“Tangkap mereka!” perintah pemimpin pasukan kerajaan sehingga mereka yang langsung mengepung Yui dan Yuan.“Tunggu dulu, apa yang Anda lakukan!” Walikota Pertanian Besar memprotes perbuatan pemimpin pasukan kerajaan. Dia sebagai pemimpin kota tidak menginginkan tamu spesialnya ditangkap.“Maaf, tugas kami membawa Pangeran Yuan ke istana,” balas pemimpin pasukan kerajaan yang bersikukuh menangkap Pangeran Yuan.“Langkahi dulu mayat kami!” Walikota dan pasukannya membuat benteng perlindungan mengelilingi Yui dan Yuan sehingga pasukan kerajaan terpaksa mundur beberapa langkah.Tak hanya pasukan Pertanian Besar, penduduk yang ada di sana juga tiba-tiba ikut angkat senjata dan memasang diri di deban kedua anak kembar tersebut. “Kami tidak rela menyerahkan Pangeran Yuan dan Putri Yui!”“Ya, benar!” sorak mereka serempak. Kota Pertanian Besar sudah menetapkan pilihan mereka kepada sang pangeran. Mereka rela mengorbankan diri demi apa yang mereka yakini.“Tuan, bagaimana ini? Kita bisa mengha
Zombie-zombie yang ada berjumlah ribuan, sebagian masih tertahan di luar. Yui memperbaiki gerbang yang berhasil diterobos dan mengganti tanaman rambat dengan kayu-kayu besar.“Mundur!” teriak pasukan Pertanian Besar, mereka mengawal penduduk untuk segera mengungsi. Satu dua orang pasukan menjadi korban. Zombie-zombie itu terus mengejar dengan kecepatan tinggi seperti berlari.Mereka mengejar penduduk desa lalu menjejalkan buah kecil berwarna ungu ke mulut orang-orang itu. Dalam waktu singkat jumlah zombie bertambah. Teriakan histeris dan juga teriakan penduduk yang berubah menjadi zombie menambah mencekam suasana.“Yui, ini terlalu banyak,” ucap Yuan mendekat ke arah Yui, peluh memenuhi tubuh Yuan, dia juga kesulitan bernapas dengan benar. Zombie yang berhasil dimurnikan pun tak lagi berharga karena langsung diserang oleh zombie lainnya. Hari ini nyawa seakan tidak ada harganya. Bercak-bercak merah dan ungu terdapat di setiap sudut tempat.“Kita tidak bisa seperti ini.” Yuan berpikir
“Eirlys!” panggil Yuan kepada gadis yang sedang memetik harpa di depannya. Dia tahu dunia ini bukanlah dunia nyata. Eirlys yang ada di depannya saat ini mungkin sedang tertidur di dunia nyata dan saat ini berada di dunia mimpi. Dia sendiri sedang tidak sadarkan diri dalam perjalanan ke istana kegelapan bersama pasukan kerajaan. Yuan menggunakan kemampuannya masuk ke dunia mimpi sebelum benar-benar pingsan.Yuan masuk ke dalam mimpi Eirlys yang sedang berada di masa terindahnya. Sebuah istana es yang menjulang tinggi menantang langit, semua terlihat putih meskipun tidak terasa dingin karena ini hanyalah mimpi. Eirlys duduk mememainkan harpanya bersama dengan Lixue dan seorang pria yang memiliki telinga runcing. Wajah pria itu terlihat mirip dengan Lixue.“Yuan, bagaimana kau bisa ada di sini?” Eirlys terperanjat, dia menatap sosok tampan yang tiba-tiba muncul dalam mimpi indahnya. Bayangan Lixue dan sosok pria yang merupakan ayah dari Eirlys tiba-tiba menghilang seakan mereka hanyalah
Yuan terbangun dan melihat pemimpin pasukan kerajaan menatapnya, tatapan penuh dengan kecurigaan. Pria itu berjalan mendekati Yuan dan bertanya, “Kenapa? Kenapa Pangeran tidak melakukan pemurnian waktu itu?” Mata pemimpin pasukan kerajaan menatap tajam seakan tidak akan melepaskan Yuan begitu saja tanpa penjelasan. Sementara itu, Yuan hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Anda pasti tahu perbedaan di istana dengan Kota Pertanian Besar, itu pula alasan saya tidak bisa melakukan pemurnian.” Yuan menunjukkan tanah yang gersang dan menghitam di luar. Mereka mengamati tanah tersebut dari jendela kamar. “Di sini kontaminasi sangat tebal, sulit sekali bagiku untuk memurnikannya,” lanjut Yuan memberikan alasan atas pertanyaan pemimpin pasukan. Dia tidak akan bisa melakukan pemurnian di istana, kekuatannya belum cukup. “Begitu rupanya,” gumam pemimpin pasukan kerajaan. Dia mendekati Yuan lalu mengikat kedua tangan Yuan di belakang. “Maaf, Pangeran, tetapi saya harus membawa Pangeran kep
