Dunia bawah porak poranda, kerusakan dan kontaminasi tidak terelakkan. Pangeran Yuan terpanggil untuk menyelesaikan masalah ini, mengembalikan dunia bawah menjadi tempat yang layak. Bersama dengan Putri Yui, Pangeran Yuan mencari harta yang bisa mengembalikan tanah tandus menjadi subur, sebuah harpa ajaib. Perseteruan tentang siapa yang seharusnya menjadi raja antara Leiz dan Pangeran Yuan membawa mereka berlomba mendapatkan sebuah harpa ajaib untuk membuktikan siapa yang pantas menjadi raja. Dia yang mendapatkan harpa, dialah yang menjadi raja. (Bagian dari Crystal of Soul:Twins, disarankan membaca Crystal of Soul:Twins sebelum membaca buku ini)
View More“Kau melakukan tugas dengan baik, Darren.” Suara seorang pria yang terdengar begitu berwibawa mengagetkan Darren. Jenderal zombie itu langsung berdiri, kemudian membungkuk memberi salam kepada pria tersebut. Jubah megah menjuntai hingga ke lantai, sebuah mahkota bertakhta di kepalanya.“Salam Yang Mulia, maafkan saya tidak mengetahui kedatangan Anda.” Darren masih menatap kakinya tidak berani mengangkat kepala.“Lukamu tampak parah, Darren, apa tabib sudah melihatnya?” Leiz duduk di kursi yang ada, dia masih memperhatikan Darren dari ujung kepala hingga ujung kaki. Luka di bahunya telah diperban dengan baik, tidak ada darah yang menembus perban putih. “Sepertinya lukamu sudah lebih baik. Aku masih banyak urusan jadi apa kau mendapatkannya?”Darren mendongak, ucapan Leiz yang terlihat sepele merupakan suatu bentuk perhatian yang berharga bagi Darren. Darren mengangguk lalu mengambil harpa yang dia dapatkan dengan susah payah. Harpa dengan warna keemasan dan ukiran khas kerajinan para e
Darren berlari sekuat tenaga, rasa nyeri di bahunya semakin menjadi di setiap kali dia melangkah. Darah terus mengalir menandai setiap langkahnya. Dalam suasana gelap pergantian malam menuju pagi hari, dia berlari menuju ke dermaga, berharap ada kapal melintas untuk membawanya pergi dari benua ini.Sebuah kapal nelayan melintas, kerlip lampu kapal menuntun Darren segera bertindak. Dia melambaikan tangan dan berteriak dengan sisa tenaga yang ada kepada nelayan tua yang berdiri di atas kapal. Suaranya timbul tenggelam dengan deru ombak yang memecah bibir pantai. Nelayan tua samar-samar mendengar suara dan melihat Darren yang melambaikan tangan segera menepikan kapalnya.“Butuh tumpangan?” Suara parau dan kasar terdengar dari pria tua itu. Namun, nada kepedulian juga tersirat dalam wajah yang memandang Darren dengan iba. Dia memperhatikan luka di bahu Darren dan tanpa ragu segera membantu pria itu naik ke atas kapalnya.Di atas kapal, Darren merasakan dunianya berputar. Luka akibat anak
“Yuan,” ucap lirih Eirlys menyentuh lembut pergelangan tangan Yuan yang tidak bertenaga. Dia terisak saat menyadari keadaan Yuan.“Eirlys, bantu aku memindahkan Yuan.” Yui mengalungkan lengan Yuan ke lehernya dan Eirlys melakukan hal yang sama. Kedua gadis itu memindahkan Yuan menjauh dari pertempuran. Yuan disandarkan pada sebuah pohon besar dengan daun rindang. Suara harpa telah mengubah Benua Utara menjadi benua yang penuh dengan tanaman hijau, tidak terlihat tumpukan salju saat ini.“Apa dia baik-baik saja?” Eirlys berharap gadis yang memiliki wajah yang sama dengan Yuan mengatakan hal baik saat ini.“Kau sudah tahu, dia sekarat,” balas Yui. Gadis itu berdiri dan melangkah, baru saja dua langkah dia menoleh ke arah Eirlys. “Jaga dia, Eirlys, aku akan bertarung dengan pria itu.”Yui tanpa menunggu jawaban dari Eirlys, berlari dengan kencang, kakinya melayang beberapa senti dari permukaan tanah dan terbang dengan sepasang sayap yang muncul di punggungnya. Rambut hitam panjang Yui ki
