yang bisa memanggil Dewi Narrum dan mendapatkan anugerah-Nya.”

“Entah kenapa aku melihatnya seperti sebuah candaan.”

“Memang benar. Dan lagi, Dewi Narrum tidak akan masalah jika dijadikan mainan seperti ini, ya kan Dewi Narrum?”

“Selama aku tidak membantunya. Tidak apa-apa.” jawab Dewi Narrum.

Jeanne d’Arc awalnya tidak mau percaya dengan hal tersebut. Dia akhirnya menerima saja apapun rencana yang dibuat Rak Maja. 

Tidak disangka rencana tersebut berhasil. Mereka justru bersorak ketika melihat ketika melihat Dewi Narrum memberikan cahaya kelap-kelip cantik yang menghiasi tubuh Jeanne d’Arc. Padahal tadi mereka sangat ketakutan ketika melihat Dewi Narrum muncul saat dipanggil oleh Jeanne d’Arc. Tapi, Di mata mereka, Jeanne d’Arc seperti diberi anugerah dan berkah seperti halnya nabi-nabi mereka terdahulu dan dipeluk dengan hangat oleh-Nya. Dia terlihat seperti perempuan terpilih dari surga. Mereka langsung tergugah hatinya ketika melihat itu.

Jeanne d’Arc bisa melihat Rak Maja yang berusaha menahan tawa di belakang mereka ketika melihat akting Dewi Narrum dan Jeanne d’Arc.

Dewi Narrum juga lalu berkata kepada pasukan Ksatria Kudus yang mengikuti Jeanne d’Arc. Mereka dijanjikan akan diberikan pelukan yang sama seperti yang dia berikan kepada Jeanne d’Arc. Mereka juga diberikan kebebasan untuk memanggil dirinya jika mereka merasa kesepian. Terakhir, jika mereka mati untuk Jeanne d’Arc, jiwanya akan dibawa oleh Dewi Narrum dan tidak akan menuju neraka.

Ksatria Kudus yang mendengar janji tersebut langsung memberikan hormat dengan berlutut kepada Jeanne d’Arc dan Dewi Narrum. Mereka bahkan mulai berkata dengan kalimat yang sama berulang-ulang.

“Kami Ksatria Kudus akan berjanji akan menumpahkan darah dan jiwa kami kepada Jeanne d’Arc, perempuan terpilih. Kami Ksatria Kudus akan berjanji akan menumpahkan darah dan jiwa kami kepada Jeanne d’Arc, perempuan terpilih. Kami Ksatria Kudus akan berjanji akan menumpahkan darah dan jiwa kami kepada Jeanne d’Arc, perempuan terpilih.”

Mereka mengatakannya berulang kali dan bersamaan hingga akhirnya mereka berhenti sesaat untuk menanyakan sesuatu.

“Oh Dewi Narrum dan Jeanne d’Arc yang kami cintai. Kami sekarang adalah Ksatria Kudus tanpa nama, tanpa tujuan, tanpa arah. Berikan kami sebuah nama agar kami bisa memiliki tujuan untuk melindungi nama Jeanne d'Arc dan Dewi Narrum."

Nama ya? Jeanne d'Arc mencoba memikirkan nama. Dia berharap namanya juga bagus dan terkesan keren seperti Templar dan Teutonic. Tapi karena banyaknya masalah yang terjadi hari ini, pikirannya agak kosong dan dia bingung mau pilih nama apa. 

Jeanne d'Arc menoleh kepada Dewi Narrum berharap dia membantunya memberikan nama. Tapi Dewi Narrum membuang muka tanda dia masih tidak mau membantu Jeanne d'Arc. Akhirnya Jeanne d’Arc menoleh kepada Rak Maja. Dia memasang muka melas, berharap agar Rak Maja mau membantunya.

Rak Maja karena merasa kasihan, akhirnya mulai bersuara sambil mencoba menahan tertawanya untuk membantu Jeanne d’Arc.

“Bagaimana kalau Sion?” ucap Rak.

“Sion?” balas Jeanne d’Arc dengan sedikit heran.