“Eirlys,” gumam Lixue mengulang nama yang sama berkali-kali. Tanpa sadar air mata mengalir jatuh di pipinya. Nama yang dia dengar terasa menyentuh relung jiwanya, begitu dekat dan terasa kerinduan mendalam, tetapi ingatannya tak kunjung menunjukkan siapa sebenarnya Eirlys.“Apa ini? Kenapa aku menangis? Siapa Eirlys?” Lixue bertanya dalam hatinya, mencari nama Eirlys dalam ingatan yang masih tertutup kabut tebal. Dia tidak ingat siapa Eirlys.“Bekukan dia, Lixue!” gema perintah dari Leiz terdengar. Suara Leiz merupakan perintah yang menekan ingatan tentang masa lalunya, penolakan menjalankan perintah berbuah rasa sakit. Kepala Lixue seperti mendapatkan tekanan kuat setiap kali dia menolak perintah Leiz.“Bekukan dia!” perintah Leiz terus saja berulang hingga Lixue kembali mengangkat tangannya lalu mengarahkannya ke arah Yuan, rasa sakit berkurang sedikit saat perintah mulai dilakukan.“Bekukan, bekukan, turuti perintah,” ucap Lixue yang berkata tidak seperti dirinya, dia seperti robo
Xavier berlari secepat yang dia bisa menuju ke Kota Pertanian Besar. Semua zombie sudah keluar dari kota itu hanya menyisakan kerusakan dan korban yang tidak sedikit. Xavier mencari keberadaan Yui di antara kericuhan suasana yang sedang terjadi.“Putri Yui!” teriaknya. Dia sudah mulai frustasi dan juga merasa takut jika kedua anak kembar tersebut berhasil ditangkap.“Di sini!” jawab Yui melambaikan tangan. Memperlihatkan senyuman yang membuat Xavier lega. Mata Xavier membulat sempurna melihat pria yang berdiri di sebelah Yui. Wajah yang sama yang selalu dia lihat di dalam tabung kaca laboratoriumnya kala itu.“Nacht Fansford, bagaimana bisa dia bangkit lagi,” pikir Xavier menatap pria di sebelah Yui. Jantungnya berdetak lebih kencang, seketika dia mendapatkan serangan kepanikan yang luar biasa, bayangan kehancuran seakan ada di depan mata. Ingatan tentang hari-harinya di laboratorium kembali terulang, juga kebodohannya memercayai Leiz yang menjanjikan dunia indah dengan raja baru. Waj
Yui mendekap erat Yuan dalam pelukannya. Dia merasa akan hanyut terbawa air setiap kali matanya melihat lautan. Kilauan air yang terlihat tenang justru membuat pikiran Yui melanglang buana, dia memikirkan binatang buas di laut dalam, gelombang besar yang akan menerjang tiba-tiba dan segala sesuatu yang bisa saja terjadi. Bulu kuduk Yui meremang, bergidik memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi apalagi saat ini mereka tengah berada di lautan lepas.“Tidak perlu takut, Putri Yui.” Yoru yang sepertinya tahu ketakutan Yui yang kini berada di atas kereta luncur tampak memberikan senyuman untuk menenangkan. Dia ingin mengulurkan tangan atau sekadar memberikan belaian untuk menenangkan. Jika saja mereka hanya berdua, pria ini mungkin sudah memeluk sang putri. Namun, saat ini dia hanya bisa menjaga dari tempatnya menghela napas panjang karena sepasang mata menatapnya penuh kecurigaan. Xavier masih belum bisa memercayai dengan Yoru.“Apa esnya cukup aman? Tidak akan patah atau ret
Lixue mengetuk pintu sebuah rumah, lalu mereka menunggu pemilik rumah keluar. Rumah yang berada di antara kepungan hutan dan sebuah danau besar tak jauh dari tempat itu. Sebuah rumah sederhana yang terlihat tidak permanen dan satu-satunya hunian yang mereka temui selama berjalan di tengah gempuran hujan salju yang turun tak bersahabat.Mata Yui membulat dan muluttnya menganga saat pintu dibuka dan menampilkan sosok yang dia kenal. “Nenek Rachel!”Wanita dengan rambut hitam yang diikat sembarangan dan terlihat acak-acakan itu juga menatap Yui seakan tidak percaya dengan penglihatan matanya. Beberapa kali dia mengucek matanya memastikan yang dia lihat siungguh nyata.“Yui!” seru Rachel langsung menarik gadis itu untuk masuk. “Kalian juga, ayo masuk!” lanjut Rachel membuka lebar pintu rumahnya, mempersilakan tamunya untuk duduk di dekat perapian.“Pasti kalian melakukan perjalanan sulit, sudah satu minggu ini salju turun tanpa henti,” ucap Rachel terlihat sibuk ke arah dapur lalu kembali