Yuan membeku saat sepasang mata biru yang dia lihat dalam mimpi kini ada di hadapannya. Wajah cantik yang selalu menghantui hari-harinya berdiri nyata di depannya. Rambut seputih salju yang terlihat lebih indah dibandingkan gambaran mimpi yang memenuhi benaknya.“Yuan, Ryuichi Yuan,” ucap Yuan mengulurkan tangan ke arah gadis di depannya.Bibir gadis itu ditarik dan membentuk lengkungan indah bersamaan dengan tangan dinginnya yang membalas tangan Yuan, “Eirlys, Eirlys Varsha,” balas gadis tersebut.“Rambutmu?”Yuan menarik tangannya dan mundur beberapa langkah. Dia merapikan rambutnya yang sudah rapi. Dia terlihat salah tingkah di depan gadis cantik bermata biru tersebut.“Ini ... ceritanya panjang,” balas Yuan memegang rambut peraknya. Ada rasa bergemuruh dalam dada setiap melihat gadis cantik yang saat ini berdiri di depannya.Eirlys mengangguk pelan, dia tidak ingin bertanya lebih jauh lagi saat melihat Yuan menghindar. Senyuman kembali menghias wajah sang putri es dia mendekat ke
“Ada apa?” Xavier mendekati Yuan yang berdiri mematung dan menggenggam tangannya. Dia terlihat tidak baik-baik saja. Wajah putihnya terlihat pucat bukan karena dingin.“Tidak bisa, kekuatan pemurnianku hilang,” jawab Yuan menatap xavier dengan mata berkaca-kaca. Dia menbuang muka kemudian mundur beberapa langkah dan duduk bersimpuh di depan para zombie yang sudah berada dalam kurungan.Xavier memeriksa tangan Yuan yang sedari tadi digengganya erat-erat. Tidak ada yang salah dengan tangan itu, tidak ada luka atau hal lain yang terlihat ganjil. “Pangeran yakin?”Yuan mengangguk pelan, dia menatap Xavier sebelum akhirnya berkata, “Aku tidak memiliki kristal. Saat ini aku tidak memiliki satu pun kristal, baik kristal hitam maupun perak.”Yuan berdiri dan berjalan dengan perlahan tanpa arah, pikirannya kacau saat menyadari dirinya saat ini. Bangsa kristal tanpa kristal hanyalah sampah tidak berguna. Dia tidak memiliki apapun saat ini, tidak ada.“Yuan, bagaimana kau mengendalikan para zomb
Malam di Benua Utara selalu dipenuhi dengan suara-suara yang mencekam. Suara angin yang terus mengamuk terdengar mengetuk-ngetuk jendela dan pintu. Suara binatang malam turut menambah mencekam malam di benua yang serba putih tersebut.“Yuan, bernyanyilah, setidaknya itu bisa menghibur,” bisik Yui yang bergelung di balik selimut, dia menutupi dirinya dengan selimut tebal. Suara di luar sana membuat gadis itu takut.“Baiklah, nyanyian nina bobo sepertinya akan lebih cepat membawamu ke dunia mimpi,” balas Yuan yang duduk di sebelah Yui. Dia mulai bernyanyi, suaranya terdengar sampai ke ruangan lain tempat Lixue duduk bersandar.“Siapa yang bernyanyi?” tanya Lixue yang berada di sebelah ruangan Yui. Lixue duduk di ruang tamu bersama Yoru dan juga Xavier.Xavier yang berada di samping Lixue mendongak teringat dengan suara yang baru saja dia dengar, tak salah lagi jika itu adalah suara dari Yuan. Dia pernah mendengar pangeran itu bernyanyi sebelumnya.“Pangeran Yuan,” jawab Xavier dan Yoru