“Itu adalah nama lain dari Kota Suci milik Templar. Kalian mungkin akan mengenalnya dengan nama Kota Yerusalem. Sion juga berarti sebuah benteng. Kata tersebut pernah digunakan sebagai umat Tuhan, jauh sebelum kalian menggunakan nama Templar. Menariknya, Kota Sion jadi tempat dimana perempuan pertama kalian menjadikan dirinya sendiri sebagai Dewi. Ya nggak, Dewi Narrum?” lirik Rak Maja kepada Dewi Narrum.

Dewi Narrum tidak menjawab. Tapi dia hanya memberikan senyuman kepada Rak Maja.

“Padahal kau seorang Elf, tapi tahu banyak soal Templar.” balas Jeanne d’Arc.

“Tentu saja aku tahu. Kau pikir aku sudah hidup berapa lama?”

“Berapa lama?”

“Entahlah aku tidak ingat. Tapi, aku masih ingat saat menjadi saksi satu-satunya saat itu. 8000 tahun yang lalu jika aku ingat. Rasanya seperti kemarin. Bagaimana, kalian setuju dengan nama itu?” tanya Rak, “Ksatria Kudus Sion, nama yang bagus itu. Ksatria Benteng Suci atau apalah bisa kalian menyebutnya”

"Ksatria Kudus Sion?”

“Hmmm, Ksatria Kudus Sion, ya?”

“Ksatria Kudus Sion. Bagus juga."

Para pasukan Ksatria Kudus mulai berbisik dengan mengulang nama tersebut berkali-kali. 

"Kami setuju, nama itu bagus!" 

"Ksatria Kudus Sion. Nama yang keren!"

"Hidup Dewi Narrum, hidup Ksatria Kudus Sion!" 

Ucap mereka sambil bersorak-sorak. 

"Baiklah, kalau begitu nama kita adalah Ksatria Kudus Sion!" teriak Jeanne d'Arc, "Karena aku adalah pemimpin kalian dan kita semua dari Frank, maka aku menobatkan simbol bunga Fleur-de-lis di atas salib sebagai simbol kita. Bukan simbol bintang daud Templar yang telah membuang kita. Hidup Ksatria Kudus Sion!"

"Hidup Ksatria Kudus Sion!" balas semua pasukan Ksatria Kudus kepada Jeanne d'Arc. 

Menara yang menjadi tempat tinggal Acra sekarang sudah mulai diramaikan oleh Ksatria Kudus yang sudah melahirkan agama baru Sion. Mereka bersorak dan bergembira hingga membuat menara yang sering sepi itu jadi sangat ramai. 

Suara berisik mereka membuat Acra jadi terbangun dari tidurnya dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Betapa terkejutnya ketika dia melihat pasukan Ksatria Kudus yang tadi terlihat seperti orang mati, sekarang jadi bersemangat dan menari-nari seperti orang gila sambil minum minuman keras. 

"Uwaahhh, mereka benar-benar sekumpulan orang aneh." ucap Acra. 

Acra bahkan sampai terkejut ketika dia melihat Rak juga ikut terbawa suasana. Teman Elfnya itu mulai mengeluarkan gitar dan bernyanyi untuk Ksatria Kudus dengan semangat. 

"Kenapa dia ikutan juga sih?" tanya Acra sambil berbisik.

"Acra? Ayo ikutan bersama kami." ajak Jeanne d'Arc sambil menarik tangan Acra. 

"Eh tidak—aku."

Acra tidak bisa membalas lagi ketika Acra sudah masuk ke dalam kerumunan mereka. Dia sempat dikasih minuman keras, tapi dia menolak dan minum air putih saja. Dia duduk di sebelah Dewi Narrum yang sedang berdiri sambil menikmati lagu dari Rak Maja. 

Mereka berpesta dengan sangat meriah seakan-akan itu pesta terakhir mereka. Tapi memang benar, itu adalah pesta terakhir mereka. Karena besok paginya, mereka sudah mulai berhadapan dengan pasukan Templar yang akan mereka hadapi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status