Langkah kaki pria yang disebut jenderal zombie oleh Leiz terhenti saat beberapa orang tiba-tiba memaksa masuk menemui sang raja. Beberapa penjaga yang melarang mereka masuk seakan tidak dihiraukan, mereka tetap memaksa bahkan mendobrak pintu dari luar.“Wah, ada apa ini para jenderal datang bersama-sama, apa ada laporan genting?”Leiz tersenyum, dia melihat ada Razen di antara para jenderal. Senyuman itu langsung luntur saat dia melihat satu jenderal yang baru saja dia angkat karena berhasil membawakan Yuan ke hadapannya.“Julian, sudah kuberikan jabatan dan sekarang kau berkhianat untuk menentangku,” batin Leiz mengepalkan tangannya dengan mata tajam mengarah pada pria itu.Suasana ruangan menjadi memanas, para jenderal berdiri berjajar dan mulai memberikan argumennya satu per satu menyanggah kedudukan raja dan menginginkan sang raja mundur. Sebelum Razen mulai membuka mulutnya sang raja pun menyela mereka.“Tidak nyaman berbicara seperti ini, bagaimana kalau kita ke ruang pertemuan
Yuan menoleh ke arah Lixue, mereka berdua saling mengangguk tanda mengerti satu sama lain. Lixue berlari kecil ke salah satu pola yang terukir di sekeliling danau dia meletakkan liontinnya di sana. Sebuah tempat yang pas dengan liontinnya. Lixue memutar liontin itu searah jarum jam lalu pendaran cahaya mulai terlihat dari liontin tersebut. Satu per satu lingkaran yang mengelilingi danau menyala. Satu persatu cahaya-cahaya menyilaukan tersebut membentuk aurora indah di langit.“Indahnya!” Yui memuji keindahan langit akibat dari cahaya yang dikeluarkan lingkaran sihir. Dia berfokus pada danau yang kini mulai mencair lapisan esnya. “Aku tidak sabar melihat istana es muncul!” serunya begitu girang.Mereka semua memandang ke arah danau. Sedetik, dua detik kemudian menit demi menit berlalu hingga hampir satu jam lamanya menunggu, tetapi tidak ada tanda-tanda ada istana es yang akan naik ke permukaan.“Ini tidak benar, pasti ada yang salah.” Lixue memeriksa kembali liontin dan memutarnya ke
Yuan memandangi danau bersama dengan Xavier. Mereka berkeliling dan mencari sesuatu yang mungkin memiliki petunjuk. Apapun yang menarik dan terlihat aneh tidak luput dari perhatian mereka.“Bagaimana bisa Lixue tidak tahu caranya,” ucap Xavier sembari melempar kerikil yang dia temukan ke arah danau. Kerikil tersebut tidak tenggelam karena lapisan tipis es di atas permukaan danau.“Esnya tidak tebal, bukankah seharusnya es di danau cukup tepal selama waktu yang begitu lama?” gumam Yuan. dia merasa aneh dengan permukaan es yang tipis di atas danau.Bayangan yang muncul dari balik pohon menyita perhatian Xavier dan juga Yuan, seorang wanita dengan keranjang penuh tanaman tiba-tiba muncul dan bergabung dengan mereka.“Itu karena beberapa waktu lalu musim berganti, kau tahu meskipun selalu tertutup es ada kalanya tempat ini sedikit hangat dan air danau mencair. Kami bahkan pernah menyelam sampai ke dasar danau,” sahut Rachel menyambung pembicaraan mereka.“Tidak ada istana di bawah?” Yuan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.